Tuesday, May 9, 2017

Siapa Pahlawan Reformasi? Jawab Saja Ahok


DUNIA HAWA - Dua puluh tahun hingga tiga puluh tahun dari sekarang, negara kita tercinta tentunya akan banyak mencetak sejarah bangsa. Sebagaimana negara kita telah mencetak sejarah sang proklamator Bung Karno dan Bung Hatta. Sejarah era pemimpin pada rezim orde baru yakni Soeharto. Sejarah itu sudah tercatat menjadi bagian dari masa lalu bangsa kita yang harus kita ambil pelajaran dan hikmah yang mendalam. Karena di setiap pembelajaran selalu ada sisi positif yang bisa kita jadikan sebagai pedoman agar menjadi jauh lebih baik.

Saya merupakan salah satu bagian kecil dari pelaku sejarah di bangsa ini, sebagaimana seluruh masyarakat Indonesia. Kita semua warga Negara Indonesia merupakan para pelaku sejarah yang akan menjadi bagian kecil maupun bagian besar terciptanya sejarah suatu bangsa.

Saya mungkin salah satu dari jutaan anak SD yang menjadi saksi nyata digulingkannya rezim Soeharto dan digantikannya dengan era Reformasi. Saya menjadi satu dari sekian anak bangsa yang melihat, mendengarkan dan mengamati sendiri bagaimana Soeharto jatuh dan digantikan oleh wakilnya BJ Habibie. Ingatan itu akan selalu melekat menjadi sebuah memori dan pengalaman dalam setiap perjalanan hidup hingga sekarang.

Ahok dan Al Maidah


Sebagai seorang muslim, secara umum saya pribadi sebagai muslim yang masih waras tidak suka Ahok mencatut surat Al Maidah pada pidatonya di Kepulauan Seribu karena bagaimanapun itu kitab suci kami dan Ahok tidak berhak mencamtumkan serta manafsirkannya. Karena dari peristiwa itulah awal mula terjadinya kegaduhan besar-besaran di negeri ini, bagaimana kaum bumi datar “oknum” muslim menampakkan kebodohannya dengan turun ke jalan dan meneriakkan ancaman-ancaman yang sama sekali tidak mewakili akhlakul karimah yang diwariskan Rasulullah Muhammad SAW. Dan karena peristiwa di Kepulauan Seribu pula yang membuat Ahok mengalami kekalahan di Pilkada DKI yang membuatnya terhenti melakukan reformasi besar-besaran urusan profesionalisme dan reformasi birokrasi. Sungguh disayangkan sosok professional semacam Ahok harus terhenti oleh Pilkada yang penuh dengan bau kebusukan. Dan terakhir, karena kejadian itu pula yang membuat Ahok harus divonis hukuman 2 tahun penjara oleh pengadilan meskipun JPU sendiri hanya menuntut 1 tahun penjara dan 2 tahun masa percobaan.
Begitu banyak gesekan antar umat hanya karena satu ucapan “Al Maidah”, ini benar-benar suatu kebodohan yang nyata.  Dan semua itu sebenarnya tidak perlu terjadi seandainya Pak Ahok tidak mengutip dan mencatut surat Al-Maidah dari kitab suci Al-Qur’an.

Setan “Sok” suci dan Al-Maidah
Namun sebagai seorang muslim yang masih waras, secara khusus saya sangat-sangat berterima kasih kepada Ahok dengan pidatonya di Kepulauan Seribu yang mencatut Al-Maidah dalam pidatonya.

Kita harus pahami secara dingin dan rasional, ulama itu bukan Tuhan, ulama itu bukan Dewa, ulama juga bukan nabi. Kita masyarakat muslim Indonesia selalu memberikan label “suci” kepada para ulama. Jika dilihat dari sisi positif tentunya hal itu wajar saja karena ulama yang mempelajari agama dan mengajarkannya kepada umat, namun pada faktanya realitas di lapangan tidak selalu berbicara demikian. Terlalu banyak ulama yang menjual doa-doa demi kepentingan pribadi, terlalu banyak ulama yang memanfaatkan ayat-ayat suci demi  nafsu kekuasaan, bahkan ada banyak ulama yang melacurkan semua keyakinan dan fitrah suci agama untuk mendukung calon tertentu demi mendapatkan materi dan jabatan.

Kita semua harus evaluasi dan sadar diri, bahwa realitas itu benar-benar terjadi dan bukan hanya isapan jempol belaka. Korupsi dana haji dan pengadaan Al-Qur’an merupakan bukti nyata bahwa begitu banyak setan di negeri ini yang pagi hari melafadzkan do’a tapi malamnya terlibat seks chat dan korupsi berjamaah.

Sabar dan ucapan Terima kasih kami kepada AHOK


Sebagai warga Negara Indonesia yang juga terikat hukum Negara Indonesia, terikat akan norma-norma sosial, kemanusiaan yang ada di negeri ini. Saya ucapkan terima kasih kepada pak Ahok yang sebesar-besarnya. Semoga segala peristiwa ini mampu menguatkan pak Ahok sekeluarga, apa yang dilakukan oleh pak Ahok semoga membuka mata masyarakat di negara ini bahwa penjajah bisa terlahir dari siapa saja dan golongan apa saja. Bisa dari agama dan suku apa saja, tidak peduli ulama maupun masyarakat biasa, tidak peduli pribumi maupun non pribumi.

Terimakasih Pak Ahok, kejujuranmu, ketegasanmu, kewibawaanmu semoga mampu membuka semua topeng-topeng para bajingan yang memiliki motif busuk namun berlindung dari ayat suci kami.

Terima kasih Pak Ahok, jangan pernah gentar dalam menguak kebusukan demi kebusukan. Karena sekelas Nabi Yusuf pun dibuang dan dipenjara sebelum mampu membuktikan bahwa dialah manusia yang benar.

Kelak, 10-20 tahun dari sekarang. Ketika anak saya bertanya siapa pahlawan Reformasi? Saya akan mengatakan kepada anak saya bahwa pahlawan Reformasi adalah Ahok.

Dialah yang mampu mereformasi bobroknya birokrat di bumi pertiwi ini, dia yang mampu membuka topeng para manusia busuk yang berlindung menggunakan dogma-dogma agama, dialah yang mampu membuka topeng ormas-ormas islam yang terlalu jumud dan tekstual dalam memahami masalah seperti halnya FPI dan HTI.

Ahok, dialah reformis sesungguhnya.

@mukhlas prima Wardani

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment