Friday, November 11, 2016

Setelah Dayak, Kupang, Giliran Blitar Bersuara Tuntut Pembubaran FPI

DUNIA HAWA - Barisan Ansor Serba Guna (Banser) Nahdlatul Ulama Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mendukung penuh wacana pembubaran Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia. Organisasi massa Islam itu dinilai menjadi ancaman kesatuan bangsa dan azas Bhinneka Tunggal Ika yang selama ini dipertahankan mati-matian.

Komandan Banser Kabupaten Blitar Kabupaten Blitar Imron Rosadi mengatakan keberadaan FPI sudah sepatutnya ditinjau oleh pemerintah. Dalam berbagai peristiwa, FPI dituding selalu menebar kebencian yang mengancam kesatuan bangsa. “Saya mendukung penuh pembubaran FPI,” kata Imron yang juga aktivis NU Rabu 8 November 2016.


Menurut Imron, yang akrab disapa Baron, itu FPI selalu menganggap orang yang berbeda pandangan sebagai musuh. Termasuk dalam kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Baron mengatakan, sebagai organisasi yang mengaku berlabel Islam, seharusnya FPI memberi tauladan dalam menyelesaikan masalah secara etis dan tak mengandalkan pengerahan massa. Sebab aksi-aksi seperti itu justru memantik reaksi minor dari umat Islam sendiri, serta menimbulkan ketakutan dan kecemasan bagi penganut agama lain.

Baron menegaskan, cara-cara yang dipakai FPI dalam menyelesaikan masalah sama sekali tidak merepresentasi umat Islam di Indonesia. FPI hanyalah ormas yang digerakkan oleh kepentingan dengan cara-cara yang jauh dari ajaran Islam yang penuh kedamaian. “Memangnya negara ini milik mbahe FPI sehingga semua orang harus tunduk,” ujarnya dengan nada mengecam.

Kemerdekaan Indonesia, lanjut Baron, adalah kristalisasi perjuangan seluruh rakyat Indonesia dari semua golongan. Mereka bahu membahu berjuang mengusir penjajah tanpa melihat latar belakang suku dan agama. Karena itu jika kemudian ada yang berusaha mengklaim sebagai kelompok mayoritas dan berkuasa atas kelompok lain, sudah jelas menjadi ancaman bagi kesatuan bangsa.

Dalam situasi karut marut seperti ini, kata Baron, semakin parah karena peran partai politik yang mengaku sebagai nasionalis justru tak banyak bicara. Mereka terkesan diam dan cuci tangan saat melihat gejala ancaman disintegrasi bangsa tengah berlangsung.

“Saya harus sampaikan jika NU adalah satu-satunya organisasi yang istiqomah mengawal Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia,” ucap Baron.

Sebagai badan otonom NU, kata Baron, Banser siap mengawal NKRI dan memberangus kelompok radikal yang ingin membuat aturan sendiri di Indonesia.

Ketua Gerakan Pemuda Ansor Kota Blitar Hartono justru bersikap sebaliknya. Menurut dia karakter aktivis FPI di tiap-tiap daerah berbeda sesuai kultur setempat. Di Kota Blitar, Hartono mengklaim telah membangun komunikasi baik dengan FPI Blitar.

Bahkan FPI dan Ansor selalu bergerak bersama-sama saat terjadi persoalan yang menyangkut agama. “Terakhir saat terjadi penistaan agama oleh salah satu pendeta gereja di Kota Blitar, kami berkoodinasi dan bergerak bersama,” tutur Hartono.

Namun menyikapi persoalan Ahok yang terjerat delik yang sama, Hartono justru menolak pengerahan massa ke Jakarta. Menurut dia persoalan itu harus diambil alih oleh kepolisian, bukan kekuatan massa. “Bagaimanapun negara ini diatur oleh undang-undang dan bukan hukum agama.”

Sebelumnya Forum Adat Dayak dan sekelompok warga Kupang menuntut hal yang sama yaitu pembubaran FPI.

[tempo]


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment