Thursday, May 12, 2016

Ketika si Goblok Menggugat si Dungu


Dunia Hawa - Banyak hal yang kupelajari ketika berinteraksi dengan saudara-saudaraku yang beragama lain.

Saya harus berbicara menyampaikan apa yang saya pahami dalam keyakinan saya dengan bahasa yang juga mereka mengerti, bukan dengan bahasa yang hanya saya mengerti. Dengan begitu mereka pun akhirnya memahami dengan benar apa sesungguhnya yang menjadi keyakinan saya. Dan menariknya, saya juga mulai banyak memahami apa yang ada dalam keyakinan mereka dengan baik.

Dari sana saya mulai kembali kepada pelajaran yang sederhana sebenarnya, tetapi banyak dari kita yang lupa karena begitu kuatnya kebanggaan akan golongan. Bertanya matematika, ya kepada guru matematika. Karena bertanya tentang matematika kepada guru biologi, maka akan terjadi banyak kesalahan dalam penyampaian maupun pemahaman. Alur berfikirnya sudah beda, yang menjadikan cara penafsirannya juga beda.

Begitu juga bertanya tentang Kristen ya kepada orang Kristen... Bukan bertanya tentang Kristen kepada orang Islam yang sok tahu, dan lalu menyimpulkannya sendiri.

Akhirnya yang terjadi si goblok menggugat si dungu...

Si Kristen memaki si Islam dengan kebodohan penafsirannya terhadap kitab Islam, dan si Islam dengan bodoh pula melempar-lempar ayat di kitab Kristen kepada si Kristen. Seperti guru biologi yang memaki guru matematika tentang penafsirannya dalam aljabar dan guru matematika meledek guru biologi melalui konsep reproduksi hewan. Jaka sembung bawa golok, gak nyambung karena lu berdua goblok...

Hal yang sama sangat bisa terjadi di umat agama lain.

Seringnya berinteraksi seperti itu dan mengkoreksi penafsiran penafsiran yang salah selama ini, membuat kita secara otomatis merasa malu diri. Baru mulai memahami bahwa konsep "Untukmu agamamu dan untukku agamaku" adalah bahwa kita masing masing punya petunjuk sendiri. Jalan kita berbeda tetapi tujuan kita sama, yaitu berujung kepada Tuhan. Elu mau lewat barat, gua mau lewat timur, trus kenapa di ributkan? Toh ujungnya juga di garis finish, yaitu kematian.

Barulah saya menyadari benar arti toleransi dalam sebuah ayat di Albaqarah 62.

" Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati..." 

Sebuah mahakarya toleransi tingkat tinggi yang tercantum dalam kitab suci, tetapi selalu tersingkirkan karena kebanggaan akan golongan.

Seperti secangkir kopi. 

Mau dia dibilang black coffee, cappucino, macxhiato dan banyak lainnya, ia tetaplah secangkir kopi. Tidak perlu diributkan bagaimana prosesnya, apa campurannya ,tetapi fokuslah pada kenikmatannya. Karena cara menikmatiku adalah untukku dan cara menikmatimu adalah untukmu. 

"Musuh terbesar umat Islam bukan dari agama lain, tetapi kebodohan pada umat Islam itu sendiri..... " Imam Ali as.

Sruputtt......

[dennysiregar.com]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment