Thursday, May 19, 2016

Rusia dan Indonesia Reuni Saudara Tua...


Dunia Hawa - Yang menarik dari pertemuan Jokowi dan Putin sebenarnya bukanlah masalah kerjasama ekonomi, karena sudah jamak dalam pertemuan kedua kepala negara akan terjadi juga transaksi ekonomi.

Menarik buat saya ketika ada kesepakatan hubungan kerjasama dalam memberantas terorisme dan pertukaran data intelijen kedua negara. 

Kenapa menarik? Karena Indonesia pernah ditawarkan juga kerjasama pemberantasan terorisme oleh Saudi dan ditolak mentah-mentah oleh Menlu Retno, langsung saat itu juga.

Terorisme dalam pandangan Saudi dan sohib kentalnya, tentulah berdasarkan pandangan subyektif mereka. Yang dimaksud teroris bagi Saudi adalah pemerintahan Bashar Assad di Suriah dan pemerintah Yaman. Ini jelas bertentangan dengan pandangan Indonesia yang sudah sangat terbuka dan mampu menganalisa siapa teroris sebenarnya.

Menariknya lagi, Indonesia malah membuka hubungan kerjasama dengan Rusia yang jelas jelas berbeda pandangan dengan Saudi dan kroninya pada masalah Yaman dan Suriah.

Ini jelas membuktikan ke blok mana sebenarnya Indonesia berpihak, ketika dunia terbelah menjadi dua bagian. Eratnya hubungan Indonesia dengan China, disusul Iran dan sekarang Rusia kembali mengulang sejarah eratnya hubungan Soekarno dengan kedua negara besar itu. Situasi yang dulu membuat Soekarno harus di kudeta karena bertentangan dengan paham Amerika dan Eropa. 

Blok AS dan sekutunya beberapa negara arab, tentu gerah. Mereka seperti melihat sejarah kembali di putar di depan mata mereka. Dan kita tahu, negara seperti AS tidak akan tinggal diam melihat kemesraan itu, mereka akan mencari banyak cara untuk melemahkan pemerintahan sekarang dan biasanya melalui saudara dekatnya, Arab Saudi. Jalan yang ditempuh bisa seperti yang mereka lakukan di Suriah dengan mendanai ormas ormas radikal Islam bahkan menciptakan monster baru seperti hal-nya mereka menciptakan ISIS.

Sudah saya bilang, Jokowi itu gila... 
Ia sangat berani mengambil resiko besar - tetapi benar - dalam mengarahkan pandangam politik luar negerinya. Ia ingin melepaskan ketergantungan negara ini yang dikuasai AS dan sekutunya sekian lama. 

Dan itu tidak mudah.... 

Kita akan merasakan goncangan kuat dengan potensi perang saudara dalam balutan sektarian. Menakutkan? Tidak juga... Sepertinya kita sudah siap dengan segala resikonya. NU bahkan sudah memetakan titik titik dimana potensi kekerasan bakal terjadi dan menyebar santri-santrinya.

Tapi tetap saja, kita harus merasakan goncangan meski dampak besarnya sudah diredam. Ah, rasanya secangkir kopi menarik untuk diseruput dan menunggu apa yang akan terjadi berikutnya....

[dennysiregar.com]



Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment