Friday, November 2, 2012

Sentuhan 3 Desainer untuk Tenun Indonesia


Pelestarian tenun nusantara menjadi misi Cita Tenun Indonesia (CTI), juga Garuda Indonesia yang menjalankan program corporate social responsibility (CSR) melalui program pembinaan di daerah melibatkan desainer fashion ternama Indonesia.

Program kolaborasi ini berlangsung di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Sambas-Kalimantan, Bali, Palembang, Badui, Garut, Kendari-Sulawesi Tenggara. Ke depan, CTI juga mengincar daerah penghasil tenun yang tak kalah hebatnya seperti Nusa Tenggara Timur, Riau, dan Klaten Jawa Tengah.

Setiap daerah memiliki kain tenun dengan ciri khas dan karakter berbeda. CTI memandang, desainer perlu memahami perbedaan karakter tersebut, dan turut berkontribusi untuk mengembangkan kain tenun menjadi busana siap pakai yang memenuhi selera masyarakat Indonesia juga dunia.

Misi pemberdayaan perajin, pelestarian dan pengembangan tenun dari berbagai daerah inilah yang menjadi pesan utama peragaan busana bertajuk Heirloom di Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) 2012 di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Heirloom bermakna sesuatu yang antik dan berharga dan telah diwariskan secara turun temurun. Mendekatkan desainer dengan perajin tenun, untuk menghasilkan busana siap pakai khas budaya Indonesia, menjadi cara untuk mewarisi tenun kepada generasi berikutnya.

Pada 2012 ini, CTI dan Garuda Indonesia menunjuk tiga desainer untuk merancang busana dari tenun nusantara. Mereka adalah Ari Seputra yang mengangkat tenun Lombok dalam koleksi bertema Unity. Didi Budiardjo mendapatkan tugas mengeksplorasi tenun Sambas, Kalimantan dalam menciptakan busana siap pakai dalam koleksi Nyanyian Emas Aurum Cantus. Sementara Priyo Oktaviano bertanggung jawab atas pembinaan tenun Bali, terutama daerah Seraya Timur dan menghasilkan busana siap pakai modern dan elegan dalam koleksi Kawaii Bali atau Indahnya Bali.

BISNIS YANG PALING MENGUNTUNGKAN TAHUN INI    di sini !!!!
Priyo menerjemahkan eksotisme Pulau Dewata juga kain tenun rang-rang dari Seraya Timur Bali yang khas, dalam koleksi busana siap pakai dengan potongan edgy dan modern. Bagi Anda yang menyukai gaya busana anggun dan elegan, dengan apresiasi tinggi terhadap budaya Indonesia, delapan set busana ini menjadi pilihannya.

Melalui koleksi Kawaii Bali, Priyo menunjukkan kain tenun dapat ditampilkan lebih modern dan kontemporer. Ia membawa pesan penting, bahwa tradisi dan tren dapat berjalan berdampingan dengan busana yang segar dan menarik sebagai representasinya. Motif yang khas dan menonjolkan keberanian penggunanya, tampil selaras dengan potongan busana yang modern. Tenun Bali tampil menawan dalam ragam pilihan busana, mulai terusan, rok, celana panjang, blazer juga dress dengan model peplum yang dirancang sesuai tren kekinian.
Sementara, Sambas Kalimantan punya kisah berbeda. Sekitar 700 artisan tenun menjadi sasaran utama dalam program pelestarian tenun ini. Sayangnya, sumber daya utama di daerah ini, para penenun, tak mendapatkan perhatian khusus. Mereka seakan tak punya pilihan dan memilih bekerja di luar negeri dengan upah rendah.

Namun, program kolaboratif yang mendatangkan desainer termasuk Didi Budiardjo, untuk melestarikan tenun dan mengembangkannya berhasil menarik perhatian penenun daerah ini. Mereka pun kembali ke daerah, menggarap tenun dan bekerja sama dengan desainer menghasilkan produk budaya yang tinggi nilainya.




Di tangan Didi, tenun Sambas berupa songket Sambas benang mas dengan motif pengaruh Hindu, China, Melayu, Arab bertransformasi menjadi busana siap pakai yang dinamis melambangkan keagungan motif tenun.

Lain lagi dengan koleksi Unity dari Ari Seputra mengangkat tenun khas Lombok. Baju "Lambung" dan sabuk "Anteng" unsur pakaian khas Lombok menjadi inspirasi koleksi ini. Ari memadukan motif keker, ocik, subhanale, opak erot, sabuk dea, sabuk anteng dalam garus desain modern yang dinamis tanpa menghilangkan unsur tradisi.




Bagi Ari, terlibat dalam program pembinaan di daerah selama satu tahun memberikan pengalaman dan pembelajaran berharga mengenai karakter tenun di daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Satu tahun takkan cukup untuk memelajari ragam motif tenun di daerah. Namun program ini jelas memberikan pengalaman dan inspirasi yang memicu kreativitas level tinggi seperti yang dituangkannya dalam koleksi Unity.

Priyo, Ari, dan Didi, merancang busana siap pakai menggunakan tenun nusantara menyasar konsumen butik yang percaya diri tampil beda, dan memiliki penghargaan tinggi terhadap budaya. Meski masih diproduksi eksklusif, suatu saat busana siap pakai dari bahan tenun nusantara pun dapat diterima masyarakat luas dan populer seperti batik.

Menurut Syamsidar Isa, mewakili CTI, butuh waktu panjang menuju ke sana, 10 hingga 15 tahun. Fokus utama CTI bersama Garuda Indonesia dan desainer ternama adalah pelestarian kain tenun dan proses menenun yang perlahan mulai digalakkan kembali di daerah penghasil tenun.

"Desainer mengambil motif setempat, mempertahankan budaya lokal, dengan ciri dan karakter khas sesuai daerah namun juga memodifikasinya dalam rancangan busana siap pakai yang lebih kepada art wear," tuturnya.

Sejumlah desainer yang juga terlibat dalam program pembinaan dan pelestarian tenun Indonesia ini di antaranya Chossy Latu, Era Soekamto, Sebastian Gunawan, dan Denny Wirawan.

TOKO BUSANA WANITA ONLINE, Click di sini!!!

sumber : 

Artikel Terkait