Sedang asik bermesraan dengan pasangan, tiba-tiba pintu kamar terbuka
dan masuklah si kecil yang memandang Anda berdua dengan bingung. Aduh,
harus gimana ya? Situasi ini tak sekadar membuat keintiman Anda jadi
terganggu, tetapi juga memalukan sekaligus mengkhawatirkan. Anda takut
"adegan panas" tersebut terekam dalam benak anak, lalu ia akan mengoceh
pada teman-temannya.
Tetapi, tenang saja. Sebelum Anda panik, terapkan dua cara berikut ini.
1. Minta anak meninggalkan kamar Anda
Secara naluriah, biasanya Anda langsung berteriak atau memarahi anak untuk menyembunyikan rasa malu. Namun, Dr Rajan Bhonsle, direktur Heart To Heart Counselling Centre dan dekan Institute of Human Technology, India, menyarankan untuk tidak terburu-buru meluapkan emosi semacam itu. Sebaliknya, mintalah agar anak meninggalkan ruangan Anda dengan tegas dan bijak, tapi bukan marah.
Kemudian, ajak mereka bicara di luar ruangan. Mungkin mereka akan merasa ketakutan dengan apa yang terjadi, namun Anda harus meyakinkan mereka bahwa peristiwa tersebut bukan salah mereka. "Jika perlu, minta maaf kepada anak karena Anda lupa mengunci pintu kamar dan berjanji tidak mengulangnya lagi," sarannya.
1. Minta anak meninggalkan kamar Anda
Secara naluriah, biasanya Anda langsung berteriak atau memarahi anak untuk menyembunyikan rasa malu. Namun, Dr Rajan Bhonsle, direktur Heart To Heart Counselling Centre dan dekan Institute of Human Technology, India, menyarankan untuk tidak terburu-buru meluapkan emosi semacam itu. Sebaliknya, mintalah agar anak meninggalkan ruangan Anda dengan tegas dan bijak, tapi bukan marah.
Kemudian, ajak mereka bicara di luar ruangan. Mungkin mereka akan merasa ketakutan dengan apa yang terjadi, namun Anda harus meyakinkan mereka bahwa peristiwa tersebut bukan salah mereka. "Jika perlu, minta maaf kepada anak karena Anda lupa mengunci pintu kamar dan berjanji tidak mengulangnya lagi," sarannya.
2. Menjelaskan kepada anak
Bhonsle
mengungkapkan bahwa rasa malu adalah reaksi pertama yang terlihat saat
peristiwa itu terjadi. "Tetapi, kita harus paham bahwa seks adalah
bagian dari kehidupan suami-istri. Dalam situasi seperti ini, orangtua
sebaiknya perlu bicara pada anak tentang hal ini, dan bukannya diam
saja," sarannya.
Menurut Bhonsle, diam justru akan menimbulkan berbagai persepsi dalam pikiran anak. Anak dari tiap kelompok usia punya pikiran dan reaksi yang berbeda terhadap situasi seperti ini. Maka sangat penting untuk berbicara dengan mereka untuk menghapus keraguan dan salah paham di antara mereka. Namun, pastikan untuk bersikap terbuka, dan sesuaikan pembicaraan dengan usia mereka.
Menurut Bhonsle, diam justru akan menimbulkan berbagai persepsi dalam pikiran anak. Anak dari tiap kelompok usia punya pikiran dan reaksi yang berbeda terhadap situasi seperti ini. Maka sangat penting untuk berbicara dengan mereka untuk menghapus keraguan dan salah paham di antara mereka. Namun, pastikan untuk bersikap terbuka, dan sesuaikan pembicaraan dengan usia mereka.
Misalnya,
pada anak usia tiga tahun. Saat melihat orangtua dalam posisi yang
"aneh", mereka menyimpulkan hal itu sebagai tindakan kekerasan fisik
yang menyebabkan ayah atau ibunya terluka. Hal ini bisa menyebabkan
perasaan takut, atau mereka merasa takut pada Anda. Katakan pada anak
bahwa tidak ada yang akan terluka dalam proses tersebut.
Penting juga dijelaskan kepada anak sejak usia muda bahwa setelah menikah, setiap pasangan membutuhkan waktu pribadi di mana anak-anak tidak bisa ambil bagian. Jangan lupa biasakan mereka untuk mengetuk pintu lebih dulu sebelum memasuki kamar Anda.
Penting juga dijelaskan kepada anak sejak usia muda bahwa setelah menikah, setiap pasangan membutuhkan waktu pribadi di mana anak-anak tidak bisa ambil bagian. Jangan lupa biasakan mereka untuk mengetuk pintu lebih dulu sebelum memasuki kamar Anda.
Sumber: idiva