Thursday, January 19, 2017

Akhir Drama Rizieq

DUNIA HAWA - Rizieq Shihab, pimpinan ormas yang mengklaim pembela Islam, telah membuat drama panjang dalam perjalanan bangsa ini. Dalam dua dekade terakhir, ia tidak saja menodai kehidupan masyarakat Indonesia yang damai dan toleran, namun juga mengancam persatuan dan kesatuan negara-bangsa Indonesia.


Ia kerap menciptakan keonaran, keresahan masyarakat, tindakan kriminal, memprovokasi fitnah dan isu SARA, melecehkan Pancasila, merendahkan bendera merah putih, menghina Soekarno, menolak demokrasi, menista agama dan masih banyak lagi. Drama brutal Rizieq ini, harus segera kita akhiri !

Drama Rizieq


Sudah banyak sepak terjang Rizieq yang acapkali menciptakan keresahan di negeri ini. Ormas yang ia pimpin, Front Pembela Islam (FPI) kerap membuat keonaran dan kekerasan masyarakat. Ia menyebarluaskan rasa permusuhan dan kebencian, baik antar suku, agama, ras dan golongan, bahkan acapkali menyerang kelompok masyarakat tertentu.

Dalam menyampaikan dakwahnya, ormas ini memilih jalan kekerasan. Menurut The Wahid Institut, dalam Laporan Kebebasan Beragama, Berkeyakinan dan Toleransi 2010, FPI adalah pelaku tindakan intoleransi beragama tertinggi di Indonesia. Sepanjang 2010, semua perilaku tindakan kekerasan di Tanah Air, 30 persen dilakukan oleh FPI.

Begitu juga dengan laporan Setara Institut yang menyebut FPI merupakan pelaku pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan tertinggi di Indonesia. Bahkan sepanjang tahun 2007-2010 FPI adalah pelaku tindakan kekerasan terbanyak di Indonesia dengan 107 tindakan kekerasan. FPI mengatasnamakan ayat suci agama untuk membuat teror dan perusakan dengan jalan kekerasan.

Yang lebih memprihatinkan, Rizieq secara terang-terangan mendukung ISIS. Terbukti dengan mengacu kepada VISI-MISI FPI, yaitu penerapan Syariah Islam dan penegakan Khilafah Islamiyah. Bahkan FPI pernah mengeluarkan maklumat yang menyatakan dukungannya terhadap gerakan kelompok militan ISIS.

Gerakan yang dilakukan FPI telah merusak perdamaian di tengah-tengah masyarakat. Mereka menimbulkan kerugian, melakukan aksi demonstrasi secara anarkis dan berujung bentrok, main hakim sendiri, melawan polisi bahkan sering kedapatan membawa senjata tajam. Demikian juga dengan asas, ciri, dan tujuan FPI sangat bertentangan dengan ketentuan UU No 17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan maupun UUD 1945.

Belakang ini, Rizieq menentang Ibu Megawati karena pidatonya pada ulang tahun PDIP yang ke-44 (10/1) dianggap menyinggung rukun iman Umat Islam. Rizieq menganggap pidato megawati tentang ramalan masa depan telah menista agama Islam. Padahal faktanya tidak demikian, ia sama sekali tidak memahami pidato Megawati.

Apa yang dimaksud oleh Ibu Mega adalah ada kelompok radikal mutakhir ini yang menghendaki keseragaman dalam berpikir dan bertindak dengan memaksakan kehendaknya. Mereka dengan fasih meramalkan yang pasti akan terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah fana, yang notabene mereka sendiri belum pernah melihatnya. Rizieq ibarat anak bocah yang tidak mungkin memahami maksud tulisan orang dewasa.

Rizieq juga memfitnah dan memprovokasi masyarakat bahwa terdapat lambang ‘Palu Arit’ dalam pecahan uang rupiah terbaru. ‘Palu Arit’ dikonotasikan dengan simbol PKI. Padahal sikap pemerintah terhadap PKI sudah jelas, bahwa PKI merupakan partai terlarang dan segala aktivitas yang menyertainya.

Terbukti dalam Tap MPRS No 25 Tahun 1966 hingga detik ini tidak pernah dicabut, dibuktikan dalam tahun lalu terjadinya penangkapan terhadap para pelaku yang menggunakan dan menyebarkan atribut partai terlarang ini di berbagai tempat di Indonesia.

Rizieq meyakinkan masyarakat bahwa logo ‘palu arit’ dalam uang rupiah itu adalah fakta. Padahal, mata uang telah diatur dalam UU No 7 Tahun 2011 sebagai salah satu simbol kedaulatan Negara yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh warga negara Indonesia. Tentu, fitnah ini dapat memecah belah persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.

Rizieq juga memprovokasi masyarakat dengan politisasi agama dalam Pilkada DKI Jakarta. Ia menggunakan kekuatan masa untuk menuduh Ahok telah menista agama. Kasus itu bermula dari penghapusan kata “pakai” sehingga seolah-olah Ahok telah menista Agama.  

Rizieq melakukan benturan politik dengan cara politisasi agama dan provokasi kebencian. Ia menghancurkan keteduhan perpolitikan DKI Jakarta dengan berbagai intrik intimidasi, pernyataan yang kotor dan provokasi fitnah. 

Apalagi tuduhan penodaan agama ini diperkuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan sikap keagamaan, bahwa pidato Ahok di Pulau Seribu telah menista agama. Suatu tindakan yang bertentangan dengan prinsip Pancasila, sebab efeknya bisa memecah belah persatuan bangsa. Sikap keagamaan tersebut dianggap seolah-olah menjadi hukum positif.

Lebih parahnya, FPI berkedok Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI) memprovokasi masyarakat dan menjadi aktor kegaduhan nasional. Mereka menodai demokrasi Indonesia, menghasut masyarakat dengan kebohongan-kebohongan informasi yang tidak bisa diverifikasi kebenarannya.

Selain itu, Rizieq secara terang-terangan merendahkan bendera merah-putih, melecehkan Pancasila, bahkan menghina Proklamator Republik Indonesia, Soekarno. Tak jarang pula, Ulama-ulama mu’tabarah di Indonesia kerap ia hina, dituduh telah kafir, liberal dan sesat. Rizieq juga berlaku beringas dengan melakukan penyerangan terhadap agama dan kepercayaan yang sangat beragam di negeri ini.

Tindak Tegas


Semua drama yang dilakukan Rizieq ini sungguh perilaku kedzoliman yang sangat bertentangan dengan esensi ajaran agama. Ia tidak saja menampilkan wajah agama yang garang dan menakutkan, namun juga memecah belah persatuan Indonesia dan mengancam persatuan-kesatuan masyarakat Indonesia.

Kini, protes publik terhadap Rizieq sudah tidak lagi bisa dibendung. Faktanya, sudah banyak laporan masyarakat atas tindakan kriminal Rizieq. Cepat atau lambat hukum akan menindak tegas drama Rizieq yang telah terbukti menjadi noda hitam dalam dinamika perjalanan bangsa.

Sudah saatnya kita semua mengakhiri drama Rizieq ini. Sudah saatnya pula pemerintah berani membubarkan ormas anti-Pancasila yang dipimpinnya. Karena komitmen terhadap fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah hal yang tidak bisa lagi ditawar.

Saat ini adalah momentum yang tepat bagi silent majority untuk bangkit dan menggalang kekuatan. Jangan biarkan negeri yang damai ini diinjak-injak oleh mereka yang bermaksud memecah belah bangsa. Seorang Rizieq, jangan biarkan terus menerus melakukan drama untuk memecah belah bangsa.


@ibnu said


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment