Monday, January 16, 2017

Dulu PKI Sekarang FPI

DUNIA HAWA - Setelah mendapat angin dengan suksesnya gorengan isu-isu agama untuk melancarkan jalan salah satu calon gubernur DKI yang didukungnya, ormas radikal Front Pembela Islam (FPI) makin membabi buta. Terus-terusan mengintervensi hukum dan apapun isu digoreng dengan agama. Bila kemauannya berbenturan dengan otoritas seperti kasus dengan Kapolda Jabar, akan dibelokkan ke isu agama. Katanya Kapolda menista ulama. 


Fitnah demi fitnah mereka lancarkan di balik jubah. Kini sangat keji, bahkan gerakan-gerakannya makin sulit dibedakan dengan gerakan orang-orang dari Partai Komunis Indonesia (PKI) di masa lalu. Meme-meme diproduksi dan disebar dengan sangat massif untuk mendiskreditkan orang yang tak disukai. Buzzer-buzzer membela dan mereport setiap akun yang dianggap menghalangi. Hanya saja kalau PKI adalah ekstrem kiri, maka FPI adalah gerakan ekstrem kanan yang berkedok agama.

Mereka tak segan mengatasnamakan agama Islam untuk setiap tindakan anarkis yang dilakukan. Pertanyaannya adalah Islam yang mana? Karena Islam yang sebenarnya lembut dan rahmatal lil alamin, bukan radikal dan anarkis seperti FPI. Bisikan hati yang terpendam pun mulai diungkapkan di status-status dan komen-komen orang-orang Islam yang tak rela agamanya dicatut oleh FPI. Tak sedikit yang  merasa rjengah dan resah oleh tindak tanduk FPI namun tidak berani terang-terangan mengungkapkan. Karena satu dan lain hal, sebagian memilih hanya berdoa dan bukan protes pakai pentungan atau demo seperti halnya FPI.

Mulai banyak yang sadar bahwa Islam dan umat muslim Indonesia ini terlalu besar untuk dicatut namanya oleh FPI. Mereka rindu Islam yang lembut dan indah seperti waktu ormas FPI belum lahir pada tahun 1998. Islam adalah agama besar, dan di Indonesia sudah ada sejak beratus-ratus tahun lalu. Kini FPI mendompleng umat islam Indonesia untuk kepentingannya, termasuk kepentingan politik demi melancarkan calon yang didukungnya. Padahal muslim Indonesia terbesar di dunia. Tidak ada FPI pun tetap terbesar di dunia.

Dulu PKI sekarang FPI.  Dulu PKI ingin menghancurkan Pancasila dengan komunisme. Sekarang FPI ingin menghancurkan Pancasila dengan delusi Piagam Jakarta. Mestinya pemerintah lebih tegas. Sebab telah jelas FPI merupakan ancaman utama keutuhan bangsa/NKRI. PKI sudah tidak ada. Aidit sudah mati, Sekarang adanya Habib Rizieq Shihab. Pimpinan ormas yang mem-bawa-bawa nama Islam kdan sok mau memecat Kapolda dari jabatannya. Padahal siapa dia? Presiden juga bukan, panglima tertinggi apalagi. Dia hanya pemimpin Ormas yang tak pernah lelah melecehkan terhadap Pancasila dengan menyebutnya sebagai Pancagila. Dia juga melecehkan salah orang Sunda "sampurasun" menjadi "campur racun".

Dan terakhir dia melakukan fitnah terhadap negara dan Bank Indonesia karena gagal memahami simbol rectro-verso pada mata uang rupiah kertas.  Di samping itu dia tak pernah berhenti melakukan pelecehan terhadap agama lain di setiap ceramah-ceramahnya. Dia hanya pemimpin ormasyang gemar mengumbar hasutan, kebencian, fitnah dan provokasi untuk melakukan kekerasan, namun bermimpi untuk disebut sebagai imam besar umat Ialam. Hello????

Rizieq yang sebenarnya sangat anti NKRI sering beralasan apa yang dilakukannya demi NKRI. Katanya ingin membuat NKRI bersyariat seperti Piagam Jakarta. Itu sama saja mengganti Pancasila dan anti NKRI seperti PKI. PKI sudah lama bubar (1965). Namun kebiasaan suka memfitnah, memecah belah, memprovokasi ada pada diri orang-orang FPI yang sekarang sering justru berkoar-koar "awas bahaya laten PKI". Orang-orang seperti reinkarnasi dari jiwa-jiwa PKI dan pewaris sejati faham komunis. Pakaian saja sok islami namun kelakuan/perbuatan tak bisa dibedakan dengan PKI.

Pada akhirnya, semua gerakan radikal dan anarkis meskipun mengatasnamakan Islam, lambat atau cepat harus segera sirna dari Bumi Pertiwi.

NKRI harga mati

@afa muafa


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment