Thursday, December 1, 2016

Jangan Samakan Pendekar 212 Wiro Sableng dengan Demo 212

DUNIA HAWA - Beberapa waktu belakangan ini, di sosial media dan portal berita saya sering menemukan angka 212. Sebagai penggemar Wiro Sableng, saya hanya tahu kalau 212 adalah angka pengenal untuk sang pendekar. Setelah saya cari tahu, rupa nya angka 212 yang sering berseliweran akhir-akhir ini merujuk pada demo lanjutan yang akan dilaksanakan besok, 2 Desember 2016. Bahkan, saya sering melihat status-status di Facebook yang menghubungkan angka 212 Wiro Sableng dengan angka 212 yang ada pada demo lanjutan tersebut. Kawan, saya sebagai penggemar pendekar 212 hanya ingin mengatakan kalau dua hal tersebut memiliki makna yang sangat berbeda. Bahkan, tidak memiliki kaitan sama sekali.


Dalam cerita Wiro Sableng, angka 212 itu memiliki makna yang sangat mendalam. Bisa dikatakan seperti sebuah filosofi. Bahkan di dalam soundtrack film nya sudah di jelaskan lewat lirik berikut “Angka 212 memiliki makna didalam kehidupan. Dalam diri manusia terdapat dua unsur ingat duniawi dan tuhan. Segala yang ada didalam dunia ini terdiri atas dua bagian. Yang berlainan tapi merupakan pasangan. Semuanya tak dapat di pisahkan”

Makna angka 212 ini juga sudah dijelaskan panjang lebar oleh Sinto Gendeng, guru Wiro Sableng sebelum Wiro turun gunung. Untuk lebih jelasnya bisa di baca dalam buku pertama Wiro Sableng yang berjudul Empat Berewok dari Goa Sangreng.

Sekarang coba bandingkan antara angka 212 milik Wiro Sableng yang memiliki makna mendalam dengan angka 212 yang menjadi simbol untuk demo lanjutan besok hari yang kebetulan diadakan pada tanggal 2 bulan 12. Ada hubungan nya atau tidak? Kalau saya akan menjawab TIDAK. Satu-satu yang membuat mereka kelihatan sama hanyalah susunan angkanya saja. Sedangkan maknanya sangat jauh berbeda

SABLENG


Wiro Sableng aslinya bernama Wiro Saksono. Terlahir dari ibu bernama Suci Bantari dan ayahnya bernama Raden Ranaweleng. Sewaktu turun gunung setelah menamatkan pelajaran silatnya, oleh sang guru Wiro di beri nama WIRO SABLENG. Dengan alasan nama tersebut lebih baik bagi Wiro. Gurunya GENDENG, muridnya SABLENG.

Tapi menurut saya pribadi, pemberian nama SABLENG itu bukan hanya sekedar nama kosong belaka tapi lebih dari itu merupakan sebuah “topeng” untuk tetap berlaku rendah hati dan tidak sombong.

Iya, karakter Wiro Sableng yang paling mudah kita ingat adalah kesukaan menggaruk-garuk rambutnya yang gondrong dan tertawa haha hihi seperti orang sinting. Padahal dia adalah pendekar muda yang sakti mandraguna. Dia sengaja menyembunyikan kehebatan nya tersebut disebalik tingkat lakunya yang konyol.

Berpura-pura “sableng” untuk menyembunyikan kewarasan dan kehebatannya lebih baik dari pura-pura “waras” untuk menyembunyikan kegilaan dan keserakahannya.

Masih ingat demo 411 kemaren?


Demo yang katanya memiliki tujuan meminta keadilan hukum atas dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok tapi dalam beberapa orasi pentolannya lebih mengarah kepada niat “melengserkan” Jokowi. Inikan sudah jauh melenceng dari tujuan awal. Memanfaatkan orang-orang yang “tulus” hanya untuk mencapai tujuan yang mereka sembunyikan dari awal adalah ciri-ciri orang “sableng”. Orang yang gila akan kepuasan pribadi masing-masing.

Sekarang Ahok sudah ditetapkan sebagai tersangka tapi masih saja kelihatan “ketidakpuasan” mereka. Karena pada dasarnya tujuan mereka bukan itu. Kalau orang-orang ini nanti hadir kembali di demo 212 berarti benar apa yang saya bilang di judul tulisan ini. 212 adalah demonya orang-orang “sableng”. Orang yang sebenarnya “sableng” tapi ikut bergabung bahkan menunggangi orang-orang orang waras agar dia juga bisa dianggap waras.

Bung, zaman memang edan tapi kita tidak perlu ikut-ikutan edan agar dianggap waras sama orang. Cukup minum secangkir kopi yang pas takaran manis dan pahitnya. Itu sudah cukup membuatmu tetap waras di zaman yang serba edan ini.

Terakhir, saya akan tegaskan kembali bahwa 212 nya Wiro Sableng tidak ada hubungannya sama sekali dengan demo 212 nya orang-orang “sableng”. Yang satu simbol dari pendekar sejati yang berkarakter “sableng” tapi berhati polos sedangkan yang satu nya lagi … (titik-titiknya isi sendiri ya)

@al firouz


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment