Sunday, July 24, 2016

ISIS Sedang Bermain Di Indonesia


Dunia Hawa - Propaganda Santoso - yang mengaku sebagai komandan ISIS wilayah Indonesia timur - sebagai syuhada, bukanlah sekedar permainan. Di luaskannya propaganda mereka melalui media sosial, ditambah dengan ancaman ISIS untuk membalas dendam atas terbunuhnya Santoso, adalah tanda-tanda bahwa mereka ingin menghimpun barisan.

Salah satu polanya adalah angkat seseorang sebagai tokoh atau pahlawan. Kuatkan karakter tokoh sehingga menjadi magnet perlawanan. Buka kembali kisah lama ( dalam hal Santoso ini konflik Poso tahun 1998 - 2000an ) untuk meningkatkan eskalasi kebencian. 

Sesudah itu, ciptakan satu benturan yang nanti akan di propagandakan sebagai perang etnis, suku atau agama. Ketika benturan skala lokal terjadi, luaskan propaganda dan diharapkan terjadi balas dendam. 

Ketika skala benturan meluas, hancurkan karakter pemimpin negara dan aparat bahwa mereka tidak mampu mengatasi konflik. Ketika aparat represif, gerakkan playing victim dan teriak HAM. 

Kerusuhan mengakibatkan ekonomi jatuh, investasi luar berhenti, dan salahkan mereka sebagai penyebab kerusakan ekonomi. Jika semua itu sudah tercapai, kudeta. Gaungkan khilafah, kepemimpinan dgn syariat Islam dan gagalnya demokrasi.

Siapa yang bermain di belakang ?

Banyak tetapi dengan satu tujuan, Indonesia di lemahkan. Negara ini potensi memimpin ASEAN kuat sekali ( laporan Asean Development Bank Indonesia akan memimpin ekonomi ASEAN tahun 2020 ) berdasarkan jumlah penduduk dan sumber daya alam. 

Kuat-kuatlah minum kopi karena untuk mencapai seperti yang dikatakan ADB, jalannya pasti terjal dan penuh guncangan..

Seruput dulu sebagai kesepakatan bahwa NKRI adalah harga mati, apapun pertaruhannya. Jadilah manusia, jangan mau jadi domba yang diadu atau kambing yang dihitamkan..

Catata Bulan Januari Lalu :

ISIS INVASI INDONESIA

Laporan Ketum PBNU KH Said agi siradj bahwa ISIS akan meng-invasi Indonesia di tahun 2017, memang tidak bisa dianggap enteng. 

Banyaknya warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS di Suriah, dan kembalinya mereka ke negara ini adalah sesuatu yang dikhawatirkan. Sel-sel pendukung mereka juga sudah siap di sini, hanya mereka sekarang hibernasi menunggu sinyal yang tepat.

Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia adalah wilayah yang cocok sebagai satelit ISIS di Asean. Dengan menguasai Indonesia, maka ISIS akan mudah mengontrol Asean.

Indonesia sebenarnya sudah dikurung oleh 13 pangkalan militer AS. 

“Sama seperti saat Irak akan digempur melalui persiapan Operation of Enduring Freedom, dimana saat ini Indonesia sama juga “sudah terkurung” seperti Irak, oleh pangkalan-pangkalan AS yang berada di Christmas Island, Cocos Island, Darwin, Guam, Philippina, Malaysia, Singapore, Vietnam hingga kepulauan Andaman dan Nicobar beserta sejumlah tempat lainnya.”~ Connie Rahakundini Bakrie, pengamat Pertahanan dan Militer dari Universitas Indonesia.

Dan cara AS masuk untuk menguasai wilayah Indonesia, lebih mirip dengan yang mereka lakukan di Suriah daripada di Irak. Indonesia akan dibuat chaos dulu dengan isu sektarian seperti Islam-Kristen, Sunni-Syiah, Islam-Hindu utk Bali dan juga isu politik pro dan kontra Presiden. Selain itu gerakan separatis untuk memerdekakan wilayahnya masing2 akan didanai dan diperkuat.

Fanatisme2 terhadap golongan, komunitas, bendera dll sedang dibangun melalui media sosial. Ketika fanatisme itu sudah mencapai titik didihnya, baru dibenturkan.

Sesudah terbentur, masuklah ISIS dengan nama yang berbeda, sama seperti di bentuknya FSA dan Jabht al nusra di Suriah. Dan disini, di Indonesia, banyak sekali organisasi radikal Islam yang berkembang. Mereka akan memanaskan chaos di wilayah2, biasanya dimulai dari perbatasan seperti di Sumatera, Kalimantan dan Papua. 

Chaos2 itu akan membakar wilayah perbatasan dan terus masuk ke tengah, ke kota2. Jawa akan jadi sasaran akhir mereka karena biasanya pertahanan terkuat ada di sekitar ibukota negara. 

Ketika chaos itu, masuklah AS dan sekutunya, biasanya melalui NATO. Alasan mereka ingin membantu Indonesia menangani terorisme, padahal sebenarnya mereka malah memperkuat terorisme dengan mengirimkan suplai militer. Persis seperti di Suriah. 

Penolakan Indonesia terhadap aliansi militer Saudi untuk memberantas terorisme, sebenarnya bukan tidak mempunyai dampak. Saudi dan aliansinya akan semakin memperparah situasi di Indonesia. Itu seperti seseorang yang bilang "rumah lu bisa kebakaran", trus dia melempar api ke rumah dan berkata, "bener kan, rumah lu kebakaran ? Lu ga mau gabung ma kita orang sih.."

Saudi jelas kecewa berat pada Indonesia, karena tujuan dia membangun aliansi adalah memperkuat pengaruhnya di timur tengah. Dan yang mereka anggap "teroris" adalah Iran dan Yaman. 

Jadi, Indonesia yang awalnya non blok sulit untuk tidak mengambil kaki di satu blok, blok AS, Saudi dan koalisi mereka atau blok Rusia, China dan koalisi mereka. Karena ketika sendirian tidak punya teman, maka akan mudah sekali diterkam.

Tulisan ini bukan untuk membuat takut, tapi supaya kita waspada terutama untuk yang tinggal di perbatasan, siap2 menerima benturan yang sangat keras. 

Lebih aman memang bergabung dengan NU dan Muhammadiyah untuk yang muslim, karena kedua organisasi besar ini sudah teruji nasionalisme mereka daripada organisasi2 yang baru tumbuh bak cendawan. 

Saya sudah merasakan panasnya api Suriah di Indonesia seperti panasnya air kopi di dalam cangkir. 

Siap untuk diseruput..

[denny siregar]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment