Begitu banyak
ragam desain batik yang ada di Indonesia, salah satunya batik Belanda.
Batik ini merupakan asimilasi dari dua kebudayaan, Belanda dan
Indonesia.
“Awalnya, jaman sebelum Indonesia
merdeka orang Belanda yang tinggal di Indonesia mulai beradaptasi dengan
busana Indonesia. Sebab pakaian tersebut lebih nyaman dikenakan dan
sangat sesuai dengan kondisi cuaca. Akan tetapi mereka mulai
mengkreasikan dengan selera Belanda sendiri. Motifnya tidak sama dengan
motif batik tradisional Indonesia,”ujar Ton Van Zeeland, dari Pusat
Kebudayaan Belanda Eramus Huis, dalam jumpa pers Jakarta Fashion Week
(JFW) 2013, Plaza Senayan (7/11/2012)
Batik Belanda sendiri sebenarnya sangat akrab dengan kita. Batik yang kita kenal sebagai Batik Buketan bermotif bunga sejarahnya merupakan asimilasi antar batik dan selera noni Belanda. Kata Buketan sendiri berasal dari bouquet yang berarti bunga.
Motif
batik bunga dengan warna cerah inilah yang disebut dengan Batik
Belanda. Keinginan untuk mengenalkan peninggalan sejarah tersebut,
Erasmus Huis mengajak 3 desainer muda Indonesia untuk menggeluarkan
koleksi Batik Belanda dengan sentuhan modern.
3 desainer lulusan Lomba Perancang Mode (LPM) tahun 2011 itu adalah Iwan Ami, Sischaet Detta dan Lulu Lutfi Labibi menampilkan karya mereka lewat peragaan busana The Revival of Batik Belanda yang digelar siang ini di atrium Plaza Senayan.
Masing-masing
desainer menampilkan karya yang sangat berbeda hasil dari intrepretasi
motif Batik Belanda dalam rancangannya. Iwan Amir menampilkan koleksi
dengan warna-warna pastel seperti kuning, hijau, merah, jingga dan biru.
12 koleksi Afternoon'I menjadi pembuka pentas Eramus Huis di JFW siang
tadi. Gaun, blus, celana, jumper, dengan motif floral menjadi sebuah karya manis yang tampil hangat serta berenergi.
Sischaet
Detta, desainer kedua yang digandeng Eramus Huis juga menampilkan 12
koleksi ultraglam dengan aksen logam yang kuat. “Rancangan saya
terinspirasi oleh zaman perang VOC. Dengan perpaduan 60 persen batik dan
40 persen bahan lain seperti kulit, saya ingin menampilkan kesan lembut
sekaligus keras dalam satu rancangan,” ujar Sischaet Deta. Berbeda
dengan dua desainer lainnya, Sischaet mengambil motif becak bukan
floral seperti desainer lainnya. Gold, unsur logam yang menjadi satu
dalam rancangan busana glamor yang menampilkan kesan berani, tangguh
tapi disajikan manis serta lewat koleksi busana perempuan.
Show terakhir yang tampil adalah hasil kreasi Lulu Lutfi Labibi yang menampilkan 24
koleksinya. Lulu yang juga pembatik, mendesain sendiri motif Batik
Belanda dalam kainnya. Batik Belanda tampil mewah dengan background
hitam. Motif yang dibuatnya pun beragam mulai dari floral hingga motif
burung yang cantik. Yang menarik,lurik yang secara tradisional merupakan
busana laki-laki di tangan Lulu menjadi busana trendy yang dapat
dikenakan oleh perempuan. “Saya menggabungkan Batik Belanda dengan
lurik, kain tenun ATBM agar lebih fashionable dan bisa diterima oleh kaum urban,” pungkasnya.
(Foto: GUNTUR PANJI RELAWAN)