Thursday, November 10, 2016

Surga dan Neraka ; Mengajarkan Pluralisme pada Anak

DUNIA HAWA - Banyak orang tua muslim yang bingung saat ditanya anaknya,"Apakah non muslim itu masuk neraka?" Terlebih bila ada dari kalangan dekat mereka yang non muslim. Misalnya, kalau kebetulan ada paman yang non-muslim, apakah paman masuk neraka? Atau, kalau ada guru yang non muslim, apakah guru itu akan masuk neraka?

Ada orang tua yang tidak bingung menjawab pertanyaan itu. Mereka dengan yakin akan bilang,"Ya, non muslim itu kafir. Mereka akan masuk neraka." Ia akan terus mendidikkan prinsip itu kepada anak-anaknya. Anda bisa mencontoh itu kalau mau. Tulisan ini saya buat untuk yang merasa tidak nyaman dengan jawaban itu.



Seperti biasa, jawaban atas pertanyaan kritis anak terhadap soal yang sensitif tidak sederhana. Maka jawaban kali ini pun akan panjang. Jawabannya mungkin juga akan bervariasi tergantung usia dan pengalaman anak.

Pertama kita harus jelaskan dulu soal iman dan Tuhan. Kita percaya atau beriman pada Tuhan. Tuhan kita Allah. Yang tidak beriman pada Allah disebut kafir atau ingkar. Menurut firman Allah, orang-orang kafir memang akan disiksa di neraka.

Kemudian kita harus jelaskan juga bahwa orang lain juga punya konsep iman seperti kita, kurang lebih. Mereka percaya pada Tuhan mereka. Yang tidak percaya dengan Tuhan mereka mungkin juga akan dianggap ingkar. 

Ini iman kita. Itu iman mereka. Iman kita berbeda dengan iman mereka. Kita tidak bisa mengubah iman mereka, mereka juga tidak bisa mengubah iman kita. Ini pilihan kita masing-masing. 

Apakah mereka akan masuk neraka? Ya, menurut firman Allah begitu. Tapi neraka itu soal gaib. Kita tidak tahu bagaimana sebenarnya bentuknya. Yang terpenting, neraka bukan urusan kita. Surga dan neraka itu urusan Tuhan. 

Kita dijanjikan surga dan neraka, sebenarnya lebih sebagai pengingat kepada kita untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk. Neraka, khususnya, adalah ancaman dan peringatan untuk diri kita sendiri. Siapa yang sebenarnya akan masuk neraka, kita tidak tahu, karena itu urusan Tuhan. Maka, tidak patut kita menuding orang lain (secara personal) akan masuk neraka atau tidak. Itupun bukan bagian dari perintah Allah.

Yang diperintahkan Allah pada kita adalah berlaku baik. Termasuk kepada orang-orang yang tidak seiman dengan kita. Bergaullah dengan mereka, tanpa perlu memikirkan apakah mereka akan masuk surga, neraka, atau apapun. Jadi, sekali lagi, neraka itu adalah peringatan untuk kita.


Saya sendiri mengajarkan pada anak-anak saya bahwa surga dan neraka itu adalah metafora. Ia ada untuk keperluan penjelasan soal baik dan buruk, kepada orang-orang zaman dulu. Kita bisa membangun kebaikan dalam diri kita tanpa perlu berpikir soal surga dan neraka.

[hasanudin abdurakhman, phd]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment