Thursday, March 30, 2017

Membaca Sosok KH Hasyim Muzadi di Pentas Nasional


DUNIA HAWA - Indonesia kembali kehilangan putra terbaik bangsa, sosok dan sekaligus kiai karismatik asal Tuban itu telah wafat menghadap Sang Khalik untuk selamanya. Mantan Ketua PBNU itu telah mengembuskan napas terakhirnya di Malang, Jawa Timur.

Di kalangan kaum NU, sosok KH Hasyim Muzadi menjadi panutan yang tidak asing lagi. Bahkan di mata tokoh nasional seperti Prof. DR. Mahfud MD, seperti yang dikutip dari Harian Kompas, KH Hasyim Muzadi bukan sekadar tokoh NU, melainkan juga sebagai tokoh bangsa. Bagi Mahfud, Kiai Hasyim merupakan sosok yang bisa memberi teladan hidup sebagai orang Islam dan Indonesia sekaligus.


Dalam jati diri Kiai Hasyim, tutur Mahfud, keislaman dan keindonesiaan terlihat sebagai satu paduan yang harmonis, tidak konfrontatif. "Pak Hasyim itu bukan sekadar tokoh NU tapi tokoh bangsa karena dia menguatkan bangunan toleransi di Indonesia. Saya kira itu yang tidak dibantah dari Kiai Hasyim," demikian pernyataan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu.

Hasyim Muzadi dan Riwayat Organisasi


Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, Depok, KH Hasyim Muzadi wafat pada Kamis (16/3) setelah sempat sakit. Semasa hidup, Kiai Hasyim dikenal aktif dalam berbagai organisasi Islam. Kiai Hasyim lahir di Bangilan, Tuban, Jawa Timur pada 8 Agustus 1944 dari pasangan H. Muzadi dan Hj. Rumyati. Beliau menamatkan pendidikan dasar pada 1955 hingga pendidikan tinggi pada 1969 di Jawa Timur.

Masa muda Kiai Hasyim diisi aktivitas di berbagai organisasi. Beliau sempat menjadi Ketua Ranting NU Bululawang-Malang, Ketua Anak Cabang GP Ansor Bululawang-Malang pada 1965, Ketua Cabang PMII Malang dan Ketua KAMI Malang pada 1966. Hingga akhirnya beliau menjadi Ketua PWNU Jawa Timur periode 1992-1999.

Dalam Muktamar ke-30 di Kediri pada 1999, Hasyim terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Kyai Hasyim terpilih kembali menjadi Ketua Umum PBNU untuk ke dua kalinya dalam Muktamar NU ke 31 di Boyolali.

Dalam Muktamar NU ke-32 di Makassar pada 2010, Kiai terpilih menjadi Wakil Rais Aam PBNU (2010-2015), bersama KH A. Musthofa Bisri mendampingi Ketua Rais Aam KH. M. A. Sahal Mahfudh. Di kancah politik, suami Hj. Muthomimah tersebut sempat menjadi anggota DPRD Kota Malang-Jawa Timur dan anggota DPRD Provinsi Jawa Timur pada 1986-1987 dari PPP.

Pada Pilpres 2004, Kiai Hasyim juga sempat maju menjadi Calon Wakil Presiden mendampingi Capres Megawati Soekarnoputri. Namun pasangan capres dan cawapres ini gagal memenangi pilpres kala itu. Pada 2011, Kiai Hasyim membuka Sekolah Tinggi Kulliyatul Quran (STKQ) Al-Hikam Depok di Kelurahan Kukusan, Beji, Depok. Perguruan Al-Hikam ini merupakan yang kedua berdiri setelah yang pertama berdiri di Kota Malang, Jawa Timur.

Tak lama berselang, beliau juga mendirikan Pesantren Mahasiswa Al-Hikam lokasi yang sama dengan STKQ Al Hikam di Beji, Depok. Kiai Hasyim yang kini masih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) sempat menjalani perawatan di RS Lavalette, Malang. Beliau wafat pada Kamis, 16 maret 2017 pada pukul 06.15 WIB.

Selain itu KH Hasyim Muzadi adalah tokoh yang terlibat dalam organisasi Internasional Conference of Islamic Scholars (ICIS), yang bermarkas di Jalan Dempo, Matraman Jakarta, dan beliau duduk sebagai Sekjennya. Dikutip dari ICIS jakartablogspot bahwa ICIS adalah rumah bersama bagi lintas umat dan lintas agama untuk mendialogkan berbagai isu penting terkait dengan masalah-masalah lintas agama.

Hasyim Muzadi dan Pondok Al-Hikam 


Pondok pesantren Al-Hikam Malang adalah pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam resmi berdiri pada 17 Ramadan 1413 bertepatan dengan 21 Maret 1992. Sebagai pelopor pesantren khusus mahasiswa, Al Hikam ingin menjadi lembaga pendidikan Islam yang mampu memadukan dimensi positif perguruan tinggi yang menekankan pada ilmu pengetahuan dan teknologi dengan dimensi positif pesantren yang akan menjadi wahana penempaan kepribadian dan moral yang benar berdasarkan nilai-nilai Islam sebagaimana yang dijelaskan dalam situs resmi Alhikam ac.id.

KH. Hasyim Muzadi mendesain proses pembelajaran di pondok Al-Hikam dengan cara cara yang mengakomodasi perkembangan jaman, dimana di dalamnya memadukan ilmu agama, pengetahuan dan teknologi. Di saat pondok pesantren dilihat sebelah mata karena hanya melahirkan santri santri yang melek Agama dan tidak melek pengetahuan dan teknologi maka KH Hasyim Muzadi membuktikan dengan merintis pondok pesantren tinggi mahasiswa di mana santri adalah berasal dari kalangan mahasiswa.

Awal berdirinya pesantren Mahasiswa Al-Hikam digagas oleh KH. A. Hasyim Muzadi. Sebagai ulama, ia merasa memiliki tanggung jawab berkhidmat pada umat seperti yang dipesankan oleh para gurunya. Ada tiga dasar pemikiran utama kenapa Pondok Pesantren Mahasiswa harus terwujud:

Alasan Romantisme


Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, menuntut ilmu di pondok pesantren sudah menjadi tradisi di masyarakat. Namun perkembangan dan tuntutan era modern, telah mengubah referensi di kalangan keluarga muslim sendiri dalam memilih lembaga pendidikan.


Pondok pesantren yang sudah terbukti mampu melahirkan tokoh-tokoh besar lambat laun dianggap sebagai lembaga pendidikan yang sudah tertinggal zaman sehingga sekolah-sekolah umum berubah menjadi primadona. Fenomena seperti ini rupanya juga dirasakan dalam keluarga Hasyim Muzadi sendiri.

Oleh karena itu, ia merasa memiliki tanggung jawab untuk menggagas sebuah pesantren yang akan menjadi wadah penggemblengan ilmu agama dan juga melahirkan generasi yang memiliki peran di berbagai bidang untuk menjawab kebutuhan era modern seperti sekarang. Hingga akhirnya trandasi pendidikan pondok pesantren pun terus berlanjut dan berkembang.

Alasan Strategis


Hasyim Muzadi yang sangat aktif dalam berbagai bidang termasuk dalam dunia pendidikan, politik, dan organisasi masyarakat paham betul terhadap kondisi di Indonesia. Lulusan perguruan tinggi sudah barang tentu akan menempati posisi-posisi strategis di dalam mobiltas zaman baik dalam pemerintahah maupun di sektor-sektor lain.

Para lulusan ini perlu dibekali pengetahuan agama yang matang sehingga ketika menjalankan amanah dan peran sesuai bidang masing-masing, tidak keluar dari syariat agama Islam. Itulah kenapa santri dari kalangan mahasiswa menjadi target sasaran Pesantren Al Hikam. Dan harapannya, Al Hikam mampu melahirkan penerus bangsa yang mempunyai integritas keislaman dan keilmuan yang baik.

Alasan Akademik


Perpaduan antara ilmu pengetahuan dan ilmu agama merupakan salah satu tujuan Hasyim Muzadi untuk mendirikan Pesantren Mahasiswa. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, harus tercipta lingkungan belajar yang mendukung di mana santri akan mendapat pengajaran ilmu agama yang selalu memiliki relevansi dengan ilmu pengetahuan yang didapatkan santri dari perguruan tinggi masing-masing.

Sebagai langkah awal dalam mendirikan pesantren, Hasyim Muzadi yang pada waktu itu terkenal sebagai aktivis organisasi Nahdlatul Ulama dan mubaligh, merintis pengajian rutin setiap Jumat yang dilakukan secara bergantian dari rumah ke rumah. Pada tahun 1984, bersama dengan masyarakat Jantisari di atas tanah wakaf keluarga M. Cholil Alwi, ia membangun surau kecil yang nantinya akan menjadi pusat pembinaan keagamaan.

Kegiatan keagamaan yang dirintis dan dibina Hasyim Muzadi di musala kecil yang diberi nama At Taubah berjalan lancar dan mendapat respon positif dari warga masyarakat Jantisari dan sekitarnya. Pada tahun 1986, pamong desa Tulusrejo H. Nachrowi mewakafkan tanahnya seluas 800 meter persegi untuk pembangunan masjid. Dan pembangunan masjid akhirnya selesai pada tahun 1989 dan diberi nama Al-Ghazali.

Ketika masjid sudah berdiri, Hasyim Muzadi melanjutkan kegiatan pengajian rutin yang digelar setiap malam Ahad dan malam Kamis. Jemaah yang hadir pun semakin banyak termasuk dari warga Jantisari, Bantaran, Bukirsari, Kendalsari dan Karang Tengah. Khusus malam Kamis, dilaksanakan dengan istigosah yang berlanjut hingga sekarang. Seiring berjalannya waktu, semakin besar pula kepercayaan masyarakat padanya. Dan, cita-cita Hasyim Muzadi mendirikan pesantren mendapat dukungan besar dari masyarakat.

Setelah itu disepakati bersama-sama panitia untuk membentuk yayasan yang akan menjadi sentral semua program yang akan dikembangkan. Maka pada tanggal 3 Juli 1989, resmi berdiri Yayasan Al-Hikam. Yayasan ini bergerak dalam tiga bidang garapan; pertama, Majlis Ta’lim dan Dakwah; kedua, Pengembangan Sumber Daya Manusia; ketiga, Pesantren Mahasiswa Al Hikam sebagai garapan utama.

Pada awal berdiri, Al-Hikam hanya menerima santri dari kalangan mahasiswa perguruan tinggi non-agama di Malang. Sejak tahun 2003, Al-Hikam mulai menampung santri lulusan pesantren salaf trandisional dari seluruh pelosok negeri untuk dididik dalam Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hikam atau Ma'had Aly Al-Hikam.

Adanya perbedaan latar belakang santri ini kemudian dikenal istilah santri "pesma" untuk santri yang mukim di pondok tapi kuliahnya di luar dan santri Ma’had Aly. Untuk santri yang mukim dan kuliah di Al-Hikam. Maka dengan ikhtiar ini, diharapkan akan terwujud komunikasi antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan dalam “learning society’’ yang tercipta di tengah-tengah pondok pesantren Al Hikam.

Kurikulum yang diterapkan di pondok Al Hikam ini adalah menerapkan sistem kurikulum integral yang memadukan aspek teoritis (in-class) dan praktis (daily life) yang diorganisir dalam sebuah sistem terpadu (Pengasuhan - Pembelajaran - Pendampingan) yang saling berkaitan dan saling mendukung.

Pelaksanaan kurikulum ini didukung oleh tiga bidang yang menangani tugas sistemik Pesantren secara proporsional, yaitu; Dirosah menangani bidang pengajaran, Kepengasuhan menangani bidang mental-spiritual dan Kesantrimahasiswaan mendampingi proses aplikasi dan aktualisasi diri serta memandu para Santri mahasiswa dalam pengembangan karakter dan kepribadiannya.

Penerapan kurikulum integral di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam ini diharapkan dapat terlaksana efektif karena seluruh santri mahasiswa dalam mengikuti proses pendidikannya tinggal di dalam asrama selama 24 jam, sehingga proses trasmissi dan transformasi dapat dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan sebagaimana yang dijelaskan di situs resminya alhikam.ac.id.

Demikian kisah perjalanan sang pencerah bangsa dan negara, semoga dari pondok pesantren di Indonesia memuculkan kembali calon calon tokoh ulama intelektual dan intelektual ulama.

@asep abdurahman


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment