Sunday, April 10, 2016

Teman Ahok, Stop Pengumpulan KTP Dukungan!


Dunia Hawa - KTP dukungan buat Basuki Tjahaja Purnama  yang dikumpulkan Teman Ahok hingga Minggu (10 April) sore ini telah mencapai 519.514. Halo Teman Ahok, please deh, hentikan dong aksi pengumpulan KTP buat idolamu itu. Tegakah Anda menyaksikan ada seorang politikus tewas gara-gara terjun dari Monas yang berketinggian 132 meter?!

Manusiawilah Anda. Jangan anggap Habiburokhman, politikus Partai Gerindra, yang bernazar terjun dari Monas  main-main. Sebagaimana Anda lihat sendiri komentar di akun Twitter dan pernyataannya yang dikutip banyak media, ia serius akan terjun dari Monas jika Anda-Anda yang tergabung dalam Teman Ahok berhasil mengumpulkan KTP dukungan sebagaimana disyaratkan dalam peraturan dan perundang-undangan.


Jujur, saya ngeri melihat semangat Anda yang pada Minggu (10 April) hingga pukul 16.00 (saat saya menulis catatan ini), Anda sudah sukses mengumpulkan 519.514 fotokopi KTP dukungan buat Ahok, sementara syarat minimal bagi Ahok untuk bisa maju mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta lewat jalur perseorangan hanya 532.000 KTP dukungan.

Itu artinya, KTP dukungan buat Ahok agar ia bisa benar-benar maju menuju DKI-1 tinggal 12.486 KTP lagi. Tidakkah kalian sadar bahwa fakta membuktikan rata-rata Teman Ahok – juga didukung Muda Mudi Ahok yang sebagian besar anak-anak muda dari Partai NasDem – setiap hari bisa mengumpulkan 15.000 KTP?

Ngeri sekali! Jika pengumpulan KTP dukungan buat Ahok masih dilanjutkan besok (Senin 11 April), maka sangat mungkin jumlah KTP dukungan itu akan mencapai 534.514.

Gawat! Angka itu sudah melebihi target. Itu berarti sama saja kalian telah merelakan Habiburokhman mati secara tragis, tidak terhormat pula. Itukah yang memang kalian harapkan? Itukah yang kalian inginkan hanya untuk menutup kesombongan seorang politikus? Tiadakah pintu maaf buat Habiburokhman?

Ingat! Kalianlah, Teman Ahok, yang bisa menyelamatkan Habiburokhman. Tidakkah kalian kasihan dengan orang-orang yang akan ditinggalkan, seperti istri dan anak-anaknya? Tidakkah kalian kasihan dengan Partai Gerindra, ya partainya Habiburokhman, yang kini dirundung malang karena salah seorang kader terbaiknya di DPRD DKI Jakarta menjadi pesakitan KPK?

Tidak pedulikah kalian hai anak-anak muda dengan cuitan Habiburokhman di akun Twitternya pada 26 Februari 2016? Ingat, lho, Habiburokhman pernah menulis ciutan seperti ini: “Saya berani terjun bebas dari Puncak Monas kalau KTP dukung Ahok beneran cukup untuk nyalon.”

Mengapa kalian meneruskan aksi mengumpulkan KTP dukungan buat Ahok? Apakah kalian balas dendam dan sakit hati hanya gara-gara kalian disebut Habiburokhman “cuma omong doang?”

Stop! Sudahlah jangan lanjutkan idealisme Anda mencari sosok gubernur DKI yang ideal buat Jakarta. Memangnya yang hebat cuma Ahok? Ingat, dong, di luar sana masih ada seorang profesor yang masih “ngarep.com” dan mati-matian ingin jadi gubernur Jakarta.

Ingatlah juga Ratna Sarumpaet. Tegakah kalian hai anak-anak muda “kurang ajar” membiarkan ibu kita ini menari telanjang di Lapangan Monas karena ia pernah bersumpah akan melakukan aksi itu jika Ahok benar-benar akan maju lewat jalur independen?



Oke-lah, saya tidak terlalu mengkhawatirkan Ibu Ratna Sarumpaet, karena dia tidak menyabung nyawa. Mungkin saja dia benar-benar akan menari telanjang. Saya perkirakan tarian telanjangnya paling lama berdurasi tiga atau lima detik. Yang penting ia telah memenuhi nazarnya, atau bisa saja ia melakukan tarian penazar itu secara diam-diam pada pukul 02.00, sehingga luput dari pantauan orang-orang media, terutama televisi.

Tapi, yang saya khawatirkan adalah Habiburokhman. Saat banyak orang meragukan nazarnya sekadar bualan dan lelucon politik, ia marah dan menegaskan bahwa apa yang akan dilakukannya (terjun bebas dari puncak Monas) serius jika memang perolehan KTP dukungan buat Ahok (532.000)  terealisasi. Haruskah ia mati dengan cara yang sangat mengerikan itu?

Dari pernyataannya yang tersiar di banyak media, saya simpulkan Habiburokhman serius dengan nazarnya. Dia bukanlah Anas Urbaningrum yang cuma bisa membual siap digantung di Monas jika terbukti menerima uang hasil korupsi. Padahal faktanya ia korupsi dan kini dipenjara.


Habiburokhman juga bukan Razman Arif Nasution, pengacara warga Kalijodo, yang berjanji akan mengerahkan 1.000 PSK jika Ahok nekat menggusur rumah liar di Kalijodo.


Habiburokhman juga bukan politikus gaek asal Golkar, Suhardiman, yang sampai sekarang telinga dan jari-jarinya masih lengkap padahal ramalan politiknya sering meleset. Dulu, ketika masih berjaya, Suhardiman kerap sesumbar “potong telinga dan jari saya jika apa yang saya katakan tidak terbukti.” Faktanya, apa yang dikatakannya tidak terbukti. Faktanya sekarang jari-jari tangan dan kakinya masih utuh, tuh?


Habiburokhman juga bukan Mbah Kakung Amien Rais yang bernazar akan berjalan kaki dari Yogyakarta ke Jakarta jika Jokowi terpilih menjadi presiden dalam Pilpres 2014.


Kini, Jokowi terbukti sudah menjadi presiden, tapi Amien Rais memikunkan diri (atau jangan-jangan sudah benar-benar pikun?) lupa dengan nazarnya. Belum ada informasi teraktual, dia masih kuat “mbrangkang” nggak?

Jadi tidaknya Habiburokhman terjun bebas dari puncak Monas, sekali lagi, tergantung dari Teman Ahok. Lewat tulisan ini saya imbau hentikan aksi kumpul-kumpul KTP dukungan.

Saya menduga untuk mengulur-ngulur waktu (baca: berkelit), Habiburokhman akan menjelaskan bahwa yang ia maksudkan bukan angka 532.000 KTP dukungan, tapi 1.000.000 KTP sebagaimana diminta Ahok kepada Teman Ahok.

Karena itu perintah Ahok, boleh jadi Teman Ahok akan serius mengumpulkan KTP dukungan hingga 1.000.000.

Halo anak-anak muda Teman Ahok, jika memang Habiburokhman merevisi pernyataannya (memangnya UU KPK?), saya berharap kalian menghentikan kegiatan ketika KTP dukungan telah mencapai 999.999.

Sekali lagi itu semata-mata demi keselamatan Habiburokhman, kecuali jika kalian telah berkonsultasi dengan para dukun yang tempo hari ke KPK, eh, ternyata Habiburokhman, ibarat ban serep mobil,  punya cadangan nyawa. Kalau memang begitu faktanya, ya silakan lanjutkan!

[gan pradana/kompasioner]


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment