Thursday, July 21, 2016

Santoso dari Kronologi Penembakan Hingga Beberapa Tanggapan


Kronologi Penembakan Santoso oleh Satgas

Dunia Hawa – Satgas Tinombala disebutkan telah berhasil menembak mati salah satu anggota kelompok yang wajahnya mirip dengan Santoso atau Abu Wardah.

Seperti diketahui bahwa Santoso merupakan buronan teroris yang memang sejak lama menjadi buronan aparat keamanan.

Penembakan seorang pria yang terduga Santoso itu terjadi di dalam baku tembak yang melibatkan kelompok tersebut dengan Tim satgas.

Menurut informasi yang dapatkan, dikabarkan turut tertembak pula satu orang perempuan yang juga merupakan anggota dari kelompok Santoso tersebut.

Satu buah senjata laras panjang dengan jenis M16 turut ditemukan dan disita oleh pihak keamanan terkait.





Pertempuran tersebut terjadi di sekitar wilayah pegunungan Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulteng.

Adapun berikut adalah kronologi penyergapan Santoso :

Pukul 16.00-16.30 Wita – Patroli melihat gubuk dan mengikuti jejak dari barat. Di gubuk kedua, terlihat seseorang mengambil sayur dan ubi untuk menutupi jejak. Tim patroli melihat jejak ke sungai menuju arah utara, terlihat tiga orang di seberang sungai dan langsung menghilang.

Pukul 17.00 Wita – Tim patroli melakukan kontak senjata sekitar 30 menit dengan lima orang di pihak lawan. Dua orang tewas: satu pria berambut panjang, berjenggot, dan bertahi lalat. Satu lainnya perempuan. Tiga orang melarikan diri.

Pukul 18.30 Wita – Tim patroli melaporkan adanya kontak senjata.

Pukul 19.00 Wita – Dilakukan evakuasi.

Sampai dengan saat ini, pihak keamanan masih menanti jenazah Santoso karena masih dalam proses pengiriman dari tengah hutan.

Prajurit yang Menembak Mati Santoso di tengah Hutan Poso

Pria yang tewas tertembak oleh tim Satgas Tinombala diduga pimpinan kelompok yaitu Santoso yang selama ini sudah menjadi buron dari tahun 2011.

Kapuspen TNI, Mayjen Tatang Sulaiman menyatakan bahwa pria yang diduga Santoso itu tewas ditembak oleh salah seorang prajurit Raider Kostrad yang turut bergabung di Satgas Tinombala.

“Jadi ada kontak senjata di koordinat UTM 2027-6511. Kontak tembak dari satuan tugas batalion Raider 515 Kostrad. Yang jelas tim satgas penugasan pengejaran Santoso,” terangnya.

Tatang turut membenarkan jika terdapat lima orang yang turut terlibat baku tembak dengan tim Satgas Tinombala.

“Dua orang meninggal salah satu cirinya berjenggot dan mempunyai tahi lalat yang cirinya dicurigai mirip Santoso,” kata Tatang.

Sekarang, tim masih melakukan evakuasi karena lokasi dari penembakan itu berada di tengah hutan, 60 km dari Poso.

“Saat ini terakhir informasi yang saya dapat, masih dilakukan evakuasi dari TKP, dengan satu pucuk M16. Informasi selanjutnya kita tunggu penjelasan dari pihak polisi,” terangnya.

Foto Jenazah diduga Santoso

Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Rudy Sufahriadi menjelaskan kalau telah terjadi baku tembat yang terjadi antara Tim Satgas Tinombala dengan para kelompok teroris pimpinan dari Santoso.

Pada baku tembat tersebut, polisi diketahui menembak mati sebanyak dua anggota kelompok Santoso yang diduga salah satunya adalah Santoso sendiri.

“Ada tanda tahi lalat di wajah. Saya belum lihat fotonya karena petugas masih di gunung,” terang Rudy.

Menurutnya, jenazah tersebut memang mirip dengan Santoso yang tak lain adalah pemimpin dari kelompok itu.

“Cirinya itu ada yang bilang Santoso, baru mirip saja. Saya baru bisa pastikan kalau minimal lima oranglah yang lihat itu Santoso,” jelas Rudy.

Rudy sendiri menjelaskan kalau polisi baru dapat memastikan apakah jenazah itu merupakan Santoso lewat tes DNA.

Berikut adalah foto jenazah yang disangka santoso itu:



Adapun untuk jidat dari jenazah tersebut hancur karena tertembak peluru yang cukup besar.

Namun berdasarkan informasi terakhir setelah diadakan otopsi ternyata yang terrembak di jidat bukan Santoso namun anggotanya yang bernama Mukthar.

Foto Jenazah Santoso yang Sebenarnya.


Satgas dari Tim Tinombala dan kelompok teroris Santoso diketahui terlibat baku tembak di sekitar wilayah hutan pegunungan Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, Sulteng.

Di dalam serangan tersebut, dua orang teroris tertembak mati yang salah satunya terduga Santoso. Menurut kutipan dari MNC Media, terdapat sebuah foto eksklusif yang diambil di lokasi tempat kejadian perkara.

Pada foto tersebut terlihat salah satu jenazah yang memang mirip sekali dengan Santoso. Ia memiliki tahi lalat yang berada di jidat terapit dengan alisnya. Ciri itu memang sesuai dengan apa yang sudah dikatakan oleh Kapolri Jenderal Pol, Tito Karnavian.

Pada waktu berada di kompleks Kepresidenan, Tito menyatakan bahwa menurut informasi ada tahi lalat yang memang jadi ciri khas dari Santoso.


“Informasinya ada tahi lalat, itu yang jadi ciri khas Santoso. Ada jenggotnya juga. Tapi saya pikir jangan berspekulasi dulu. Biarkan teman-teman melakukan evakuasi. (Saat ini) sedang dibawa ke RS Bhayangkara di Palu, dibersihkan kemudian orang yang mengenali Santoso akan dibawa apakah betul dia,” terangnya.

Nyinyiran Demokrat soal Keberhasilan Tito Tembak Mati Santoso

 Anggota Komisi I DPR yang berasal dari fraksi partai Demokrat, Syarief Hasan menganggap bila tertembaknya Santoso itu merupakan sesuatu hal yang baik untuk aparat TNI dan Polisi yang sudah berusaha dengan keras.

“Kami ucapkan selamat berarti dengan demikian terorisme di Sulawesi Tengah itu bisa selesai. Walaupun ada anak buahnya tetapi saya pikir dengan komandannya yang sudah tuntas, anak buahnya tidak terlalu sulit untuk memberantas,” terang Syarief.

Walaupun begitu, Ia menyatakan bahwa ini bukanlah keberhasilan dari Kapolri, Jenderal Pol Tito Karnavian. Syarief hanya memberikan pujian terhadap aparat yang tergabung di dalam Satgas Operasi Tinombala.

“Tidak ada korelasi (dengan Tito-red). Tapi yang jelas aparat pemerintah itu bekerja dengan baik. Korelasi itu hanya kebetulan saja. Tapi yang jelas aparat bekerja dengan bagus. TNI, polisi itu bekerja dengan bagus,” jelas Syarief.

Ia menjelaskan kalau memang sudah seharusnya ada hubungan yang berkesinambungan baik dari TNI ataupun Polri untuk memberantas praktik terorisme.

“Mungkin dengan proses yang berjalan begitu lama terjadilah penembakan terhadap Santoso,” jelas Syarief.

Namun, ternyata beberapa waktu sebelumnya Tito Karnavian sempat melontarkan janjinya untuk dapat menangkap gembong teroris Santoso.

“Kejahatan yang berimplikasi kontijensi akan jadi fokus utama saya seperti terorisme, konflik intoleransi, konflik massal ya. Langkah-langkah yang akan kita lakukan adalah proaktif, mengedepankan fungsi-fungsi intelijen, Binmas. Lebih banyak mencegah daripada terjadi,” jelas Tito beberapa waktu lalu.

Tito turut menambahkan bisa Ia bakal berusaha untuk dapat menegakan hukum secara profesional supaya tidak menimbulkan masalah-masalah yang baru.

“Jangan sampai ada peristiwa massal kemudian kita salah penanganannya, korban banyak. Itu menimbulkan masalah baru namanya,” jelasnya.

Ia pun turut berjanji untuk dapat memburu kelompok teroris Santoso yang ada di Sulawesi Tengah.

“Sekarang ini kan sejak adanya operasi Camar, Tinombala, pengerahan pasukan, tidak ada lagi serangan ke masyarakat. Yang ada sekarang mereka tertekan. Dari 47 orang, sekarang tinggal 21 kalau saya tidak salah. Itu menunjukkan bahwa operasi ini efektif. Kalau masalah penangkapan Santoso, ini masalah medan, it’s a matter of time saya kira. Kita akan tetap tingkatkan uoperasi ini, sampai dengan selesai, baik yang bersangkutan tertangkap hidup atau mati,” tutupnya.

DPR Bingung Kenapa Baru Sekarang Santoso Bisa Ditembak Mati

Anggota Komisi III DPR RI, Sarifuddin Sudding mengungkapkan terbunuhnya dalang teroris Santoso dalam operasi Tinombala menimbulkan banyak pertanyaan yang harus dijawab oleh Kapolri, Jenderal Pol. Tito Karnavian.

“Saya kira banyak pertanyaan muncul, kenapa baru sekarang Santoso bisa ditembak, kenapa tidak dari dulu? Termasuk masyarakat Poso kenapa berlarut-larut, padahal hanya di Kabupaten Poso,” ungkap Sudding

Ia mengungkapkan bahwa beberapa dari pertanyaan yang muncul adalah perbedaan jumlah personil gabungan TNI dan Polri yang tidak seimbang dengan kelompok Santoso yang hanya berjumlah 21 orang.

“Ada 3000-an personil TNI dan Polri yang mengejar Santoso dan kawan-kawan, jumlahnya hanya 21 orang, kok sangat sulit sekali. Pelibatan ribuan personil yang memburu 21 orang jadi pertanyaan besar buat saya,” terang politisi Hanura itu.

Selain itu, Sudding juga menduga, tertembaknya Santoso merupakan upaya dari Tito Karnavian selaku Kapolri baru untuk meraih dukungan dari masyarakat.

“Bisa jadi tertembaknya Santoso pasca dilantik menjadi Kapolri adalah untuk mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak. Selalu dikatakan, sudah teridentifikasi, tinggal menunggu waktu,” kata Sudding.

Terlepas dari design atau tidaknya soal Santoso, dirinya memberi aplaus kinerja Polri dan TNI.

“Kita hargai dan apresiasi TNI Polri, tapi disisi lain, pertanyaan masyarakat tidak bisa dikesampingkan. Kasus ini segera dituntaskan karena berkaitan dengan wilayah yang terstigma sebagai wilayah konflik,” ungkap Sudding.

[hatree.me]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment