Monday, October 10, 2016

Husain, Api Revolusi yang Terus Terjaga


DUNIA HAWA - Saya tidak pernah mendengar kisah pembantaian di padang Karbala seumur hidup saya...

Mungkin baru 7 tahun belakangan ini saya mengetahuinya. Kisah perang antara kebaikan melawan kejahatan di tubuh Islam, seperti ditutupi selama berabad-abad dan dihilangkan dalam mata pelajaran agama. Mungkin pun guru agama saya dulu juga tidak mengetahuinya...

Ini kisah tentang Sayyidina Imam Al-Husain bin 'Ali RA , anak dari Imam Ali as dan cucu Nabi Muhammad SAW. Ia dipaksa berbaiat kepada pemimpin kafir bernama Yazid bin Muawwiyah. Imam Hussain tidak bersedia, ia selalu menghindar.

Tetapi ia dijebak dengan banyaknya permintaan tolong dari masyarkat Kuffah. Ia mengira bahwa permintaan tolong itu murni dari kondisi masyarakat Kuffah yang tertindas oleh khalifah Yazid.

Ia berangkat bersama seluruh keluarganya dan banyak pengikutnya. Ditengah perjalanan, para pengikutnya memisahkan diri, mundur karena ketakutan akan kematian yang dihembuskan pihak lawan.

Tinggallah kelompok itu berjumlah 128 orang, dengan 72 lelaki yang mampu berperang sisanya wanita dan anak anak. Mereka berhadapan dengan 10 ribu pasukan Yazid yang menutup sumber air sehingga pasukan Imam Hussain kehausan.

Pertarungan epic ini spirit perjuangannya sangat luar biasa, menginspirasi banyak revolusioner dunia mulai Mahatma Gandhi sampai Soekarno. Bahkan Che Guevara pernah berkata, "Kaum revolusioner seluruh dunia seharusnya belajar dari perjuangan Hussain dan pengikutnya.."


Tubuh Imam Husain as di mutilasi dan seluruh kerabatnya gugur dengan tubuh terbelah. Tapi mereka mampu melawan dengan gigih sehingga dikabarkan mampu membunuh pasukan lawan dengan jumlah mati ribuan. 72 pejuang dengan keberanian yang menggentarkan semua kaki mereka yang mengaku jagoan..

Semangat mereka adalah inspirasi terbesar Hizbullah, dalam melawan setiap jengkal kekejian di timur tengah.

Ini bulan Muharam, seharusnya bulan duka bagi umat Islam. Kisah ini dijaga dan dipelihara oleh mereka yang bermazhab Syiah selama berabad-abad, dengan menepuk-nepuk dada seperti yang tertera juga dalam tari khas aceh. Mereka menjaga api revolusi di dada mereka supaya Islam kenbali ke jalurnya, kembali menjadi agama rahmat bagi semesta alam.

Kisah Karbala seharusnya menjadi ukuran bagi seluruh umat beragama, bahwa musuh kita bukanlah mereka yang berbeda agama tetapi kesewenang-wenangalan terhadap kemanusiaan.

Dan dalam perang ini, kaum nasrani punya keterlibatan penting yang membuat mereka yang mengetahui sejarahnya ikut berziarah dan napak tilas dalam arbain di Irak, perjalanan panjang menuju kematian.

Membuka tabir ini siap siap dihujani tudingan "syiah" dan dimusuhi bahkan oleh saudara sendiri. Bahkan kegiatan memperingati peristiwa ini dilarang dimana-mana oleh mereka yang ingin terus menutupi kisah ini.

Ironis memang, mereka mengaku pengikut Nabi tapi membantai keluarga junjungan mereka sendiri.

Ya Allah, sampaikan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad..

WAHAB AL NASRANI


Aku bercerita kepada temanku yang nasrani.

Temanku,
Pernahkah kukabarkan kepadamu seorang syuhada di Karbala bernama Wahab si nasrani ?

Ia berusia 17 tahun dan seorang yg sangat tampan. Ia begitu terpana ketika melihat sedikittnya rombongan Imam Husain as.

Ia bersujud di depan ibunya. "Ibu, bolehkah aku bergabung dgn pasukan Husain?" Ibunya menangis karena ia tahu bahwa itu berarti kematian. "Apakah sudah tetap langkahmu, anakku?" Tanyanya. "Demi kehormatan, ini adalah waktuku."

Dengan derai airmata sang ibu mendekati Imam. "O cucu Muhammad, apakah anakku bisa mendampingimu melindungi nyawamu dengan nyawanya?"

Imam tampak ragu dan menyarankan supaya Wahab tidak mengikutinya karena menjadi pasukannya saat ini, mati adalah kepastian. 

Melihat keraguan Imam, Wahab si nasrani melompat dan bersimpuh dihadapan Imam. "Jika untuk berjuang disampingmu aku harus menjadi muslim, saksikanlah Imam, bahwa Allah adalah Tuhanku dan Muhammad adalah Nabinya."

Lihat Wahab berjuang. Ia menghempaskan 39 pasukan musuh, 19 diantaranya adalah pasukan berkuda. Pertarungan gagah berani itu disaksikan dengan mata kepala istrinya sendiri, Umm Wahab, yang meminta untuk ikut berjuang tetapi Imam Hussain menyuruhnya kembali ke tenda.

Satu persatu tangan Wahab al nasrani terpotong karena begitu banyaknya musuh. Kepalanya melayang terpenggal dan jatuh tepat dihadapan ibundanya. Dengan hati remuk sang ibu mengangkat kepala anak tercintanya dan menciuminya.

Umm Wahab, sang istri berlari ke arah Imam Hussain. "Wahai Imam, apakah suamiku sekarang menuju surga ?" Imam menjawab, "Suamimu menuju surga..". Umm wahab menatap wajah Imam, "Bisakah kau menjanjikanku bahwa aku bisa menuju surga bersama suamiku ?" Imam mengangguk.

Temanku,
engkau mungkin tidak percaya apa yang dilakukan Umm Wahab, istri wahab al nasrani. Ia mengambil kepala suaminya dan menciuminya sambil berkata, "Kuucapkan selamat atas surgamu, suamiku sayang.. Allah mengijinkanku untuk mendampingimu.."

Perkataan Umm wahab didengar musuh yang langsung menyerbu kearahnya dan memenggal kepalanya. Umm Wahab tercatat sebagai syuhada wanita pertama di Karbala. Dan ia seorang nasrani yang berani.

Kulihat temanku mengusap matanya yang memerah. Ia tidak menyangka bahwa seseorang didalam agamanya, mampu menjadi 72 pejuang melawan puluhan ribu pasukan Yazid bin Muawwiyah.

Itu bukan lagi keberanian. Itu sudah pada tahapan keimanan...

[denny siregar]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment