Wednesday, April 13, 2016

Menanti Dukun Haters Ahok Berikut Bertindak


Dunia Hawa - Selasa (12 April 2016) malam kemarin adalah waktu yang ditunggu-tunggu para pendukung dan haters Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Mereka sama-sama cemas menunggu keputusan apa yang diambil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah lembaga antirasuah itu memeriksa Ahok selama 12 jam.

Gubrak! Hasilnya mengecewakan para haters, sebab Ahok keluar dari gedung KPK tetap mengenakan kemeja batik tanpa rompi berwarna oranye. Masih pula melempar senyum. Kurang ajar!

Para haters yang sudah terlanjur berbusa-busa berbicara sebagai nara sumber dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC) di TV One pastinya kecewa berat lantaran Ahok keluar dari lobi gedung KPK sekitar pukul 21.30  masih bisa mengumbar senyum, dan ini yang menyakitkan, Ahok tidak mengenakan rompi oranye.

Lebih menyakitkan, dalam acara itu, Ruhut Sitompul, anggota DPR dari Demokrat menutup pembicaraannya bahwa pagi sebelumnya ia (katanya) dihubungi Ahok dan berpesan agar Ruhut menyampaikan kata-kata yang tertulis dalam sebuah kitab suci: “Ampuni mereka ya Tuhan, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

Ahok minta agar Ruhut menyampaikan kata-kata itu di acara ILC TV One, Selasa (12 April) malam. Ruhut akhirnya berani mengungkapkan kata-kata itu setelah  Ahok keluar dari gedung KPK tanpa rompi oranye.

Rompi oranye KPK kini menjadi simbol  yang memiliki banyak makna. Buat mereka yang benci kepada pejabat yang bermental maling (yang dicuri duit negara pula), rompi oranye bisa melahirkan kata-kata umpatan seperti ini: “Rasakan kau koruptor. Baguslah kalau kau ditangkap KPK  gak sampai dihukum mati!”

Buat para sahabat koruptor atau yang bersimpati pada koruptor (pembela koruptor), rompi oranye bisa melahirkan kata-kata sebagai berikut: “Ya, Tuhan, mengapa semua ini bisa terjadi?” atau bagi yang tidak rela bisa saja akan muncul kata-kata umpatan seperti ini: “KPK ngawur. KPK fitnah. KPK tebang pilih. KPK salah tangkap. KPK main politik!”

Ah, benar-benar menyebalkan! Ahok keluar gedung KPK tanpa rompi oranye. Bisa ditebak, haters Ahok sudah pasti  segera melemparkan opini: “Terbukti, Ahok telah membeli KPK. KPK berpolitik praktis.”

Kasus pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras  yang berakhir antiklimaks di KPK pada Selasa (12 April) malam memang menyakitkan bagi pendukung Ahok dan haters Ahok.

Kasus itulah yang digunakan para pelawan Ahok sebagai mesiu untuk menumbangkan Ahok agar mantan bupati Belitung Timur itu jangan sampai sukses mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada Serentak 2017.

Setiap hari melalui media sosial (medsos) , mereka memainkan isu itu dengan harapan mental Ahok dan para pendukungnya jatuh ke titik nadir.  Melalui pemberitaan palsu, haters Ahok berharap kepercayaan publik kepada Ahok runtuh, sebab Ahok ternyata tidak berbeda dengan para koruptor yang lebih dulu berurusan dengan KPK.

Demi menumbangkan Ahok, KPK pun mendapat teror politik. Lebih dari sebulan silam, sejumlah anggota DPRD DKI yang dipelopori Haji Lulung berbondong-bondong mendatangi KPK mendesak agar KPK memeriksa Ahok dan segera mengenakan rompi oranye kepada Ahok.

Mencurigai KPK sudah dibeli Ahok, belum lama ini, para haters pun mengirim dukun ke KPK. Alamak, sang dukun salah tembak. Mantra-mantra si dukun malah menimpa Mohamad Sanusi, anggota DPRD DKI dari Fraksi Gerindra.  Ia dicokok KPK saat menerima uang sogok dalam kasus proyek reklamasi Teluk Jakarta.

Haters Ahok kembali mengirim dukun ke KPK saat Ahok diperiksa KPK Selasa kemarin. Walah, mantra-mantra dukun sepertinya juga salah sasaran. Kini giliran mantra sang dukun  mengenai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)  Harry Azhar Aziz yang ketahuan menghindari bayar pajak lantaran namanya ada di dalam Panama Papers.

Besar kemungkinan ia akan dicopot dari jabatannya sebagai ketua BPK atau didesak mengundurkan diri. Pasalnya, tidak etis seorang pejabat publik (punya jabatan terhormat sebagai ketua BPK), kok, malah ngemplang pajak.

Mengapa semua ini terjadi? Sudah pasti, itu para dukun yang diundang ke KPK, dukun palsu. ‎ 

Dasar Ahok.  Pemeriksaan yang dilakukan KPK atas dirinya sejak pukul 09.30-21.00 (Selasa 12 April) dalam kasus Sumber Waras, menurut Ahok,  justru membawa hikmah buatnya.

Oleh sebab itulah Ahok merasa perlu memberikan  apresiasi kepada KPK atas pemanggilan dirinya, “sehingga saya tidak terus dijadikan kambing hitam dalam kasus Rumah Sakit Sumber Waras. Kalau saya tidak dipanggil KPK , kasus itu jadi liar, seolah-olah saya bersalah," kata Ahok kepada warawan.

Pemeriksaan terhadap Ahok  berlangsung selama 12 jam. Ia diperiksa empat orang penyidik. Pertanyaannya berkisar mengenai dugaan kerugian negara sebesar Rp 191 miliar akibat pembelian lahan RS Sumber Waras. Semuanya telah dijelaskan secara gamblang oleh Ahok saat ia diperiksa KPK.

Layaknya Tom (kucing iseng) dalam film kartun Tom & Jerry, para haters Ahok pasti masih akan terus berusaha menggulingkan Ahok. Kreativitas mereka memang luar biasa. Boleh jadi, mereka bakal menyikat Ahok lewat proyek reklamasi Teluk Jakarta. Celah-celah pasti akan dicari.

Boleh jadi pula mereka akan mengirim lagi dukun ke KPK , tapi  bukan dukun kelas kampung yang syaratnya cuma minta 10 ekor ayam berbulu dan berparuh hitam, melainkan dukun kota yang minta syarat lebih ketat dan berat, yaitu binatang bertubuh tambun.  Itu loh: ba ....i. Eh, "badak" maksud saya. Biar hasilnya lebih cespleng nggak nyasar ke orang lain. Yuk, kita tunggu dukun haters Ahok edisi berikut bertindak.

[gan pradana/kompasioner]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment