Thursday, March 30, 2017

Satu TNI, Satu Polisi di Satu TPS, Tamasya Al Maidah Terancam Gagal!


DUNIA HAWA - Ada kabar baik dan angin segar berhembus dari pihak kepolisian yang mengatakan bahwa akan mempersiapkan satu TNI dan satu polisi untuk menjaga keamanan TPS, khususnya bagi mereka yang merasa terintimidasi dari salah satu pendukung paslon tertentu.

Kabar gembira untuk kita semua, kulit manggis sudah ada ekstraknya… Ups..

Pada putaran pertama, wacana ini sempat ditolak oleh Sumarno ketua KPU DKI yang dicurigai memiliki aroma dan bau yang sama dengan bau-bau pendukung Anies Sandi. Alhasil, perolehan keseluruhan dari pasangan Anies Sandi hanya berpaut tipis. Mungkin saja ada hubungan antara ketidak setujuan Sumarno dengan perolehan suara Anies Sandi yang tidak disangka-sangka menempatkan tipis di bawah posisi Pak Ahok dan Djarot.

“Karena hasil laporan dari putaran pertama ada yang (intimidasi). Seluruh paslon (pasangan calon) melaporkan kepada kami bahwa ada rasa intimidasi, sehingga kami mengambil langkah satu TPS dijaga satu polisi dan satu TNI,” kata Iriawan di Kantor KPU DKI, Rabu (29/3/2017).

Angin segar bagi pendukung Ahok Djarot, angin gurun panas dan menyengat bagi pendukung Anies Sandi

Melihat karakter pendukung Ahok Djarot yang tidak memiliki latar belakang radikal dan ekstrim, tentu penempatan satu TNI dan satu Polisi di satu TPS tidak bertujuan untuk menghalangi pendukung Ahok Djarot. Mereka adalah pendukung yang mendukung dengan cara yang rasional, masuk akal, dan memberikan kebebasan di dalam memilih pasangan calon.

Namun berbeda dengan pendukung Anies Sandi, mereka adalah orang-orang FPI, FUI, yang radikal, ekstrim, dan terkenal kerap kali menggunakan cara-cara kekerasan untuk mendulang suara. Lihat saja aksi-aksi yang dilakukan dari 411, 212, 313, dan beberapa lagi yang saya malas sebutkan. Mereka (yang bukan warga Jakarta) datang ke Jakarta untuk melakukan provokasi. Pada era reformasi sampai dengan era SBY, memang demonstrasi merupakan cara yang efektif, murah, dan berdampak.

Negara di Bawah Kepemimpinan Pak Jokowi Tidak Mempan Didemo

Sekarang negara Indonesia dipimpin oleh Presiden Jokowi yang nampaknya kurang mempan digoyang dengan isu-isu demo. Lihat saja aksi ormas radikal yang terjadi belakangan ini. Biaya yang dikeluakan untuk melakukan demo ini tidak kecil, namun sedikitpun tidak memengaruhi pemerintahan.

Jika mau adil, memang perubahan terjadi pada percepatan penuntasan status Ahok sebagai tersangka, namun hal ini juga menjadi senjata makan tuan untuk pendukung Anies Sandi. Keadilan harus ditegakkan. Ahok yang didakwa, membuat Anies dan Sandi tidak kebal hukum. Merekapun juga tidak kebal dari dakwaan.

Baca ini untuk referensi: Tim Anies Sandi Tuding Polisi Pilih Kasih dalam Mengusut Laporan Mereka? Lihat Ahok!

Aksi Tamasya Al Maidah terancam gagal dan cacat… Yahhh..

“Gagal maning, gagal maning.” – Kalimat sinetron fiksi jadoel

Lagi-lagi kegagalan dirasakan oleh pendukung Anies Sandi, FUI dan FPI. Tamasya Al Maidah terancam gagal dengan keberadaan polisi dan TNI di satu tempat pemungutan suara (TPS). Jikalau memang tetap terjadi, ancaman-ancaman Al Maidah akan menjadi sebuah senjata lunak, tumpul, dan rapuh. Keberadaan TNI dan Polisi akan menjaga keamanan dan kebebasan bersuara.

Saya yakin dengan pengamanan yang diperketat ini, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan yang (katanya) merupakan kantong Anies Sandi, mungkin perlahan-lahan akan membela Ahok.

Warga Jakarta Timur dan Jakarta Selatan sekarang aman memilih Ahok Djarot!

Pesan bahagia untuk warga DKI, khususnya Jakarta Selatan dan Jakarta Timur yang mendukung Ahok Djarot namun takut karena adanya intimidasi dari warga sekitar, Anda nanti bebas memilih AHok Djarot! Suara Anda dijamin, dijaga dan dilindungi oleh aparat keamanan NKRI dengan keberadaan satu polisi dan satu TNI di satu TPS!

Betul yang saya katakan.

@hysebastian


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment