Friday, March 4, 2016

Imam Ali As



Dunia Hawa - “Bang, siapa sih Imam Ali as itu?” Tanya seorang teman di inboxku. Ini termasuk pertanyaan yg sering, tetapi jarang kujawab.

Imam Ali as adalah Ali bin abu thalib. Beliau adalah sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad Saw. As itu adalah gelar, yaitu Alaihi Salam atau semoga keselamatan dilimpahkan kepadanya. Gelar yg biasa juga disematkan kepada para Nabi2.

Beliau lahir di dalam Ka’bah. Terkenal dengan keilmuannya yang tinggi, karena Nabi Muhammad Saw saja mengatakan, “Jika aku adalah kota ilmu, Ali adalah pintunya.” Imam Ali sejak kecil mengikuti Nabi Muhammad Saw dan ia terus berada di sampingnya sampai Nabi wafat.

Imam Ali as dikenal sebagai komandan dalam setiap peperangan mempertahankan serangan dr pihak luar yg ingin membunuh Nabi Muhammad saw. Ketika hampir semua sahabat Nabi menolak tugas berbahaya, Imam Ali as yg selalu mengajukan dirinya.

Yang mengagumkan adalah transformasi dirinya dari seorang pahlawan perang menjadi begawan. Ia menjauhi dunia dengan bekerja di ladang seorang yahudi. Meski begitu, ketika para khalifah sedang mempunyai masalah pelik, beliau-lah yg selalu dipanggil.

Imam Ali as kembali tampil sebagai khalifah ketika rakyat memaksanya. Dan ujian beliau kembali tampak ketika banyak yang memeranginya untuk merebut kursi kekhalifahan.

Imam Ali as dicatat sebagai manusia suci oleh para pengikut ( syiah )-nya. Mereka berpatokan pada ayat di Alquran dan riwayat2 ketika Nabi Muhammad Saw mensucikan beliau, istrinya, dan kedua anaknya, sesuci-sucinya. Sampai sekarang pengikut Imam Ali as disebut sebagai Syiah Ali.

Nasihat2 Imam Ali as tak lekang oleh zaman. Kata-katanya yang terkenal adalah “Tanyalah aku sebelum kalian kehilangan aku..” Yang dimaksud kehilangan disini bukan jasadnya, tetapi petunjuk2nya yang dikenal sebagai kunci2 dunia dan akhirat.

Imam Ali as dihormati oleh kalangan pendeta Yahudi dan Nasrani sebagai seorang yang adil. Ia sering didatangi untuk diajak berdiskusi tentang segala hal. Ajaran beliau universal karena patokannya adalah kitab2 agama samawi.

Momen kematian beliau adalah momen yang menakjubkan. Beliau menyongsong takdir yang sudah diketahuinya. Malam sebelum kematian, beliau selalu berdoa, “Ya, inilah malam yang dijanjikan kekasihku Rasulullah..” Bahkan, ia sempat membangunkan pembunuhnya, Ibnu Muljam, saat ketiduran di depan masjid. “Kau sepertinya akan melakukan sesuatu yg mengerikan. Kalau kau mau, akan kuceritakan apa yg ada di balik bajumu..”

Dan ketika beliau sedang sujud di dalam shalat, saat itulah pedang beracun Ibnu Muljam menghantamnya. Pembunuhnya bukan org yg beragama lain. Ia dikenal sbg org yang shalat dan puasa-nya kuat, bacaan Alqurannya merdu dan selalu berpatokan pada Alquran dengan penafsiran yg keliru.

“Aku menang…” Begitu kata Imam Ali as saat darah mengucur dari kepala dan lehernya. Kemenangan beliau ketika ruh-nya terbebas dr jasadnya dalam kondisi syahid.

Jadi begitulah, teman.. Kenapa saya banyak menggunakan perkataan Imam Ali as sebagai penasihat diri sendiri. Nasihat beliau tidak spt motivator2 yang menjual duniawi, tetapi sebagai penampar diri sendiri. Kata2nya masuk ke relung hati yang terdalam, membuat akal merenung dan mulai menggali kebijaksanaan.

Kalau bisa saya bilang, Imam Ali as adalah takaran sempurna dari secangkir kopi. Pahit dan manisnya begitu seimbang ketika akal mencoba mencecap setiap mutiara yang beliau hasilkan.

“Ambillah butir kebijaksanaan dimanapun ia berada. Karena apabila ucapan kebijaksanaan berada di dada seorang munafik, ia akan menggelepar keluar dan bermukim di dada orang mukmin.” Imam Ali as.

[denny siregar]



Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment