Dunia Hawa -Pagi ini berserakan di media sosial foto2 foto Bang Yusril yang sedang belanja di pasar.
Memakai baju kaus Micky Mouse dan celana seperempat, bang Yusril tampak akrab dengan pedagang dan pembeli. Sambil senyum2 dikulum spt makan sabun, foto2 itu menyebar kemana2. Entah siapa yang mengambil gambar2 itu dan entah kenapa gambar2 itu muncul mendekati pilgub DKI 2017.
Saya kenapa ya hafal sekali gaya2 seperti ini.
Teringat dulu saat pilpres 2014, Aburizal Bakrie tiba2 nongkrong di warkop dan – dengan wajah agak meringis – mengangkat gelas kopi yang jelas sulit terjamin ke-higienisannya. Ical yang biasa ngopi di lobby2 hotel bintang lima dengan segelas kopi 90 ribuan per cangkir kecil masih ditambah plus plus dan plus, merelakan dirinya turun ke bawah, ke kelas masyarakat kecil, dengan kopi seharga 3 rebuan saja. Saya tidak tahu apakah sesudah disana beliau muntah2 atau kemudian ke dokter karena merasa ada yang gatal di bibirnya.
Ingat juga ketika Hari Tanoe yang biasa ada di ruangan ber-AC mewah di lantai paling atas gedung2 miliknya, tiba2 turun ke desa2 nelayan membagikan hadiah2. Sayang cak HT kurang sukses, karena ketika ia bertanya dengan senyum bangga kepada para nelayan yang lugu, “Anda tahu siapa saya ?”, mereka menjawab dengan bangga pula, “Tahu pak… Ahokkkk..” HT jelas senyum kecut.
Yang epic adalah apa yang dilakukan pak Wiranto.
Dengan disorot oleh kamera dari salah satu media televisinya HT, Wiranto yang waktu itu berstatus sebagai Capres dari Hanura, tiba2 menyamar jadi tukang becak. Dan – seolah2 kaget – penumpangnya seorang emak2 kalau ga salah, kemudian teriak ketika mengenali siapa tukang becak itu, dan – mirip sinetron – kemudian Wiranto dikerubungi masyarakat kecil. Belum selesai episodenya, Wiranto kemudian menjadi pengemis yang diusir satpam.
Bentuk kampanye yang aneh2 ini menghiasi peta perpolitikan di Indonesia, dan banyak yg seperti itu menjelang pemiihan anggota dewan. Mereka tiba2 peduli rakyat kecil dengan menyambangi, berdialog dengannya, dan meninggalkannya ketika sudah duduk karena lebih asyik tidur di kursi rapat di gedung DPR yang dingin, sambil bermimpi besok ada yang menyetor sekian ratus juta rupiah karena ia menyumbang suara untuk pembangunan mall yang berdiri diatas daerah resapan air.
Jadi apa yang dilakukan Bang Yusril sudah tidak lagi aneh. Melepas jas2 mahalnya yang biasanya selalu digunakan ketika di depan kamera, melepas semua atribut kemewahannya sebagai seorang pengacara mahal dengan tarif ribuan dollar per-jam, dan bergabung dengan masyarakat kecil yang jarang di-belanya di pengadilan. Mending membela negara asing yang kapalnya tertangkap negara, karena jelas bayarannya berapa.
Entah harus bagaimana lagi kampanye yang bisa menaikkan popularitas menjelang pemilihan, sehingga harus kembali lagi ke pola2 lama. Pola2 tidak kreatif yang langsung ketahuan, “pencitraan nih yee.. cie cieee..” dan langsung menjadi hiburan tertawaan mereka2 yang sudah cerdas dalam melihat fenomena alam gaib ini.
Kenapa tidak berlaku biasa saja, bang Yusril?
Menjadi biasa seperti apa adanya anda. Kenapa tidak sejak dulu anda menggunakan kepiawaian hukum anda dengan membela seorang nenek miskin yang diadili karena mencuri singkong dari perusahaan makanan besar, membela seorang anak yatim dari tuduhan mencuri makanan dari perusahaan fast food mutinasional ?
Kenapa anda baru turun ketika mendekati pemilihan ? Pencitraan sebagai seorang tokoh itu biasa, tapi lakukanlah dengan elegan. Anda bisa melakukannya bertahun2 sebelumnya dan dikenal sebagai “Pakar hukum pembela wong cilik”, tentu akan menanam rasa hormat yang dalam di dada banyak orang. Tidak perlu membuka jas untuk kepentingan sesaat, tapi pergunakan kemampuan di bidangnya untuk bekerja demi mereka yang membutuhkan. Kepercayaan itu dibangun, bukan diciptakan.
Batman juga pernah begitu dulu. Membuka semua kostumnya, duduk di warkop kopi tiga rebuan dengan sempak doang, dan hasilnya? Dikejar2 anjing…
Meskipun tidak berhasil merebut hati manusia, tetapi minimal ada anjing yang mencintai Batman… Sruput kopi dulu ah, bang Yusril…
[denny siregar]
No comments:
Post a Comment