Sunday, December 25, 2016

Dialog dengan Tuhan soal Natal

DUNIA HAWA - Saat ini ada banyak pendapat yang simpang siur mengenai masalah Natal. Setiap tahun selalu saja muncul masalah dan perdebatan yang terus berulang. Fatwa dan sweeping yang sama selalu muncul di momen akhir tahun. Oleh karena itu aku mencoba melakukan “dialog imajiner dengan Tuhan” dan bertanya langsung kepadaNya mengenai masalah yang selalu diributkan oleh sebagian orang selama ini. Berikut ini adalah dialog imajiner yang saya lakukan dengan Tuhan mengenai masalah Natal :


Saya : Tuhan bolehkah saya bertanya kepadaMu tentang masalah Natal? Benarkah dosa dan haram hukumnya jika saya mengucapkan Selamat Merayakan Natal kepada saudara saya yang beragama Nasrani?

Tuhan : Aku tidak menyuruh ataupun melarangmu untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Aku sudah memberimu alat yang bisa kamu gunakan untuk memutuskan mana yang baik dan tidak baik untukmu yang berupa akal dan hati nuranimu. Bukan tugasKu untuk memutuskan segala sesuatu dalam hidupmu tapi kamulah yang harus melakukannya untuk dirimu sendiri. Aku hanyalah mengamati bagaimana kamu tumbuh dan berkembang dengan kecerdasan dan kesadaranmu sendiri. 

Selama sesuatu itu tidak merugikan dirimu, orang lain, makhluk lain dan alam semesta maka hal itu boleh kamu lakukan. Dan jika sesuatu itu membawa kebaikan bagi dirimu, orang lain, makhluk lain dan alam semesta maka hendaklah engkau melakukan hal itu. Jika kamu merasa mengucapkan hal itu merugikanmu dan orang lain maka jangan kamu lakukan. Tapi jika kamu merasa bahwa dengan melakukan hal itu membawa kebaikan bagi dirimu, orang lain dan hubunganmu dengan sesama maka hal itu boleh bahkan baik jika dilakukan. Aku tidak memutuskan apa yang harus kamu lakukan. Sesungguhnya tiap jiwa itu sendirilah yang harus memutuskan apa yang terbaik bagi pertumbuhan jiwanya sesuai dengan cara dan kecepatan perkembangannya masing-masing.

Saya : Tapi Tuhan, saya mendengar dan membaca bahwa sejarah perayaan Natal 25 Desember sebenarnya adalah hari peringatan bagi para dewa-dewa kaum Pagan jaman dulu. Bagaimana pendapatMu mengenai hal itu? Bukankah itu adalah sesuatu yang bid’ah, sesat dan menistakanMu?

Tuhan : Aku berada di luar dimensi ruang dan waktu. Aku tidak berwujud dan tidak bernama. Setiap insan boleh menyebut nama-Ku dengan sebutan apa saja dan sesungguhnya seluruh alam semesta ini adalah cerminan dari wujudKu yang Maha Besar dan meliputi segalanya. Tapi manusia hidup dalam dimensi ruang dan waktu. Manusia adalah makhluk fana yang belum bisa terbebas dari bentuk dan nama. Jadi apakah adil dan pantas jika Aku menuntut manusia untuk “mengetahui apa yang tidak mungkin diketahuinya dan melakukan apa yang tidak mungkin dilakukannya?” 

Aku tidak pernah menuntut manusia agar selalu benar dan menjadi sempurna. Manusia belajar dari jatuh bangunnya kehidupan, penderitaan dan kesalahannya sendiri. Dan justru itulah yang kelak akan mendewasakannya sehingga dengan demikian penderitaan dan kesalahan sesungguhnya adalah sesuatu yang baik bagi mereka. Dalam kehidupan ini manusia belajar menemukan jalannya melalui cara meraba dalam gelap. Tidak ada satupun orang yang mengetahui semua jawabannya. Tapi meskipun manusia melakukan kesalahan sebesar apapun Aku akan tetap senantiasa mencintai dan mengasihinya.

Biarlah setiap manusia berusaha mengenaliKu dan mendekatiKu dengan caranya masing-masing. Semua itu baik bagi pertumbuhan kesadaran dan jiwanya. Aku menerima dan menghargai semua jalan yang digunakan oleh manusia untuk mencapai-Ku. Aku tidak peduli dengan kesalahan kecil yang dibuat oleh manusia saat dia belajar untuk mengenali dan memahamiKu. Aku lebih peduli dengan niat dan hasratnya yang tulus untuk mau belajar memahamiKu. 

Aku adalah Maha Agung dan Maha Mulia jadi tidak ada satupun makhluk ciptaanKu di seluruh dimensi alam semesta tak berbatas ini yang bisa menistakanKu. Jadi apa yang kau katakan tadi sesungguhnya sama sekali tidak pernah menjadi masalah bagiKu. Apakah menurutmu Aku memiliki ego, perasaan dan tingkah laku yang sama seperti manusia fana? Jika engkau menganggapKu demikian maka sungguh engkau sama sekali belum mengenaliKu.

Saya : Terima kasih Tuhan. Ternyata semua perkiraanku selama ini tentang Engkau adalah salah. Tapi masih ada satu hal yang mengganjal dalam hatiku dan selama ini selalu menjadi bahan perdebatan di kalanganku. Maaf Tuhan, tapi mohon Engkau jangan marah dan tersinggung dengan pertanyaanku ini. Dari dulu saya sungguh ingin bertanya, apakah benar Yesus Kristus itu adalah Anak-Mu?

Tuhan : Aku adalah Maha Roh. Semua roh dan jiwa berasal dariKu. Setiap insan adalah anak-anak Ku. Begitu juga engkau adalah anak-Ku. Aku mengasihimu lebih daripada orang tuamu mengasihimu. Aku mengasihimu secara murni dan tanpa syarat, melalui berbagai jaman, melewati siklus kelahiran dan kematian, menembusi seluruh dimensi ruang dan waktu. Jadi apakah tidak boleh jika Aku memanggilmu juga sebagai anak-Ku yang Kukasihi? Tidak maukah engkau Aku sebut sebagai anakKu? 

Saya : Tentu saja aku mau Tuhan. Terima kasih. Aku mengasihiMu.
Tuhan : Aku juga mengasihimu AnakKu. Damai sejahtera semoga selalu bersamamu.

Dan “dialog imajiner”ku dengan Tuhanpun berakhir. Sebagai penutup, kepada seluruh sahabat FB-ku yang sedang merayakan Natal, ijinkanlah saya dengan setulus hati untuk mengucapkan:

“ SELAMAT HARI RAYA NATAL DAN TAHUN BARU 2017 “

Semoga damai dan terang Natal senantiasa membawa berkat dan kebaikan bagi kita semua. Damai di hati, damai di bumi. Amin.....

Wassalam

@muhammad zazuli


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment