Ahok itu pemberani. Sungguh, ini bukan karena saya memuji berlebihan, tetapi keputusannya untuk tetap bersama Teman Ahok pada jalur independen, adalah keputusan paling berani yang pernah saya lihat.
Ahok sosok populer di mata publik, tetapi sangat tidak populer di mata partai2. Dan ini benar2 pertaruhan tinggi untuknya.
Sementara ini, hanya Nasdem yang benar2 mendukung Ahok. Sedangkan PDIP masih belum memberikan keputusan, apakah memperbolehkan Jarot – wagub Ahok sekarang – untuk mendampinginya. Seandainya PDIP akhirnya mundur, maka otomatis Ahok akan bertarung sendirian.
Ibarat permainan poker, Ahok sekarang memegang kartu 4 of a kind. Kartu yang sangat bagus dan peluang menangnya besar dengan dukungan publik yang kuat. Sedangkan lawannya masih memegang kartu Flush, sekiranya mereka semua bersatu melawan Ahok.
Nah, seandainya PDIP berada di pihak mereka, sangat mungkin lawan2 Ahok memegang Straight Flush, dan Ahok bisa jatuh.
Kemungkinan besar, lawan Ahok akan menaikkan Yusril sebagai rivalitas berat. Dengan jargon “muslim yang pintar”, maka pertarungan Babel 2 akan kembali berlangsung di Jakarta. Dan ini bisa dibilang pertarungan yang kuat, Big Match.
Jadi, kartu tambahan kuatnya sekarang ada di PDIP.
Inilah kenapa saya bilang Ahok sangat berani. Ia bukannya merapat ke PDIP, malah menantang PDIP untuk merapat kepadanya. Dengan mengangkat seorang PNS dari jajarannya sebagai cawagub, Ahok seperti menatap mata PDIP dalam2, membuka bungkus coklat, mengunyahnya pelan2 dan bahasa tubuhnya berkata, “Bagaimana ? Bawa Jarot kesini atau kita akan bertarung berhadapan..”
Berbeda dengan Yusril yang sedang mengemis2 dukungan, Ahok malah menaruh kartunya di depan PDIP, seakan2 tidak butuh mereka. Ia tidak mengkhawatirkan pertarungannya, ia hanya khawatir kalau Teman Ahok tidak siap secara administratif sehingga pencalonannya dijegal di KPU.
Sejak ada Ahok, Pilgub DKI ini semakin panas dan menarik. Wajah2 terkenal bermunculan keluar kandang hanya untuk mengalahkannya. Hanya untuk mengalahkan, itu saja misinya, bukan untuk kesejahteraan kota Jakarta.
Sekarang mereka semua mengelilingi meja besar berkarpet hijau, saling memegang kartu masing2.
PKS seperti biasa celingak celinguk sebagai partai oportunis, mana yang akan menguntungkan mereka secara hitung2an. Gerindra juga bingung, langkah apa yang harus di lakukan. Golkar sedang sibuk dengan internal mereka. Demokrat sudah tidak ada lagi tajinya. Dan partai2 gurem sedang melobi2 supaya dapat jatah meski hanya sebagai pom pom girl dengan hula-hula.
Batman?
Batman sedang sibuk kabur dikejar pemilik warung kopi karena sudah tiga hari tidak bayar. Seekor anjing ikut mengejarnya dari belakang….
[denny siregar]
No comments:
Post a Comment