Saturday, May 21, 2016

Ahok, Kebanaran yang Didustakan


Dunia Hawa - Makin dekat ajang Pilgub DKI 2017, perseteruan antara Haters vs Ahokers semakin "memanas". Persoalan sebenarnya ada pada haters, yakni bagaimana supaya Ahok tidak ikut maju di Pilgub DKI 2017. Membaca perkembangan usai Munaslub Partai Golkar, kekhawatiran mereka semakin menjadi-jadi, apalagi setelah Ketua Umum Golkar yang baru memberi sinyal akan mendukung Ahok. 

Di atas kertas, dengan tambahan dukungan Golkar mustahil bisa mengalahkan Ahok yang juga sudah memperoleh  dukungan resmi dari  2 partai lain ditambah dengan Teman Ahok yang optimis akan mampu mengumpulkan 1 Juta KTP. Bahkan tidak mungkin pada akhirnya PDIP akan juga mendukung Ahok, sehingga bisa disebut pertandingan pun selesailah sudah, dan Ahok kembali menjadi gubernur.

Dengan demikian, opsi yang tersisa hanyalah bagaimana supaya Ahok sesegera mungkin dihentikan. Dan yang bisa melakukan itu hanyalah KPK. Berharap kepada DPRD DKI hanya akan menambah sakit hati, melihat situasi yang berkembang di kasus reklamasi, anggota DPRD lebih fokus untuk menyelamatkan dirinya sendiri, sebagaimana ungkapan seorang pendemo Ahok di DPRD, Jumat 20/5 yang sangat kecewa dengan DPRD DKI yang bahkan disebutnya jauh dari mampu untuk bisa mengalahkan seorang bernama Ahok. 

Demo menolak Ahok sepertinya akan semakin gencar dan bakal semakin menguat ke depan, mengingat waktu yang semakin dekat. Jika sampai dengan pendaftaran Bacagub di KPUD, Ahok masih belum jadi tersangka, maka sirnalah sudah segala upaya untuk bisa menghentikan Ahok.

Ahokers juga tidak tinggal diam, selain membela Ahok dari berbagai tuduhan yang dilancarkan oleh para haters, Ahokers semakin gencar memperlihatkan berbagai keberhasilan dan pencapaian Ahok dalam memimpin Ibukota. Sungai atau kali yang semakin jernih, jalanan yang semakin bersih dan rapi , taman kota yang hijau dan asri, dan juga kinerja dan layanan birokrat dan pegawai pemprov yang semakin cepat, ramah dan sigap membuat para haters tambah frustrasi. 

Andai Ahok tidak "dihambat", apa jadinya  DKI?  Semakin melesat jauh di depan, sendirian tanpa lawan. Semakin banyak fasilitas yang dibangun, banyaknya kemudahan dan bantuan yang diberikan Pemprov DKI bagi warga bahkan hibah ke daerah tetangga, perbaikan dan pengadaan  berbagai sarana dan prasarana dan juga kesejahteraan pegawai yang semakin baik.  Dan herannya anggaran yang digunakan atau serapan APBD tidaklah seboros jamannya gubernur yang dulu-dulu, yang selalu nyaris habis tanpa sisa namun tidak terlalu berbekas, menguap entah kemana.

Entahlah harus bagaimana mengungkapkan "perseteruan" ini dengan kata-kata. Meskipun fakta sudah bicara, namun haters tidak akan pernah dan seakan tidak rela untuk percaya. Demikian pula Ahokers, tidak bisa percaya, mengapa haters masih juga tidak mau percaya dengan realita.

Haters berkeras bahwa Ahok adalah dusta yang disamarkan dan beŕusaha untuk dibenarkan, oleh karenanya harus dihentikan. Namun Ahokers membela bahwa Ahok adalah kebenaran yang terus dipaksakan untuk menjadi dusta. Fakta yang terlalu nyata untuk bisa didustakan, demikian Ahokers membantah haters di dunia nyata dan di dunia maya. 

Bagi haters, wajib hukumnya Ahok harus dinyatakan korupsi dan bersalah. Dengan demikian, Ahok harus dihentikan apapun dan bagaimanapun caranya, apapun dan berapapun biayanya. Yang penting Ahok harus segera dihentikan, jangan sampai Ahok ikut bertanding di Pilgub 2017. Bahkan jika KPK pada akhirnya megumumkan bahwa Kasus Sumber Waras tidak ada unsur korupsi, mereka tetap tidak akan terima dan berusaha untuk meminta KPK berpikir ulang. 

Dan jika KPK tetap pada pendiriannya dan mengatakan tidak ada korupsi, mereka tetap akan  memaksa KPK mencari cara agar bisa ada unsur korupsinya. Bahkan mereka bersedia membantu KPK mencari dan menemukannya, atau jika KPK masih keberatan dengan temuan mereka, mereka siap dan bersedia mengumumkannya sendiri. Coba kurang apa lagi mereka membantu KPK?

Bahkan walaupun KPK tetap pada pendirianya tentang kasus Sumber Waras, mereka akan meminta KPK menggunakan kasus lain, yang penting Ahok bisa dinyatakan korupsi dan menjadi tersangka, itu saja sudah cukup bagi mereka guna menyetop laju Ahok. Yang penting Ahok tidak ikutan di Pilgub DKI 2017.

Andai mereka kita tanya:” Jika Ahok tidak ikut, siapa calon yang akan haters dukung di Pilgub DKI?” Tanpa ragu-ragu dan tanpa pikir, mereka akan segera menjawab:” Asal Bukan Ahok. Siapapun boleh,  terserah, asal bukan Ahok.”

Anda sekarang bisa melihat, betapa besarnya kebencian yang menjadi energi bagi haters  untuk terus meyakinkan siapapun agar yang namanya Ahok  jangan sampai ikutan di Pilgub DKI 2017. Bagi mereka yang dikuasai dan hatinya telah dicengkeram oleh kebencian, dusta pun akan dipaksakan menjadi kebenaran, kebenaran akan didustakan. 

Berkàca pada demo-demo menolak Ahok yang mereka lakukan, dan juga segala hal didunia maya yang mereka buat guna  menjatuhkan Ahok, kita akhirnya menyimpulkan bahwa ketakutan dan kebencian menghalangi haters untuk melakukan apa yang benar dan seharusnya. Sebaliknya, apa yang seharusnya tidak dilakukan, justru dilakukan.

Itulah yang terjadi, didorong oleh ketakutan bahwa Ahok pasti akan terpilih kembali, kebencian memaksa haters untuk menghalanginya jangan sampai terjadi. Bahkan mereka akan berusaha meyakinkan orang yang tidak tahu, yang tidak perlu tahu dengan apa yang mereka-mereka ini tahu. Ketidaktahuan mereka yang sama sekali tidak tahu dan sebenarnya tidak perlu dan tidak ada gunanya tahu ini akan mereka “ manfaatkan” supaya akhirnya mereka pun menjadi sama-sama tahu bahwa Ahok itu layak dibenci dan harus dihentikan. Hebat nggak?

Begitulah kebencian, yang benar pun akan dibilang salah. Dan segala hal selalu salah. Jika misalnya ada pejabat DKI yang bobrok, mereka akan segera mengatakan: “ Habis, gubernurnya si Ahok.” Padahal sangat mungkin apa yang dilakukan oleh pejabat tersebut tidak ada urusannya dengan Ahok, namun akan dipaksakan bahwa itu terjadi karena kesalahan Ahok. 

Demikian pula  ketika Ahokers memberi bukti bahwa sungai- sungai di Jakarta sekarang makin bersih, tidak lagi dipenuhi sampah dan bebas bau, maka mereka akan membalas dengan komentar sinis bahwa itu karena pasukan oranye atau pasukan biru yang bekerja, tidak ada peran Ahok sama sekali di sana. 

Anda sudah bisa melihat, betapa lihainya kebencian mendustakan kebenaran. Dan itulah yang sedang terjadi di setiap huru- hara dan aksi para haters menolak Ahok.

Tentu berbeda dengan Ahokers, mereka terdorong oleh simpati, setelah menyadari bahwa Ahok sedang dizholimi. Namanya orang dizholimi, pastilah orang yang memilki nurani akan bersimpati. Bahkan sekalipun yang dizholimi itu adalah mereka yang layak dan pantas dizholimi,  nurani mereka tidak akan pernah membenarkannya. Jika seseorang memiliki nurani, jika melihat haters sekalipun sedang tak berdaya dan perlu ditolong,  dia akan tergerak untuk memberi pertolongan. 

Akan bereda dengan haters, ketika melihat seseorang jatuh di jalanan, lalu setelah melihat orang tersebut memakai kaos “ Teman Ahok”, maka bukannya menolong, yang pertama sekali akan mereka katakan ialah: ” Rasain, mampus lu! Begitu akibatnya kalau dukung Ahok.” Ia pun akan segera berlalu, dan tidak mau tahu dengan orang itu. 

Apakah semua haters tidak memiliki nurani? Tentu tidak begitu, namun jika kebencian terus dipelihara, perlahan dan pasti , ia akan membunuh nurani. Itulah kebencian, ketika ia tidak dibinasakan, maka ia akan minta dipuaskan dan dibalaskan. Dan kebencian yang dibalaskan akan melahirkan dan melipatgandakan kebencian. 

Kebencian tidak akan pernah selesai dengan kebencian, oleh sebab itu jangan pernah membalaskan kebencian dengan kebencian, anda akan menuai akibat dari kebencian yang lebih besar, percayalah! Karena itu, jangan pernah biarkan kebencian berdiam di dalam dirimu, ketika ia datang, bahkan hanya sekedar menumpang lewat, jangan pernah memberi jalan dan tempat untuknya, apalagi sampai membiarkannya menginap dan menetap di dalam jiwamu. 

Apakah semua Ahokers pasti nuraninya baik? Tentu tidak, sangat mungkin beberapa diantara Ahokers berprinsip “Pokoknya Ahok”, tentu tidak begitu seharusnya. Namun setidaknya, mereka tidak memilih sesuatu yang bakal menyusahkan mereka yakni kebencian. 

Lanngkah ini tentu akan menuntun Ahokers untuk membentuk dan membangun nurani mereka tanpa mengotorinya dengan kebencian. Dan aura positif dari Ahok dan Ahokers yang lain akan mentransformasikan pikiran dan jiwa mereka hingga satu ketika bisa menjadi Ahokers sejati, Ahokers tanpa kebencian, True Ahokers. Kita adalah apa yang kita isi didalamnya. Oleh karena itu pikirkan dan  pilihah yang baik, yang benar, sedap didengar, yang disebut kebajikan, apa yang patut dipuji.

Setiap kita adalah mulia, terlalu hina jika kita membiarkan kebencian mewarnai jiwa kita. 


Salam persaudaraan Ahokers,

[pendeta sederhana/kompasioner]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment