Saturday, April 16, 2016

Terima Kasih Sumber Waras


Dunia Hawa - Terima kasih Sumber Waras, akhirnya kami tahu siapa yang waras dan siapa yang ngaco. 

Bukan kebetulan namamu Sumber Waras, tidak kebetulan  pula namamu sering disebut. Sumber Waras; seperti namamu, engkau  membuat banyak orang menjadi waras. Mereka yang sebelumnya tidak waras, kurang waras, dan berpura-pura waras, sekarang  ketahuan sudah berkat namamu. Ahok, pejabat  yang memang waras telah membuktikan bahwa yang waras pasti menang. Kebenaran pasti berpihak kepada orang waras. Adapun orang ngaco, kelihatannya saja tidak ngaco namun satu ketika ngaconya akan keluar walaupun mengaku waras.

Mengapa ada banyak orang ngaco di republik ini?

Sebenarnya ada banyak orang ngaco di tengah-tengah kita, namun selama ini dianggap  waras. Justru orang yang berseberangan dengan mereka-mereka inilah yang dianggap ngaco. Namun akhirnya ketahuan siapa yang waras dan siapa yang ngaco ketika mereka berurusan dengan Sumber Waras. Namanya saja Sumber Waras, bukan Sumber Ngaco, tentulah ia tahu siapa yang waras dan siapa yang ngaco. Jadi, kasus  ini bukan suatu kebetulan.

Dan entah kenapa pula orang-orang ngaco ini dengan cara keroyokan berusaha menghajar Ahok, orang waras. Entah apa saja sudah mereka upayakan untuk menyingkirkan Ahok, namun sialnya Ahok tidak tergoyahkan. Apalagi Pilkada sudah di depan mata, yang artinya penderitaan mereka akan berlanjut untuk 5 tahun ke depan jika Ahok tidak berhasil mereka lengserkan. 

Ketemulah mereka dengan Sumber Waras, diawali dengan kejengkelan Kepala BPK perwakilan DKI kepada Ahok karena tidak kunjung membeli tanahnya di TPU Pondok Kelapa, Sumber Waras pun dieksploitasi untuk menekan Ahok. Tentu Ahok yang waras bukan type orang yang bisa digertak. Persoalan pun kemudian naik levelnya ke BPK. Oleh KPK, mereka disuruh melakukan audit investigasi, dan BPK berkeyakinan bahwa kerjaan Efdinal sudah benar. Entah darimana mulanya dan seperti apa kisahnya, bagaimana negosiasinya  beberapa anggota DPRD DKI menyambut laporan BPK ini sebagai modal untuk melengserkan Ahok secara legal dengan menggunakan tangan KPK.

Untunglah KPK waras, tidak ikut-ikutan ngaco seperti orang-orang ini yang sudah begitu yakin bahwa Ahok pasti akan menjadi tersangka. Sadar bahwa ada yang tidak beres atau ngaco di laporan audit BPK, KPK menyatakan tidak menemukan alat bukti untuk menaikkan kasus Sumber Waras. Namun orang-orang ini tidak berhenti sampai di situ, dengan menggerakkan massa hingga mendatangkan dukun amatiran, mereka menunjukkan ngaconya mereka dengan memaksa KPK menangkap Ahok. Memang bisa main tangkap?

Dengan cerdasnya KPK memeriksa Ahok guna membuktikan bahwa KPK masih waras. Dan 12 April menjadi hari yang paling dinantikan oleh orang-orang ngaco ini yang merasa yakin bahwa hari itu Ahok akan keluar dari KPK dengan menggunakan rompi. Sialnya, KPK tidak punya rompi yang pas untuk Ahok, sehingga Ahok bisa pulang tanpa rompi. 

Akhirnya mereka menjadi frustrasi, dan satu per satu terlihatlah bahwa orang orang inilah sebenarnya yang ngaco. FADLI ZON dengan komentarnya yang ngaco mengenai HGB Sumber Waras yang akan habis tahun 2018 membuat banyak orang menjadi tahu bahwa wakil ketua DPR kita ternyata ngaco.

Audit investigasi BPK sebagai auditor resmi negara ternyata bisa juga ngaco, bagaimana tidak ngaco? Mereka menyebut kerugian negara 191 M namun  di laporan yang sama menyatakan NJOP Sumber Waras hanya sekitar 7.4 Juta/M karena berada di Tomang Utara, artinya, kerugian negara seharusnya 480 M, bukan 191 M. Jadi ada ketidak pastian jumlah kerugian negara di laporan audit investigasi yang mereka lakukan, dan mereka terlihat bingung dan tidak yakin berapa sebenarnya kerugian negara. Belum lagi audit yang mereka lakukan menggunakan aturan yang tidak pas, sehingga makin terlihat ngaconya. Mengapa BPK bisa ngaco? Entahlah, mungkin ada oknum BPK yang ngaco lalu bekerja sama dengan orang orang ngaco supaya laporannya dibuat ngaco sehingga mereka yang memang waras lalu berubah menjadi ngaco.

Tanpa disengaja dan  entah kenapa kelompok orang orang ngaco ini lalu dengan sukarela mempertontonkan kengacoannya.  Imam Supriadi dengan ngaconya menantang orang waras duel sampai mati di bundaran HI. Auditor BPK ini benar-benar deh, ngaconya kelewatan. Haji Lulung, berani iris kuping kalau Ahok berani menggugat BPK ke pengadilan. Yang ini apalagi, ngaco makin tidak karuan.

Untunglah KPK memilih tetap waras, demikian juga Ahok tidak mau ikut-ikutan ngaco untuk meladeni orang-orang ngaco ini. Dan akhirnya, masyarakat kini tahu siapa sebenarnya yang waras dan siapa yang ngaco. Semua itu berkat Sumber Waras. Terima kasih Sumber Waras, engkau menyadarkan kami betapa banyaknya orang yang ngaco di republik ini.

[pendeta sederhana/kompasioner]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment