Wednesday, August 3, 2016

Kami Muslim, Kami Selalu Benar !!


Dunia Hawa - "Anggap warga tanjung balai anarkis, Jokowi bela etnis Tionghoa oknum pembuat rusuh?"

Ini judul sebuah berita di media online yang ada kata "muslim-nya".

Jika anda orang yang sering membaca dan berlogika sehat, tentu menolak judul tersebut.

Kenapa? Karena, pertama seorang ibu etnis tionghoa itu protes terhadap pengeras suara yang mengganggunya. Protes adalah hal yang wajar, menyuarakan hak-nya atas kenyamanan yang terganggu. 

Yang kedua, ada tudingan bahwa Jokowi sangat membela si etnis Tionghoa karena menganggap warga Tanjung Balai anarkis. Tudingan dalam judul berita itu membesarkan protes si ibu yang mereka anggap oknum perusuh dan mengecilkan anarki pembakaran vihara. 

Judul berita itu membalikkan logika berfikir yang masih sehat. Bagaimana bisa orang protes dianggap oknum perusuh, seakan-akan kejahatan protes jauh lebih besar dari membakar vihar ? Dan ketika Jokowi mengutuk aksi pembakaran itu sebagai tindakan anarkis, bagaimana bisa ia dituding membela si orang yg protes yang ber-etnis Tionghoa?

Kaum otak setengah matang tentu pusing memikirkan logika yang - memang sengaja dibalik-balik itu. Daripada berat mikir, maka lebih mudah "salahkan Jokowi" dan " salahkan si etnis Tionghoa", karena Jokowi dan etnis Tionghoa adalah tempatnya salah.

Jadi merekalah akar semua kesalahan yang ada. Kalau pantat mereka bisulan, bisul itu pasti ber-etnis Tionghoa dan ini salah Jokowi.

Sedangkan si pembakar vihara, meskipun mereka salah, tapi kesalahannya tidak sebesar Jokowi dan etnis Tionghoa. Kenapa? Karena mereka muslim, jadi muslim haruslah berada di pihak yang benar, apapun itu kesalahannya. 


Kita bisa ketawa keras ketika bertemu dengan mereka yang logikanya kebalik seperti itu. Kita biasanya jadikan meme-memean dan ngikik sampe kopi pun muncrat sekeras-kerasnya. Tapi jangan salah, kaum yang kita namakan kaum 2D itu banyak jumlahnya.

Merekalah yang dengan kecepatan cahaya menshare berita dengan logika terbalik begitu. Hanya dengan membaca judul saja.

Selama berita itu sesuai dengan pembenaran mereka, maka wajib ketik amin dan bagikan. Dan lalu komen bla bla sampai kadang mengutip ayat dan hadis yang juga penafsirannya keliru. "Kami muslim, kami selalu benar".

Orang bodoh dalam jumlah yang besar adalah senjata yang berbahaya. Bungkuslah kebodohan dengan nama agama, maka perhatikan kerusakan yang dibuatnya.

Para pemain di belakang layar tentu paham ini. Mereka membangun ribuan website, membuat ribuan akun di medsos, upload peristiwa terbakarnya vihara dengan judul yang bombastis. Pada intinya, mereka mengarahkan ke satu titik bahwa peristiwa Tanjung balai ini terjadi karena kesalahan Jokowi dan Etnis Tionghoa.

Mengerikan, ya? Seruput kopi dulu biar tenang...

Pahami, begitulah model yang terjadi pada kerusuhan di timur tengah. Membangkitkan kebanggaan akan golongan setinggi-tongginya, memposisikan golongan pada posisi yang selalu benar dan menjatuhkan kredibilitas orang yang kontra dengan mereka. 

Ketika kita kontra, maka keluarlah label syiah, kafir, JIL, liberalis, pluralis sampe margarito kamis. Kadang dibumbui peran Yahudi yang selalu pake Remason. 

Begitulah fakta di lapangan, betapa berbahayanya media sosial dan online dalam mengacaukan logika berfikir mereka.

Kacau logika ini bukan hanya milik kaum penggemar nasi bungkus karet dua, bahkan mereka yang bergelar S2 pun menjadi kacau logikanya. Ini akibat kebanggaan berlebih terhadap golongan sehingga pakaian suku, agama dan ras mereka terlalu ketat membungkus jiwa yang penuh lemak.

Inilah musuh kita yang nyata meski mereka ada di dunia maya. Karena itu tidak salah ketika banyak pemuka agama yang jalan berfikirnya sehat menyerukan jihad di media sosial melawan propaganda kebodohan yang mereka doktrin setiap waktu. Internet menjadi medan perang antara sebelum menuju perang fisik yang sesungguhnya.

Jadi sekali lagi pahami pola mereka.

Sesungguhnya kejadian seperti pembakaran vihara di Tanjung balai itu hanya sebagai pelengkap peristiwa saja. 

Tujuan mereka sebenarnya menanam bibit bibit permusuhan yang pelan pelan tumbuh dalam dada kaum intoleran yang akalnya melemah dengan kebanggaan dirinya yang semakin tinggi.

Persis kata Imam Ali as, " Mereka yang kebanggaan dirinya meninggi, akalnya melemah.."

Terbukti lagi kata kata beliau dalam memisahkan mana kebenaran dan mana kesalahan.. Seruputtt..

[denny siregar]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment