Saturday, February 11, 2017

Masalah Narkoba, Cagub DKI Bingung Menjawab

DUNIA HAWA - Dalam debat ketiga yang merupakan debat pamungkas, ketiga Cagub DKI Jakarta akan kembali memperebutkan suara para pemilih khususnya bagi pemilik suara yang belum menentukan pilihannya. Tema yang diusung pada debat terakhir ini adalah ‘Kependudukan, Perlindungan Anak, Pemberdayaan Perempuan, Anti narkoba, dan Kebijakan kepada Penyandang Disabilitas’.


Narkoba adalah topik yang menarik untuk dibahas karena perkembangan narkoba di Jakarta sudah cukup memprihatinkan. Narkoba bisa mengajak siapa saja, dari berbagai kalangan dengan latar belakang pendidikan apa saja. Mari kita kupas pernyataan dari ketiga Cagub mengenai narkoba.

Pertanyaan untuk Anies dan Sandi:


Data dari BNN 2015 menunjukkan prevalensi penggunaan narkoba Jakarta tertinggi dibanding kota lain di Indonesia yakni sekitar 5%. Laporan kasus-kasus di media massa menggambarkan penyebaran narkoba mempunyai jaringan yang kuat, bahkan operasi peredaran narkoba dikendalikan dari dalam penjara. Apa strategi paslon dalam menghambat kuatnya penyebaran jaringan tersebut?

Anies menjawab beberapa langkah. Pertama, membuat warga Jakarta menjadi immune terhadap godaan narkoba dan lingkungan aman dari narkoba. Caranya, “kita akan mengaktifkan kembali dan memperluas RW siaga. RW siaga ini bukan hanya fokus pada aspek kesehatan seperti yang sekarang dimiliki, justru kita akan memperluas, bagaimana RW bisa memainkan peran tentu dalam kesehatan, tetapi ditambah ketahanan lingkungan. Mereka akan terlibat dalam kegiatan-kegiatan keolahragaan, pendidikan, termasuk pendidikan tentang narkoba”.

Sungguh-sungguh kasihan ketua RW di seluruh Jakarta bila Anies dan Sandi menang dan menjadi Gubernur DKI. Tugas ketua RW akan sangat berat. Beban dan tanggung jawab yang diberikan kepada ketua RW sangat besar, bahkan mungkin menyamai tanggung jawab seorang Wali Kota. Mereka harus memikirkan program-program mengenai kesehatan, narkoba, olah raga, pendidikan dan aktifitas warga lainnya. Apakah ketua RW ini digaji? Apakah ketua RW adalah pejabat? Mengapa semua beban diberikan kepada ketua RW? Bahkan dalam debat sebelumnya, ketua RW juga diharapkan untuk berpartisipasi dalam mengelola sampah, pengelolaan sampah sebelum dibuang ke TPS.

Dan satu hal yang sulit dimengerti, bagaimana seorang RW bisa membuat seseorang immune terhadap narkoba? Sayang tidak dijelaskan, karena hal ini sangat penting untuk para ketua RW di seluruh Jakarta yang sedang garuk-garuk kepala setelah menonton debat Cagub.

Dengan pernyataan Anies yang menyerahkan tanggung jawab kepada ketua RW termasuk penanganan kesehatan, narkoba, sampah, olah raga, aktifitas warga, terus tugas dan tanggung jawab Gubernur dan Pemprov apa? Bila ada peningkatan narkoba, maka yang salah adalah ketua RW. Bila tingkat kesehatan masyarakat menurun, kesalahannya adalah RW tidak aktif terlibat.

Hal yang kedua adalah distribusi. “Kita akan siapkan Perda yang memberikan hukuman extra kepada mereka yang memberikan distribusi di Jakarta,” kata Anies. Hal ini membuktikan bahwa sang calon Gubernur Anies Baswedan tidak mengerti wewenang seorang Gubernur sampai dimana. Mana bisa Gubernur membuat Perda untuk menambah hukuman extra kepada pengedar narkoba. Gubernur tidak mempunyai wewenang untuk itu. Hal ini dibantah oleh Djarot pada saat ada kesempatan, “untuk penegakan hukum, mohon maaf Pak Anies, ini adalah ranah dari pemerintah pusat, dari BNN. Sedangkan Perda adalah mengatur untuk bagaimana upaya preventif”. Ouch.. sakitnya tuh disini…

Anies bukanlah Baswedan bila tidak menjawab kembali. Apa kata Anies? “Dan saya beri catatan, Perda yang disusun tidak harus berkaitan dengan pidana. Penutupan dan pelarangan-pelarangan, itu bisa menggunakan Perda. Tidak selalu harus Perda berkaitan dengan pidana ketika terkait dengan persoalan narkoba”.  Anda bisa melihat pernyataan yang blunder, jelas-jelas pernyataan sebelumnya adalah memberikan hukuman extra. Mana ada kata ‘hukuman extra’ bisa berubah arti menjadi penutupan dan pelarangan. Kalau cuma penutupan dan pelarangan tidak perlu Perda tambahan. Sekarang saja, Ahok bisa menutup diskotik yang sudah bertahun-tahun berdiri megah di Jakarta. Dengan santai dan tanpa perasaan bersalah, Anies mengkoreksi pernyataannya sendiri dan berharap tidak ada yang mengingat kesalahan yang telah dikatakan. Onde mande..

Sebagai penutup, Anies membuat pernyataan yang manis seperti biasanya. Kita menempatkan posisi tegas kepada distributor, penuh kasih sayang kepada korban. Pasti banyak yang bertanya bagaimana seorang Gubernur bisa bertindak tegas karena dia bukan penegak hukum. Bila ada ditemukannya pengedar narkoba, Gubernur wajib melaporkan kepada kepolisian terlebih dahulu. Tidak bisa bertindak tegas sendiri. Bila kita bandingkan dengan Ahok dan Djarot, mereka dengan jelas mengatakan kalau ada tempat hiburan terbukti menjadi tempat peredaran narkoba, mereka akan menutup tempat tersebut. Itu disebut tegas tapi sesuai dengan prosedur dan wewenang Gubernur. Sedangkan Anies ingin tegas dalam hal apa? Sayang, tidak dijelaskan secara konkret.

Bagaimana seorang calon Gubernur berani mengatakan “dicatat kami sudah membicarakan bahaya narkoba sejak debat pertama” tapi dari debat pertama sampai sekarang masih tidak jelas apa yang akan dikerjakan untuk memberantas narkoba.

Ya sudahlah, kita lanjut melihat jawaban dari pasangan lainnya AHY – Sylvi.

Pertanyaan untuk AHY dan Sylvi:


Program rehabilitas narkoba dipandang tidak begitu berhasil dengan banyaknya peserta rehab yang kembali menjadi pengguna. Menurut Anda apa yang salah dari kondisi itu dan apa langkah-langkah strategis untuk memperbaiki program rehabilitasi sebagai upaya pemberantasan narkoba.

Sylvi maju mengambil kesempatan berbicara yang pertama. Sylvi menegaskan bahwa faktor keluarga adalah yang utama dalam memberantas narkoba. Belum menjelaskan bagaimana keluarga berfungsi untuk mengurangi penyebaran narkoba, Sylvi loncat ke agama juga penting. Tidak dijelaskan apa fungsi agama yang dimaksud, dia loncat lagi ke program 1 miliar untuk RW, kemudian loncat lagi ke PKK dan membicarakan peran perempuan dalam narkoba yang entah apa perannya. Kemudian ditutup dengan kalimat ‘pendidikan itu sangat penting sekali’. Apaan sih..

Jelas sekali, Sylvi tidak mengerti pertanyaannya dan bahkan sama sekali tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Semua elemen masyarakat yang lewat dalam pikirannya di utarakan untuk mengisi setengah dari waktu yang disediakan. Karena sudah kehabisan ide mau berbicara apa lagi, Sylvi langsung memberikan kesempatan kepada AHY untuk meneruskan. Terlihat wajah AHY yang tidak siap dan tidak menyangka bahwa akan di lempar kesempatan berbicara.

Sayangnya, AHY juga tidak bisa memberikan solusi apa-apa. Pertanyaannya sudah jelas, apa langkah-langkah strategis untuk memperbaiki program rehabilitasi sebagai upaya pemberantasan narkoba. AHY hanya menjelaskan ulang apa guna dari rehabilitasi bukan memberikan langkah untuk memperbaiki program rehabnya. AHY menjelaskan bahwa korban benar-benar mendapatkan perawatan yang tepat. Tidak hanya dipulihkan tetapi juga diberdayakan kembali agar mempunyai keterampilan sehingga mereka memiliki kepercayaan diri untuk kembali ke masyarakat. Caranya?

Pada kesempatan kedua, AHY sadar bahwa jawabannya kalah jauh dibanding dua paslon yang lain. Apalagi setelah mendengar jawaban dari Ahok dan Djarot yang menjawab pertanyaan dengan baik. Pasangan calon 1 dan 3 sama-sama menggunakan kesempatan kedua untuk memperbaiki jawaban yang pertama. Padahal kesempatan tersebut bisa digunakan untuk menyerang pasangan lain atau memperkuat pernyataan yang sebelumnya. Akhirnya kesempatan tersebut terbuang untuk mengulang jawaban yang sama-sama tidak berbobot.

AHY kembali menjawab pada kesempatan kedua, kebanyakan jawabannya adalah jawaban umum dan bersifat luas seperti pendidikan narkoba, penegakan hukum dan rehabilitasi. Satu hal tambahan lagi yaitu memasang CCTV di tempat umum. Padahal, Ahok sudah memasang CCTV ribuan tersebar di Jakarta. Mungkin maksudnya mau menambah unit CCTV supaya bisa lebih banyak lagi. Mungkin..

Pertanyaan untuk Ahok dan Djarot:


Kekerasan pada anak masih cukup tinggi di Jakarta. Dilaporkan setidaknya ada 240 kekerasan terhadap anak pada satu semester saja di tahun 2016. Salah satu masalah besar adalah banyaknya anak-anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Masalah lain terkait dengan anak sebagai korban pornografi. Apa langkah konkret dan strategis yang akan Anda lakukan untuk membuat Jakarta kota yang aman dan ramah bagi anak.

Djarot mendapat kesempatan pertama untuk menjawab, menjelaskan tiga faktor untuk menangani narkoba yaitu individunya, lingkungan, dan kemudahan untuk mendapatkan narkoba. Djarot menjelaskan bahwa mereka sudah membangun Ruang Publik Terbuka Ramah Anak untuk membangun individu dan lingkungan. Sesama individu bisa saling berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Memberikan ruang publik dimana masyarakat bisa bersosialisasi dan mendapatkan hiburan bersama dengan keluarga. Lingkungan yang asri dan memberikan ruang berkomunikasi.

Djarot menegaskan bahwa fungsi sebagai Gubernur bukan membuat Perda untuk penegakan hukum. Gubernur hanya bisa mendesak penegak hukum untuk konsisten memberantas narkoba karena wewenang penegakan hukum pada narkoba ada pada pemerintah pusat, yaitu melalui BNN. Gubernur mempunyai fungsi untuk membangun fasilitas rehabilitasi bagi korban narkoba, dan menyediakan fasilitas rumah sakit untuk melakukan tes urin. Djarot juga menegaskan bila ada tempat hiburan yang ditemukan narkoba, maka akan diberikan peringatan dua kali (sesuai dengan prosedur), setelah itu ditutup dan tidak diijinkan lagi untuk membuka usaha yang sejenis. Pernyataan ini kembali ditekankan oleh Ahok pada kesempatan kedua untuk berbicara. Dan hal ini sudah dijalankan oleh Ahok dan Djarot pada saat menutup diskotik Milles dan Stadium yang sudah beroperasi bertahun-tahun di Jakarta.

Pada kesempatan Ahok berbicara, Ahok menyindir pasangan lain bahwa pangkat Letjen pun tidak bisa menghukum orang yang melanggar narkoba. Gubernur hanya bisa melakukan pencegahan. Ahok memberikan contoh, pada saat menemukan anak usia 13-18 tahun terkait narkoba dan menemukan kondom di rusun Marunda. Untuk mengatasi hal tersebut, Ahok melakukan pendampingan yang dilakukan oleh profesional minimal 3 tahun dan mulai membuat banyak kegiatan seni budaya dan olah raga yang mengalihkan anak-anak ini untuk berprestasi. Misalnya diadakan rusun cup. Bila juara, akan dikirim ke Barcelona – Spanyol agar menumbuhkan rasa percaya diri. Selain itu pula digabungkan dengan KJP yang bisa dipakai untuk membeli ayam, telur, beras, daging sapi dengan harga subsidi.

Kata penutup yang bagus dari Ahok, ‘Gizi kita perbaiki, pendampingan kita lakukan’.

Bila dilihat dari jawaban yang sesuai dengan pertanyaan, Ahok dan Djarot telah unggul jauh dibandingkan pasangan calon lainnya. Entahlah, atas dasar apa para pendukung yang sedang menonton debat, dengan gembiranya memberikan dukungan pada masing-masing paslon tanpa peduli apakah jawabannya masuk akal dan telah menjawab pertanyaan atau tidak.  Yang penting yel yel.

@arif

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment