Thursday, March 2, 2017

Bahkan Rizieq Tak Ada di Daftar Ulama, Masih Anggap FPI Penting?


DUNIA HAWA - Seperti yang dilansir di detik.com. Kamis, 2 Maret 2017. Dikatakan bahwa Raja Salman akan duduk bersama dan bertemu langsung dengan sejumlah pemimpin organisasi Islam yang diundang seperti Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir.

Selain itu, sejumlah tokoh yang juga akan bertemu dengan Raja Salman di Istana Kepresidenan yakni mantan Menteri Agama Quraish Shihab, Ketua ICMI Jimly Asshidique, Wantimpres Hasyim Muzadi, Direktur Wahid Institute Yenny Wahid dan Ketua Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa

Nah, seperti yang kita perhatikan bersama. Bahwa nama Rizieq tidak tercantum pad daftar itu. Ini menjadi menarik. Padahal, banyak orang, terutama kaum keturunan penduduk bumi datar menganggap bahwa Rizieq adalah tokoh sentral, besar, dan berpengaruh. Maka secara logika, seharusnya Rizieq masuk ke dalam daftar untuk bertemu dengan Raja Salman.

Bahkan ketua umum LDII yang dimana organisasinya dulu pernah dianggap sesat oleh masyarakat kini masuk ke dalam daftar pertemuan dengan Raja Salman. Tapi ngomong-ngomong, apa istimewanya mereka yang dapat bertemu dengan Raja Salman, dan apa manfaatnya?

Saya pribadi, menganggap bahwa mereka yang diutus untuk bertemu dengan Raja Salman bukanlah sembarangan tokoh. Mereka tidak hanya menjadi ketua, tapi terdiri dari orang-orang yang berprestasi dan memiliki reputasi baik. Untuk apa, agar ketika Raja Salman berbincang dengan mereka, maka yang keluar dari mulut-mulut para delegasi itu tadi adalah kata-kata mutiara dan kalimat cerdas, bukan kalimat-kalimat dari bahasa onta. Para delegasi itu, akan mempertaruhkan elektabilitas dan martabat Indonesia kepada Raja Salman. Karena itu, tidak mungkin jika para delegasi akan dipilih sembarangan. Singkatnya, mereka adalah ‘yang terpilih’.

Nah, sekarang kembali lagi kepada kenyataan bahwa Rizieq tidak masuk ke dalam daftar Ulama’.  Rizieq yang dekat dengan Din Syamsyudin, dan pernah membela Kyai Ma’ruf mestinya juga diikutsertakan. Mengenai prestasi, Rizieq sudah berjibu. Bahkan belakangan dia juga mencetak skor tertinggi sebagai pemimpin yang fenomenal. Dinobatkan menjadi man of the year. Apa kurangnya coba.

Seperti yang kita ketahu]i, Rizieq adalah seorang cendekiawan cerdas dan pernah menelorkan tesis yang berisi tentang Pancasila dalam kaitannya dengan pengaruh syariat Islam. Tesis yang besar dan cerdas bukan. Saking cerdasnya bahkan bisa dibuat untuk bahan pembelaan di kepolisian. Belum lagi dengan aksi damai yang dipeloporinya, belum ada aksi yang sedemikian rupa di Indonesia selama ini. Dia adalah pemimpin besar, pengikutnya bahkan sampai 7 juta (katanya). Dan barangkali dia termasuk pemimpin dengan pengikut paling setia (baca: fanatik) se dunia. Wartawan yang tidak mencantumkan kata Habib di depan namanya saat pemebritaan pun dihajar habis oleh mereka. Nah, masih meragukan kebesaran Rizieq?

Maka keputusan pihak pembuat daftar Ulama’ yang akan bertemu dengan Rizieq ini perlu di berikan tanda tanya segede gedung Alexis atas keputusannya. Keputusan ini, bukan hanya akan menjatuhkan elektabilitas dan martabat Rizieq. Masak orang sekaliber dia tidak diundang bertemu Raja Salman. Apalagi sebelum-sebelumnya banyak berita beredar bahwa Rizieq akan bertemu dengan Raja Salman. Empat mata pula! Alamakk. Macam mana Rizieq akan mengembalikan berita-berita ini. Sungguh terlalu memang Jokowi tidak mencantumkan Rizieq ke dalam daftar Ulama’.

Tapi, setelah saya pikir dalam-dalam. Sembari menyeruput kopi yang habis airnya (eh, gimana?), akhirnya saya membuat satu kesimpulan. Bahwa ada kalanya, memang seseorang menjadi tokoh yang populer, dapat membuat beberapa aksi yang menggemparkan. Tapi, belum tentu jika tokoh yang dianggap besar dan fenomenal itu, ‘Penting’. Apalagi dengan konteks kedatangan Raja Arab yang lebih menekankan bisnis. Apa pentingnya Rizieq. Mau teken kontrak industri pisang tegang?

Apalagi, dengan FPI, mereka bukanlah Ormas yang mewakili satu mazhab, seperti NU yang bermazhab Syafii, atau Muhammadiyah yang bermazhab Imam Maliki. FPI? Saya masih belum yakin dapat disebut apa organisasi ini. Jika organisasinya saja masih syurumbuyum (tidak jelas), bagaimana dengan ketuanya. Jadi menurut hemat saya, kenapa pihak negara tidak mencantumkan Rizieq ke dalam daftar Ulama yang akan bertemu dengan Raja Salman, adalah karena FPI dan Rizieq tidak penting! Ini menurut saya, bagaimana menurut anda? Saya ingin dengar pendapat dari anggota FPI nih. Hehe.

Salam, Pecandu Kopi


@rohmat tri santoso

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment