Adakah kebenaran yang bersifat hakiki dan universal? Saya kira tidak ada. Kebenaran itu bersifat partikular, subyektif, relatif, dan bahkan politis. Jangankan kebenaran hasil produksi kebudayaan manusia (konsep, teori, policy, adat, norma, aturan, dlsb), bahkan agama, kitab keagamaan, dan "Tuhan" sendiri pun tidak bersifat universal karena ada banyak manusia di dunia ini yang tidak mempercayai eksistensi Tuhan (entah itu kaum ateis, agnostik atau apalah namanya).
"Zat Tuhan" mungkin benar (bagi yang percaya tentunya) tapi kata, nama, & konsep tentang "Tuhan" itu sendiri kan bersifat "budaya" karena manusialah yang menamai-Nya yang saya sendiri tidak tahu ada berapa nama-nama tentang Tuhan ini. Nama-nama Tuhan yang beraneka ragam itu (baik yang disebut dalam kitab-kitab suci keagamaan maupun yang tidak disebut seperti dalam praktek komunitas suku yang tidak memiliki dokumen tertulis namun dipraktekkan secara turun-temurun) tidak lain dan tidak bukan karena keterbatasan kita sebagai mahluk yang tidak mampu menangkap "realitas hakiki" dari "Zat Supernatural" bernama "Tuhan" itu. Bukan hanya Tuhan, agama yang kita percayai kebenarannya juga belum tentu benar di mata orang dan umat lain. Kitab keagamaan yang kita yakini kebenarannya juga belum tentu dianggap benar oleh pemeluk agama lain.
Karena tidak ada kebenaran yang benar benar benar, maka idealnya atau seharusnya kita tidak perlu ngotot dan memaksakan orang lain untuk mempercayai kebenaran yang kita yakini. Kita boleh saja mempercayai setengah mati atas sebuah kebenaran (seperti kepercayaan saya terhadap Islam), tetapi hendaknya selalu berpikir ada kebenaran lain diluar kebenaran yang kita yakini. Jika pemikiran seperti ini dipraktekkan, maka kita tidak akan menyaksikan berbagai tindak kekerasan atas nama "kebenaran" itu. Benar?
[prof.santoso al qurtuby]
No comments:
Post a Comment