Friday, February 10, 2017

Buat Ahok, Anies Lebih Mengerikan? (Waspadai Kesantunan)

DUNIA HAWA - Kontradiksi dalam Pilkada DKI merupakan pertentangan tingkat mikro di Jakarta, yang dengan jelas merepresentasikan pertentangan tingkat makro di Indonesia, antara Jokowi dengan para borjuis rente yang sudah meledak semenjak Pilpres 2014 yang lalu. Karena itu maka Jokowi dan Ahok memang tidak bisa dipisahkan, karena mereka adalah simbol dari perjuangan dalam melawan “sekarang dan selamanya” menghadapi kekuatan borjuis rente yang terus menerus menggerogoti perekonomian dan perpolitikan Indonesia.


Salah satu calon harus menghadapi dua kekuatan lama, yaitu AHY mewakili kekuatan SBY dan Anies mewakili kekuatan Prabowo, dan dua kekuatan lama ini sudah turun gunung. Keduanya identik dengan oligarki borjuis.

Namun disisi lain, nama AHY terangkat lebih dulu dalam ruang “populis” yang dalam hal ini merupakan lawan Ahok. Baik itu karena dia putra sang mantan sekaligus bully kepadanya dimedia sosial. Hingga tampak seperti dia unggul dan lawan yang menakutkan, ditambah lagi barisan mobilisasi massa disebut-sebut berada dalam skuat tim AHY.

Ada sesuatu yang tampak adem dan santai yang harus diperhatikan. Siapa lagi kalau bukan Anies Bawesdan. Namanya terus menanjak dalam grafik survei bahkan sampai debat pada putaran ke-dua, Anies menyalip AHY. Seperti yang saya buka di awal tulisan bahwa selain ada kekuatan SBY dalam lawan Ahok, jangan lupa dibelakang Anies ada Prabowo, yang juga sangat piawai dalam strategi politik. Ketika pilpres menghadapi Jokowi, selisih suara tidak begitu telak.

Litbang Kompas melakukan survei untuk melihat preferensi publik pada Pilkada DKI Jakarta pada 28 Januari-4 Februari 2017. Hasil survei menunjukkan bahwa cagub-cawagub nomor pemilihan satu DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni memiliki elektabilitas 28,2 persen.

Kemudian, elektabilitas cagub-cawagub nomor pemilihan dua Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat sebesar 36,2 persen, dan pasangan nomor pemilihan tiga Anies Baswedan-Sandiaga Uno memiliki elektabilitas 28,5 persen.

Sementara itu, responden yang belum menentukan pilihannya (undecided voters) sebanyak 7,1 persen.

Survei kali ini merekam perubahan pola dukungan masing-masing pasangan calon bila dibandingkan dengan hasil survei Litbang Kompas pada 7-15 Desember 2016. Elektabilitas Agus-Sylvi menurun, sementara Ahok-Djarot dan Anies-Sandi meningkat. (Kompas.com)

Anies Bawesdan dkk, sangat pandai memainkan suasana dan hiruk pikuk percaturan politik dalam Pilkada DKI yang cukup memanas lantaran membawa sentiment agama. Tim Anies seolah-olah tidak mau ikut terlibat dan terjebak, namun secara terselubung sebenarnya mereka memanfaatkan kondisi ini. Hal ini dapat kita lihat Anies yang bergerilya termasuk menemui Rizieq Shihab meskipun hanya sekedar silaturahmi.

Disisi lain dalam acara stasiun televisi yaitu Mata Najwa. Terlihat juga Anies menyinggung soal Al-Maidah 51, yang artinya sentimen agama yang bombastis secara tidak langsung juga dimainkan oleh Anies Bawesdan.

Survei berikutnya, dari sumber berita yang berbeda yang dikabarkan oleh detik.com, menunjukkan bahwa petahana, pasangan Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat memiliki elektabilitas 31,9% diikuti oleh Anies Rasyid Baswedan–Sandiaga Salahuddin Uno 23,2% dan Agus Harimurti Yudhoyono – Sylviana Murni dengan elektabilitas 16,7%. Masyarakat Jakarta yang belum menentukan pilihan sebesar 28,2%,”. Yang mana hal ini Anies Bawesdan hanya terpaut 7% dari Ahok.

So, wajar jika SBY lagi pusing-pusingnya sekarang. Disini juga ada Prabowo, dan keduanya sama-sama berambisi.

Jika AHY terus merosot, tidak menutup kemungkinan apabila terjadi dua putaran, dimana hal ini adalah pertarungan Ahok dan Anies (Kekuatan Prabowo). Apabila hal ini menjadi nyata dan kenyataan, maka dapat berbuah ancaman.

Anies Bawesdan akan tetap memanfaatkan suasana sentiment agama dan akan lebih gencar. Karena kalau mencoba netral, bahwa tidak semua pemilih berwatak rasional. Kecenderungan komunal akan tetap melihat bahwa kepentingan publik tidak begitu penting ketimbang surga dan neraka. Yang mana politik identitas akan tetap bermain dalam hal ini, untuk menguasai masyarakat kontemporer urban yang doyan mendengarkan ceramah ustad selebritis produk neo-capital. Dan suara kubu AHY yang seandainya keok bisa beralih ke Anies Bawesdan.

Saya berpandangan bahwa tim Ahok untuk fokus dengan siasat Anies, dan tidak bisa dipungkiri bahwa namanya kian menanjak. Meskipun pembuktiannya ada pada penghitungan suara. Apalagi ditambah orasi Prabowo “jika mau saya jadi presiden 2019, pilih Anies-Sandi”. Meskipun itu bukan patokan. Anies Bawesdan memang pada kenyataannya lebih menakutkan ketimbang AHY.

Santun tapi MENERKAM

@losa terjal


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment