Thursday, March 16, 2017

OK-OTRIP, Proyek Sandiaga Uno Yang Menyelesaikan Masalah Dengan Masalah


DUNIA HAWA - Tidak cukup dengan OK-OCE, kali ini Sandiaga memperkenalkan progam baru yaitu OK-OTRIP. Progam ini katanya akan mengandeng supir angkot. Katanya, janji dulu pelaksanaannya nanti. Program ini merupakan konsep untuk menerapkan tarif transportasi terintegrasi sebesar Rp 5.000

Koncepnya cukup sederhana yaitu di angkot akan dibuat card reader yang memerluka kartu khusus. Pemakai angkot cukup men tap-in kartu mereka dan saldo akan otomatis berkurang Rp.5000. Tapi saldo tidak akan berkurang lagi bila tap-in lagi ke bus Transjakarta dalam waktu dekat. Berarti naik angkot lalu naik bus Transjakarta biayanya tetap yaitu Rp.5000.

Ngomong Itu Gampang


Secara teori hal ini sungguh indah didengar. Naik angkot lalu naik transjakarta cukup Rp.5000. Hal ini berbeda dengan sekarang yang bila rumahnya jauh dari halte Transjakata maka perlu naik angkot dulu baru naik bus Tranjakarta yang biayanya Rp.3500.

Tapi ingat dulu, kalau dilaksanakan maka setiap angkot perlu untuk disertai card reader (proyek lagi) dan SEMUA penumpang wajib memiliki kartu khusus untuk naik angkot. Angkot tidak lagi akan mengangkut anak sekolah bila mereka tidak memiliki kartu. Pertanyaannya, apakah angkot tidak akan menaikkan penumpang bila mereka tidak memiliki kartu?

Pasti masih mereka naikkan. Uang dari penumpang ini tunai dan tidak masuk sistem elektronik, tidak mungkin supir angkot menolaknya. Hal ini juga tidak menyelesaikan masalah utama dari supir angkot yaitu mobil yang sudah tua, ngebut dan ngetem sembarangan. Progam OK-OTRIP ini sungguh indah didengar padahal isinya sedikit.

Juru bicara Anies-Sandi, Pandji Pragiwaksono, menjelaskanbahwa tidak semua kawasan permukiman di Jakarta bisa dilalui bus. Di situlah dia menilai perlu menggandeng angkot-angkot untuk jadi angkutan pengumpan.

“Jangan angkot dihapus dan diganti bis 9-10 meter seperti keinginan Pak Basuki,” ujar dia.

Pandji mengatakan, Anies-Sandi berencana merangkul angkot dan mengubah sistemnya jadi lebih akuntabel dan profesional. Ia yakin dengan cara ini tidak akan ada lagi angkot-angkot ngetem ataupun sopir tembak.

Hal ini tidak mungkin, tidak ada hubungan OK-OTRIP dengan ngetem ataupun supir tembak. Justru angkot itu adalah angkot karena bisa ngetem sembarangan. Bila ada halte untuk angkot, maka lebih baik naik Transjakarta. Sudah lebih bersih dan besar, tidak ngebut lagi. Pandji ini seperti orang yang mengatakan panadol bisa menyembuhkan batuk, tidak nyambung.

Pandji kembali menegaskan bahwa Anies-Sandi akan menggandeng angkot untuk terlibat. Ia menyebut nantinya di pintu angkot akan dipasang card reader untuk tap-in tap-out, seperti yang saat ini diterapkan di halte Transjakarta.

“Ketika turun dari angkot dan hendak naik Transjakarta, maka penumpang akan tap-inkartunya lagi di halte Transjakarta. Apabila jarak antara tap-out di moda sebelumnya dan tap-in di moda lanjutannya kurang dari 30 menit, maka saldo tidak akan terpotong lagi,” kata Pandji

“Sampai sini saya mau mengatakan bahwa solusi yang Pak Basuki tawarkan tidak salah. Menghilangkan angkot dan menggantinya dengan bus bisa jadi solusi yang beliau anggap terbaik. Saya sangat yakin sudah beliau pikirkan. Beliau bahkan bisa jamin angkot kalau tetap mau beroperasi tidak akan bisa menang lawan beliau. Pada akhirnya, itu keputusan yang jadi hak pemimpin Jakarta. Anda tinggal memilih mau cara memimpin yang mana,” ucap Pandji

Baiklah kalau begitu. Mari kita buat hitungannya dulu. Moda transportasi terintegrasi ini akan berbiaya Rp 5000 untuk setiap penumpang dibanding RP 3500 untuk Tranjakarta sekarang. Masalahnya adalah, apakah supir angkot mau ikut yang begini? Bila mereka ikut, berarti mereka sudah tidak boleh menerima uang tunai lagi, tidak boleh ngebut, dokumen dan surat harus lengkap dan yang penting konsisi angkot harus bagus.

Anda yakin hal ini bisa terlaksana? Angkot itu milik perorangan, Pemprov tidak punya hak khusus kepada mereka. Makanya Angkot tidak bisa serta merta dihilangkan. Apalagi supir angkot terkenal sangar, masih ingat perseteruan trangportasi online dengan supir angkot? Siapa yang serang duluan? Siapa yang nabrak ojek online?

Mereka bisa main menghajar tanpa lihat aturan, yakin mereka bisa ikut progam ini tanpa masalah? Memang betul kalau Pilkada janji-janji yang ada itu indah. Tapi ingat, janji itu janji, tidak ada sanksi bila tidak memenuhi. Palingan dimaki rakyat setelah itu ya selesai. Pilihlah janji yang masuk akal, bukan janji yang pelaksanaannya banyak masalah seperti OK-OTRIP ini.

@evan kurniawan


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment