Monday, May 15, 2017

Kecerdasan Para Kaum Sapi


DUNIA HAWA - Kaum sapi ini mulai hadir di Indonesia sekitar tahun 2002 dimana ada satu partai politik berasaskan agama maju dalam dunia perpolitikan. Para petinggi partai itu adalah afiliasidari organisasi pemberontak di negara asalnya. Dan herannya organisasi itu menyamar seakan-akan membantu negara yang sedang susah karena dilanda perang.

Namun apa daya keadaan perang membawa titipan tujuan organisasi itu. Secara pelan tapi pasti kegerakan kaum sapi mulai diterima oleh masyarakat negara tersebut, dan mereka mulai tidak percaya dengan pemerintahan yang sah. Singkat kata organisasi itu berhasil menghasut rakyat untuk melawan pemerintahan negara itu sendiri. Dan untuk memperbesar organisasinya mereka berpencar ke penjuru dunia termasuk Indonesia untuk mewujudkan visi organisasinya. Yaitu mengganti sistem pemerintahan yang ada dengan sistem pemerintahan berdasarkan agama.

Indonesia menjadi tempat yang sangat menjanjikan, dengan jumlah populasi umat terbesar di dunia. Memastikan ajaran-ajaran yang bersinggungan dengan agama akan laku keras di tanah ini. Tidak salah memang, pergerakan kaum “terpelajar” ini mulai menggempur pemikiran anak-anak muda. Dari SD sampai Mahasiswa, mereka mulai mencuci otak polos pemuda bangsa ini. Mereka mulai mengembangkan paham dimana menjadi kaum beragama yang radikal itu pilihan hidup yang benar melebihi pentingnya keberagaman yang sudah ada sejak lama.

Dikemas dengan pemilihan kata yang halus dan dengan tutur kata yang sopan membuat orang yang mendengarnya terhipnotis dan ikut dalam alur yang sengaja mereka ciptakan. Dan ingat mereka memborbardir pikiran polos ini hampir setiap saat, entah dengan banyak cara yang dilakukan. Begitulah kaum sapi bergerak secara sistematis menjangkau setiap daerah yang dirasa masih belum sepakat bergabung dengan paham radikalnya.

Para kaum sapi ini mengisi banyak tempat di posisi-posisi penting negara ini. Ada yang di swasta, sektor pendidikan, pemerintahan bahkan menjadi Menteri di pemerintahan sebelumnya. Belum lagi jumlah perwakilan mereka yang ada di DPR atau MPR. Mengepung segala tempat yang ada di negara ini, untuk memperkuat kaki-kaki mereka.

Ditambah pegerakan perang di daerah timur tengah sana, membawa pesan yang sama untuk kelompok ini segera menguasai Indonesia dengan tujuan menggeser pemerintahan yang “keras kepala” diganti dengan pemerintahan agama buatan tangan mereka sendiri.

Kaum sapi bergabung dengan kaum apa saja agar tujuannya tercapai, salah satunya kaum wahabi dan dari kelompok HTI. Pelan-pelan mereka mulai berbagi fungsi untuk menyerang dari semua sisi dan secara konsisten. Mereka sama-sama menunggu momentum untuk mencari kegerakan massa bisa diorganisir secara masif.

Hampir lima belas tahun sudah mereka ada di Indonesia, dan menunggu moment itu datang. Sampai satu waktu di tahun 2016, seorang Gubernur yang sedang bekerja datang ke Kepulauan Seribu untuk memberikan ceramah tentang budidaya ikan lalu dijatuhkan dengan mengambil kata-kata yang dianggap menyinggung agama di Indonesia. Kebetulan Gubernur itu mau maju kembali ke periode kedua.

Namun seperti yang kita tahu Gubernur yang sering disebut kafir oleh kaum sapi kalah dalam Pilkada dan lebih dari itu mereka tidak puas juga bagaimana mungkin Gubernur itu hanya jatuh dalam hukuman dua tahun di penjara.

Ini membuktikan bahwa kecerdasan kaum sapi sangat di atas level rata-rata. Banyak orang di negeri ini bisa mereka sulap untuk anti keberagaman. Mereka tawarkan kebebasan seluas-luasnya untuk mengganti Undang-Undang Dasar yang berlaku sejak negara ini merdeka. Kaum sapi inilah yang terus menerus mengganti pikiran baik dengan pikiran yang kotor

Kaum sapi jadi-jadian ini yang terus merongrong pemerintahan agar bisa jatuh. Harapannya mereka bisa tidur dengan tenang dalam kekuasaan. Bersilahturahmi lewat pembagian proyek-proyek siluman, dan berseru kepada Tuhan untuk diberi umur panjang demi menikmati kerja keras yang mereka lakukan selama ini.

Sungguh terbuang waktu-waktu yang ada selagi menjabat, karena pikiran kaum sapi ini sangat pragmatis, dimana ada uang disana mereka berdiri tanpa pamrih. Sulit membedakan kapan mereka menjadi wakil rakyat kapan mereka malah menjadi pencaci Tenaga Kerja Indonesia dan menjadi babu di luar negeri. Ciri-ciri omongan kaum sapi ini selalu tiada artinya, membela kepentingan sendiri karena sudah terbiasa kerja dengan fantasi, tanpa ada hasil.

Pikiran mereka akan selalu jorok dan arogan, mereka merasa seperti pahlawan pembela agama. Paling gemar dengan acara keagamaan, bebas tidak perlu pakai helm yang penting teriak duluan. Sebentar lagi ini kaum sapi bakal keluar untuk sweeping segala macam, mulai dari bakwan sampai equil alasannya takut menggoda iman.

Kalau kita lihat sekarang, kaum sapi ini juga beralihmode. Mereka sangat update dengan apa yang sedang ramai dibicarakan. Melihat bunga mereka bisa sangat marah, melihat balon mereka sangat sensitif. Terakhir mereka tidak tolerir dengan lilin. Di Makasar mereka “panggil” Gubernurnya untuk tiup lilin. Di Solo mereka mengancam membakar lilin dengan obor. Sungguh aneh kaum sapi ini emosinya tiada duanya.

Padahal kalau kita sedikit cerdas dan tidak terbawa emosi, agama adalah gaya hidup. Dimana seharusnya orang yang mempercayai agama, hidupnya akan terisi dengan gaya hidup yang baik. Memberi dalam hidup seharusnya menjadi kebiasaan, jujur, bertanggungjawab, rajin, inisiatif dan setia dalam bekerja menjadi bentuk aplikasi ajaran Kitab Suci di kehidupan sehari-hari.

Yang membuat hati pengap adalah ketika mereka membaca ini, mereka akan mengirimkan pasukancyber dan memberikan tanggapan asal-asalan. Mirip seorang profesor mengajar anak kuliah mengolah daging sapi dengan teori-teori zaman purbakala padahal waktu itu sapi belum ada.

Untukmu para kaum sapi segeralah sadar. Jangan mau terbuai dengan obrolan tukang jagal di pasar, karena sesungguhnya mereka tidak butuh sapi hidup, mereka butuh daging sapi untuk dijual ke rumah makan. Jadi apa yang kalian perjuangkan sebenarnya. Tidak ada, yang ada hanya penghianatan ala sapi jadi-jadian.

Sebagai bahan pertimbangan silahkan lihat kelakuan pemimpin sapi-sapian ini, harusnya dari Malaysia tinggal menyeberang kembali ke Indonesia untuk menghadapi pihak berwajib, tapi karena katanya ada kriminalisasi tiket ke Arab Saudi yang dibeli. Sudahlah kalau memang tidak jadi datang mendingan dicukur aja bulunya eh sapinya.

@hisar Ivan hutabarat


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment