Tuesday, February 14, 2017

Jonru Ginting Gagal Paham, Dia Pikir Dia Pintar

DUNIA HAWA - Saya bukan pendukung SBY. Saya hanya berusaha objektif saja. Yang bagus dari dia tentu harus diakui. Yang jelek-jelek tentu harus dikritik. Dulu waktu SBY jadi presiden, saya juga sering banget mengkritik dia.


Namun yang bikin saya SANGAT AMAT HERAN BANGET SEKALI: Kenapa kok pendukung Jokowi rajin banget membully dan menyalahkan SBY?


Setelah saya telurusi fakta demi fakta, maka tibalah pada satu kesimpulan:


Karena mereka butuh KAMBING HITAM atas semua kesalahan, kegagalan dan keburukan Jokowi. Dan kambing hitam terbaik adalah PRESIDEN SEBELUMNYA.


(Apalagi ditambah fakta tentang “permusuhan” antara SBY dengan Megawati, maka semakin banyaklah alasan untuk menyerang SBY).


Begitulah kira-kira.


Saya berpendapat bahwa SBY bukan pemimpin terbaik. Saat beliau jadi presiden, saya juga menemukan banyak sekali kekurangannya. Namun jika dibanding presiden yang sekarang, ya SBY tentu jauh lebih okay deh.


NB: Status ini TIDAK ADA HUBUNGAN dengan pilihan saya pada Pilgub besok. Untuk Pilgub, pilihan saya adalah… hm… yang jelas bukan Aho



Itu saya dapat dari Facebook Jonru Ginting. Saya sudah tahan-tahan, benar-benar saya tahan untuk tidak menulis apapun. Saya tahu siapa dia, jelas bukan termasuk orang yang perlu ditanggapi. Tapi entah kenapa, kepala saya gatal sekali menanggapi manusia ini. Maaf saya mengambil waktu teman untuk memahami realitas tak penting ini.

Pertama : JONRU GINTING BERMASALAH DENGAN TATA BAHASA


Bukan hanya ini, tapi di banyak pos-nya di Facebook, tata bahasa tidak pernah lurus. Itu tidak masalah untuk mereka yang memang bukan di bidang bahasa atau sedang dalam tahap proses belajar bahasa Indonesia. Jonru? Dia mengaku dirinya penceramah dan pendidik, bahkan dengan bangga bersedia melatih cyber apalah namanya.

Bila ada orang bersedia diceramahi Jonru, ada kemungkinan orang tersebut lebih bermasalah secara bahasa dari Jonru. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Bila gurunya Jonru, Murid dan Guru akan saling mengencingi. Mungkinkah pemahaman akan dicapai muridnya bila cara penyampaiannya menggunakan tata bahasa dasar yang berantakan? Akan banyak kemungkinan multi tafsir tanpa sadar, dan itu selalu berbahaya untuk kemurnian pemahaman.

Kedua : JONRU GINTING BICARA, TAK KAN PERNAH OBYEKTIF


Saya sangat yakin, 100% yakin, dia tidak tahu definisi apa itu obyektif. Mungkin dia pikir sesederhana ini, obyektif artinya “tidak memihak” itu saja.

Itu tidak salah sebenarnya, tapi yang sesederhana itu pun tidak bisa dipahami Jonru. Definisi di atas sudah paling sederhana, dan dia tetap gagal paham.

Setelah mengatakan ingin obyektif, seketika dia menjadi subyektif. Itulah Jonru. Gampangnya begini, baru saja mengatakan mau netral, langsung memihak. Taruh foto SBY, lalu pertanyakan Jokowi. Jokowi dituduh mengkambinghitamkan SBY atas kegagalan pemerintahannya sekarang. Letak obyektifnya di mana? Kesimpulan ini didapatkan setelah menelusuri fakta-fakta. Fakta yang mana?

Sejauh tertulis, hanya ada fakta permusuhan Mega dan SBY, itu pun sebenarnya bukan fakta tapi opini “subyektif” dari Jonru.

Kalau benar apa yang dikatakan Jonru ini, berarti “fakta” Century, Hambalang, sampai yang baru-baru ini, Antasari, adalah kegagalan Jokowi yang dikambinghitamkan ke SBY? Itu kepala isinya otak atau bubur sumsum?

Jelas Jonru tidak obyektif. Justru dia yang buta menutup mata pada fakta dan sibuk melanggengkan agendanya sendiri. Mungkin karena fisik, dia seumur hidup di-bully, sehingga membuat kehilangan pijakan pada realitas dan kemudian berhalusinasi?

Sekarang dia sudah berhasil dan menjadi populer, walaupun negatif dan masih di-bully, masih lebih baik dari masa lalu yang hanya di-bully tidak populer. Jangan salahkan yang mem-bully karena pendidikan yang benar mengajarkan orang agar tetap waras dan untuk menjaga kewarasan, cara berpikir semacam Jonru biasanya akan segera di-counter, entah dalam bentuk analisa ataupun bully analitis. Kadang kesabaran ada batasnya, bukan?

Ketiga : JONRU BERKATA TIDAK, MAKA BERARTI IYA-BENAR


Mengingat Jonru tidak pernah obyektif, maka bagian ketiga ini tidak usah dipercaya lagi. Jelas Jonru punya tujuan dan jelas tujuannya berkaitan dengan Pilkada. Dia akan memilih Nomor 1 dengan memuji bapaknya si Nomor 1.

Begitulah rata-rata orang dengan tingkat kecerdasan rendah ditambah halusinasi akut. Tidak salah memilih nomor berapapun, itu tidak ada kaitan dengan kecerdasan. Yang bermasalah adalah menganggap pembacanya tidak ada yang lebih cerdas dari dia. Dia mengatakan tidak akan memilih Ahok, itu berarti tulisannya memang ada kaitannya dengan Pilkada DKI, apapun pilihannya.

Apa jadi pilihannya? Tidak usah membuat tebak-tebakan, Jonru. Itu bubur sumsum cuma kamu yang punya di kepala. Kita semua bisa cerna. Ada foto SBY, pernyataan tidak pilih Ahok, jelas AHY-Sylvi idolamu, masbro.

Mirip slogan Logika Yudhonian ya, “Katakan TIDAK padahal IYA.”

Keempat : JONRU GINTING LAHIR UNTUK MEMPROVOKASI


Provokator itu orang yang memanaskan keadaan dengan apapun caranya, fakta maupun bukan, demi menyulut situasi. Provokator cerdas akan menyulut dengan pidato seakan adem tapi ujungnya berbisa. Pak Prihatin contohnya. Jonru tipe kedua, sedikit berbeda dengan idolanya, dia provokator bubur sumsum. Menyulut sekenanya. Logika nomor kedua, yang penting dikait-kaitkan dulu saja. Mengaku pakai logika, padahal cuma menambah mecin pada bubur sumsum kepala.

Ini kata-kata provokatif yang berasal dari bubur sumsum ber-mecin tentang Ahok :

Oh ya,

Dulu dia pernah berkata, “Saya tidak takut kehilangan jabatan.”

Kalo benar-benar tidak takut, ya silahkan berhenti jadi Gubernur DKI. Ente kan udah jadi terdakwa. Masa gak malu masih menjabat aja?

Jonru yang bermasalah dengan tata bahasa Indonesia, juga ternyata bermasalah dengan tata hukum negara. Seperti sang idola, bawaan Jonru cenderung intervensi tanpa lebih dulu baca kitab Undang-undang. Tujuannya hanya provokatif lalu populer, tidak ada tujuan lain. Dasar hukum, logika, bukti fakta, tidak ada semua. Ceplos saja, sekenanya.

Ahok tidak takut kehilangan jabatan dengan menghadapi langsung para musuh-musuh negara, tikus koruptor. Akibatnya apa, Ahok disidang sekarang. Jelas. Segala hal dipakai untuk memusnahkan Ahok. Bila Ahok mau cari aman, dari awal dia akan bernegosiasi dengan mereka. Setelah seperti ini, Jonru minta Ahok mundur dengan alasan harusnya Ahok malu? Mengapa Ahok harus malu, itu sebenarnya yang harus ditanyakan. Mata Jonru mungkin hanya pajangan sampai tidak bisa melihat kredibilitas saksi-saksi yang bermain di persidangan.

KESIMPULAN

Jonru Ginting menjanjikan truth dalam setiap kata-katanya, dalam setiap ceramahnya. Dia menjanjikan melawan kepalsuan tapi entah kenapa dia seperti hoax yang berjalan. Konsistensi pada ide-ide provokatif yang dia pikir terobosan, menunjukkan tingkat intelektualitas. Fakta dipilih yang mendukung, fakta lain dilupakan bila berlawanan. Bahkan kadang tidak usah menggunakan fakta yang penting bicara.

Tulisan tentang Jonru akan berhenti di sini. Saya tidak akan menulis apapun lagi tentang manusia ini karena menulis ini berarti sedang merendahkan intelektualitas pembaca .

@alderre



Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment