Friday, August 5, 2016

Masinton : Semua Warga Jakarta Tak Punya Otak


Dunia Hawa - Provokasi atas panasnya pentas pilkada DKI terus berlanjut. Setelah tak juga mendapat kabar cerah dalam upaya menarik Risma ke persaingan Pilgub Jakarta, rasa stress makin terlihat dari para kader PDIP. Mungkin saking putus asanya mencari kandidat pesaing Ahok, Masinton sampai merasa perlu membawa-bawa kambing berbedak jadi calon Gubernur dari PDIP.

 “Meski kambing dibedaki sekalipun, kami usung pasti menang. Apalagi lawannya cuma Ahok,” kata Masinton di berbagai surat kabar.

Mungkin ini pernyataan yang sebenarnya ingin menyombongkan mesin politik PDIP, namun di sisi lain justru sebenarnya merendahkan diri sendiri hingga ke tiik nadir. Kenapa? Sebab selama ini PDIP ngotot bahwa calon gubernur yang mau diusung oleh mereka harus melewati proses penjaringan, harus mendaftar dahulu. Nah pertanyaannya, sejak kapan Kambing pernah mendaftar ke PDIP? Kok sekarang bisa-bisanya kambing mendapat dukungan partai pemenang pemilu tanpa melalui proses pendaftaran terlebih dahulu?

Kalau tiba-tiba Masinton dan PDIP ngotot mau mendukung kambing hanya dengan modal bedak, tentu ini artinya mereka menjilat ludah sendiri setelah dulu juga ngotot Ahok tidak boleh masuk pencalonan PDIP karena tidak pernah mendaftar.

Pernyataan ini tentu juga lebih menghina puluhan calon yang sudah mendaftar secara resmi dan mengikuti penjaringan PDIP. Nyatanya mereka tidak dianggap berarti oleh PDIP. Setelah usaha susah payah interview, menyerahkan formulir pendaftaran, dan bahkan harus sampai membayar Rp 5 juta di depan, nyatanya mereka dengan mudah dicoret dan digantikan oleh kambing yang sama sekali tidak pernah ikut proses penjaringan.

Atau dengan kata lain: nama-nama yang santer diberitakan sebagai lima calon kuat dari PDIP ternyata tidak lebih berharga dari seekor kambing. Kerja keras tim penjaringan PDIP pun ternyata sia-sia saja, dikudeta oleh seekor kambing dibedakin.  Atau minimal mereka semua agaknya sedang dianggap setara kambing yang hendak diloloskan oleh Masinton.

Mbeeek…

Anyway…  bukan itu inti protes saya sebagai warga DKI Jakarta. Pernyataan yang sangat menghina dari Masinton justru kepada kita semua. Seolah warga Jakarta itu bodoh sekali sehingga mau saja memilih hewan sembelihan sebagai gubernur. Padahal DKI Jakarta telah membuktikan mereka cerdas dalam memilih.

Sejauh ini dalam pilkada DKI Jakarta secara langsung, calon-calon yang terpilih adalah yang sanggup membuktikan bahwa mereka bekerja. Kemenangan Fauzi Bowo atas Adang karena mampu meyakinkan dirinya jauh lebih bisa bekerja dibanding Adang. Jokowi Ahok juga maju dan terpilih karena mereka buktikan punya track record memimpin  dan punya konsep lebih baik daripada Fauzi Bowo.

Ini tentu tidak terjadi begitu saja. Para calon harus bersusah payah meyakinkan dan berkomunikasi dengan warga Jakarta. Kita tahu Jakarta dipenuhi oleh kelas menengah ngehe, yang sangat cerewet dan kritis terhadap pemimpinnya. Salah sedikit saja bisa jadi masalah yang besar.  Lalu kenapa tiba-tiba Masinton menganggap warga Jakarta mau begitu saja memilih kambing sebagai Gubernur?

Apa kapabilitas seekor kambing sehingga Masinton menganggap warga Jakarta begitu dungu mau mencoblos seekor kambing yang tidak punya track record memimpin? Bagaimana mungkin kambing yang cuma bisa ngomong “Mbeek” bisa meyakinan warga Jakarta memilih dirinya?

Pernyataan Masinton bahwa PDIP bisa dengan mudah mengusung kambing adalah penghinaan luar biasa atas intelektualitas warga Jakarta. Dia pikir kita semua begitu bodoh, begitu naif, mau dibodohi untuk memilih kambing. Masinton lupa bahwa PDIP dicoblos beramai-ramai oleh warga DKI karena mereka inginkan Jokowi punya modal kursi legislatif yang cukup untuk maju sebagai capres.

PDIP lah yang telah diselamatkan warga Jakarta yang begitu mencintai Jokowi-Ahok, bukan sebaliknya PDIP merasa segalanya bisa menentukan segala hal di DKI Jakarta, termasuk memenangkan seekor hewan sebagai Gubernur.

Maka dengan ini saya nyatakan secara terbuka saya tantang PDIP untuk mengajukan kambing dibedakin sebagai calon Gubernur. Kita lihat apakah warga DKI Jakarta akan menerima dan mencoblos begitu saja, kambing sebagai Gubernur. Jika tidak, saya harapkan warga mau menghukum berat partai ini karena sudah merendahkan 10 juta penghuni ibukota sebagai kawanan orang tolol yang mau memilih hewan sembelihan sebagai pemimpin.

Ingat, dalam demokrasi, pemimpin bergantung kepada suara pemilih. Jika mereka menyakiti kita, maka kita bisa balik membalas dengan berhenti memilih mereka di Pemilihan berikutnya.

[sindosatu.com]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment