Saturday, December 3, 2016

Delusi Makar : Upaya Omong Kosong Merongrong Jokowi

DUNIA HAWA - Ketika itu, massa telah mengepung istana. Sedikit demi sedikit, kekuasaannya dipreteli. Isu telah dirancang begitu rupa, bersamaan dengan serangan-serangan verbal tentang kondisi fisiknya. Banser sudah siap bela-mati. Langit Jakarta gaduh oleh suara-suara kudeta. Kondisi mencekam. Republik ini dalam bahaya besar!


Dengan langkah tertatih, ia keluar dari dalam istana. Ia hendak menyapa massa yang mendukungnya. Ia keluar tidak dengan segala kebesarannya sebagai orang nomor satu di republik ini, melainkan—sumpah—tak ubahnya seperti “ABG”: Mengenakan kaos dengan krah berkancing, dan memakai celana pendek.

Alih-alih ia mendukung dan meneriakkan perintah dan perlawanan untuk menjaga kekuasaannya yang baru seumur jagung, ia justru tampak marah pada massa, dan memerintahkan massa untuk pulang saja.

Itu adalah sekelumit kisah Gus Dur di akhir kekuasaannya. Kekuasaan yang, baginya, tak lebih penting dari candaan, humor, dan obrolan di warung kopi. “Tak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian,” ujarnya. Toh, “Saya jadi presiden itu cuman modal dengkul. Itu pun dengkulnya Amien Rais,” imbuhnya. Hahaha…

Barisan sakit hati dan jamaah pembenci boleh berkomentar apa saja tentang Gus Dur. Bahkan hingga kini, walaupun Gus Dur telah lama tiada. Anda boleh terus mencela, menghina, merendahkan, dan mencaci-maki Gus Dur, dan kalau perlu dengan dalil-dalil keagamaan yang memang merupakan hobimu.

Paling-paling, sekiranya masih hidup, Gus Dur hanya akan terkekeh-kekeh. Seperti biasa. Sembari terkekeh, Gus Dur akan menyebut inisial tertentu. Seperti biasa. Misalnya, “Mayjen K”.

Disebut Gus Dur bahwa “Mayjen K” adalah dalang kerusuhan Ambon. Yang merasa Mayjen dan punya nama berawal huruf “K”, tentu jengah. Lalu, Mayjen Kivlan Zen, kawan Letjen Prabowo, merasa dituduh dan ia mengunjungi Gus Dur. Gus Dur pun membantah. “Yang saya maksud adalah Mayjen Kunyuk,” kata Gus Dur kala itu.

Iya, kunyuk. Yang tidak mengerti kunyuk: Kunyuk itu monyet. Siapa pun, tak peduli mayjen bahkan jenderal, rakyat jelata atau ulama, pantas disebut kunyuk bila mendalangi kerusuhan, menciptakan teror, dan membuat bangsa ini tercabik-cabik. Tetapi kenapa Mayjen Kivlain Zen merasa tertuduh dan perlu mendatangi Gus Dur?

Hari ini, nama Kivlan Zain kembali muncul. Statusnya sudah menjadi tersangka. Tuduhan makar dialamatkan kepadanya. Juga kepada Ahmad Dani, Ratna Sarumpaet, dan beberapa yang lain. Ada nama Firza Hussein yang merupakan ketua Yayasan Solidaritas Sahabat Cendana.

Cendana? Nama ini muncul lagi. Publik tentu bertanya-tanya. Prabowo pun sudah berkomentar tentang penangkapan para tersangka. “Berlebihan,” kata Prabowo, “kalau mereka hendak makar”. Prabowo kenal mereka. Disebutnya, mereka idealis. Bahkan, ada yang romantis.

Kalau biasanya, mantan presiden SBY yang menyatakan sikap, misalnya curhat tentang pembunuhan karakter terhadap dirinya, sejauh ini “Mr. Prihatin” belum berkomentar. Kenapa Prabowo yang justru berkomentar? Ada apa ini?

Biarlah. Urusan penangkapan itu bukan urusan saya. Toh, saat tulisan ini saya buat, yang ditangkap itu sudah dilepaskan. Tapi, statusnya telah menjadi tersangka. Lagipula, salah sendiri bagi orang seperti Ahmad Dani yang tak punya rekam jejak politis, “ikut-ikutan” saja.

Kepada orang yang satu ini, sungguh saya sempat jatuh cinta sejak mendengar lagu “Kangen”-nya. Cinta saya membumbung tinggi sejak mendengar lagu “Kirana”. Lalu saya mau muntah sejak ia mendendangkan lagu “Madu Tiga!”

Kembali soal makar. Percayalah, secara politis posisi Jokowi saat ini amat kuat. TNI-Polri bersatu-padu di belakangnya. Politisi senayan tak bisa banyak tingkah, kecuali lidah-lidah nyinyir macam Fazli Zon dan Fahri Hamzah.

Ditangkapnya 10 aktivis dengan tuduhan “permufakatan jahat” atau tuduhan makar, paling-paling akan membuat mulut berbusa-busa untuk berdiskusi, berdebat, bersilat lidah dari para ahli hukum, pengamat, politisi, hingga cabe-cabean pemandu sorak di media sosial.

Jokowi amat kuat, setidaknya hingga 2019 nanti. Celah-celah yang bisa dimanfaatkan untuk melemahkan posisinnya sudah ditutup. Silaturrahmi, lobi-lobi, dan kinerjanya sebagai Mr. Presiden jauh lebih baik dan tak bisa dibandingkan dengan presiden sebelumnya. Bilamana anda tertarik untuk menjadi presiden, tunggulah hingga pilpres 2019. Jangan delusif!

Bila ada hal yang mengganggu kekuasaan saat ini, hal itu adalah gerak horizontal, bukan gerak vertikal. Tetapi, dari gerak horizontal inilah, menurut saya, potensi “makar”, “kudeta” atau istilah apa pun yang sejalan dengan itu, sangat mungkin terjadi.

Sekiranya para aktivis yang menjadi tersangka itu dapat dibuktikan secara hukum nanti memang bersalah, toh ujung-ujungnya dibui. Selesai perkara. Dan kalau ini benar, upaya makar itu tak lebih dari persoalan rebutan kekuasaan belaka.

Berbeda dengan apa yang hendak saya katakan ini: Di tengah-tengah bangsa ini, makin lama makin subur kelompok-kelompok intoleran. Saya menyebutnya sebagai “jamaah takfiri”. Mereka bermain dalam tiga ranah: Politik, gerakan, dan pemikiran. Isunya sama: Syariat Islam. Mereka terus-menerus meneriakkan pentingnya penegakan syariat Islam di Indonesia.

Secara politis, berat. Secara gerakan, jamaah ini melancarkan aksi-aksi berupa kegiatan-kegiatan seperti usroh, tarbiyah, atau halaqoh. Dan secara pemikiran, ustadz-ustadz mereka melancarkan serangan-serangan idiologi yang menyasar ke sesama muslim dengan isu pemurnian ajaran agama.

Sudah bukan rahasia lagi, letupan-letupan sosial terjadi di berbagai wilayah oleh sebab pertentangan paham. Ustadz-ustadz intoleran, anti keragamaan dalam keberagamaan (islam), semakin bebas beraksi.

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), seharusnya menjadi kelompok yang tidak pantas hidup di wilayah NKRI. Tak bisa berlindung di balik demokrasi, sebab demokrasi tidak berarti bebas hendak mengubah republik ini sekehendak hati. Ilusi tegaknya Khilafah Islamiyah, selain merupakan omong-kosong-khayali, merupakan ancaman yang terang-benderang bagi keutuhan NKRI, bagi republik yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 ini.

Waspadalah!

Video Orasi Sri Bintang Pamungkas upaya mengajak melakukan makar :


@taufiqurrahman al azizy


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment