Friday, April 14, 2017

Ketika Tuhan Diajak Mengusir Djarot dari Masjid


foto : Saat Haji Djarot sedang berada dalam Masjid Jami Al-Atiq

DUNIA HAWA - Tindakan pengusiran terhadap Haji Djarot oleh pendukung Anies-Sandi kembali terjadi. Tentu kita masih ingat dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Djarot diusir dan diteriaki pendukung Anies-Sandi dengan kata-kata tidak sopan saat memenuhi undangan Haul Suharto di Masjid At-tin.

Kali ini hal yang sama terjadi ketika Djarot selesai menunaikan ibadah sholat Jum’at di Masjid Jami Al-Atiq, Tebet-Jakarta Selatan. Beberapa jamaah dan ta’mir masjid berteriak meminta Djarot secepatnya keluar dari kawasan masjid sambil mengucap takbir. Saya pertama kali melihat hal ini, ketika sedang asik membaca berita disalah satu media mainstream. Terus terang saya kaget melihat fenomena ini.

Apalagi yang diusir seorang pelayan masyarakat. Sungguh miris memang, tempat ibadah yang seharusnya dijadikan untuk menebar kebaikan justru malah sebaliknya. Kata-kata kebencian dilontarkan secara terang-terangan oleh seorang ta’mir masjid dihadapan jamaah lain. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka, jelas hal ini sangat jauh dari konsep Islam. Ternyata, “sesama muslim bersaudara” itu tidak berlaku saat Pilkada Jakarta. Berikut rangkaian pernyataan mereka :

“Mereka yang memilih pemimpin seorang Nasrani atau Yahudi itu orang munafik. Bila kita memilih orang nonmuslim, sementara ada orang muslim sebagai pilihan, itulah kita dicap jadi seorang munafik,” ujar seorang jemaah yang menggunakan mikrofon.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar,” teriak beberapa jemaah yang menolak Djarot di masjid tersebut, Jumat (14/4/2017).

“Usir, usir, usir…. Pergi, pergi,” sahut jemaah lain.

Semenjak mereka sempat berhasil menguasai panggung diaksi bela Islam 411 dan 212, kepercayaan diri itu muncul. Seolah mereka ingin unjuk gigi, secara bergerilya mereka menyerukan penolakan terhadap pemimpin kafir. Jelas ini sangat terorganisir, ormas-ormas Islam yang membawa bendera khilafah ada dibalik semua ini.

Mereka mendoktrinkan diri untuk kemenangan Anies-Sandi. Lewat spanduk-spanduk, selebaran, serta ceramah keagamaan mereka tak segan untuk menebar ujaran kebencian. Demi melanggengkan tujuan, apapun akan mereka lakukan. Karena sebenarnya tidak penting siapa yang mau dibela, intinya siapa yang didukung bisa ditunggangi jika menang nanti.

Jubah putih, sorban impor mereka pakai untuk meyakinkan masyarakat guna memenuhi hasrat kepentingan. Masyarakat ditakut-takuti dengan seruan tidak mensolatkan dan menguburkan jenazah bagi yang memilih pemimpin kafir. Sampai sabun, roti yang dikemas dalam plastik dan dilabeli ayat-ayat Al-Quran pun mereka ajak untuk berpolitik.

Dari kisah ini, saya baru sadar, jika masjid didirikan bukan untuk semua muslim. Saya baru sadar jika seorang muslim tidak wajib untuk disolatkan maupun dikuburkan oleh sesama muslim. Bagi mereka, tidak penting matamu sesipit apa? Atau agamamu apa? Intinya asal bukan Ahok.

Hei kaum cingkrang,,

Apakah kalian lupa,

Bukankah bela Islam itu dengan memberi teladan kebaikan kepada non-muslim. Atau kah bela Islam itu hanya sekedar turun kejalan lalu teriak-teriak sambil mengucap takbir dengan penuh kedengkian.

Apa ada sifat Nabi Muhammad yang demikian? Jika ada tolong tunjukkan yang mana?

Ataukah ada sifat-sifat Nabi lain yang demikian? Jika ada tolong sebutkan! Nabi mana yang kalian ikuti sehingga ente-ente semua berlaku demikian terhadap non-muslim dan bahkan sesama muslim.

Bukankah kalian diciptakan saling berpasang-pasangan. Bukankah kalian diciptakan untuk menjalin persaudaraan. Jika bukan saudara seiman, bukankah kita semua saudara dalam kemanusiaan.

Sebelum membela Islam, tanyakan lebih dulu benarkah anda Islam? Islam itu ada, karena kita membutuhkan sebagai pedoman. Dan Islammu tidak butuh dibela, dirimu sendirilah yang butuh pembelaan.

Jika demikian, Ini bukan tentang Ahok, juga bukan tentang Djarot. Ini tentang mempertahankan kebhinekaan kita dan membela hak sesama anak bangsa. Tidak ada yang membedakan antara minoritas dengan mayoritas, semua memiliki hak yang sama. Musuh kita bukanlah yang beragama nonmuslim, bukan pula yang bermata sipit. Musuh kita adalah mereka yang berani merong-rong dinegri sendiri, dengan sengaja menciptakan kekacaun melalui ormas-ormas radikal.

Apakah anda yakin akan memilih Anies-Sandi untuk memimpin DKI?

Jika benar anda yakin, berarti secara tidak langsung anda sudah memberi jalan masuk pada paham radikalisme. Lewat Anies-Sandi mereka akan berjaya dan melebarkan sayap dimana-mana. Bukan hanya di Jakarta, tapi diseluruh Indonesia, karena tujuan mereka sesungguhnya adalah mengkhilafahkan Indonesia.

Sebagaimana kita tahu, khilafah di negara asalnya sudah tidak diterapkan lagi karena sering terjadi kekacauan yang berujung perang saudara. Seperti yang terjadi di Timur Tengah, tak jarang kita melihat korban yang berjatuhan akibat serangan-serangan militer. Sehingga banyak yang beralih dari negara khilafah menjadi demokrasi.

Bagi mereka Pancasila itu thogut, dan dalam pemahamnya memfitnah atau pun menjelek-jelekkan hal yang thogut halal hukumnya.

“Pilihan ada ditangan anda dan keselamatan Jakarta anda yang tentukan”


@handoko suhendra

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment