Sunday, November 27, 2016

Keragaman Agama dan Sistim Pemerintahan di Libanon

DUNIA HAWA - Libanon (atau “Libnan” dalam Bahasa Arab) yang nama resminya Republik Libanon (al-Jumhuriyah al-Lubnaniyah) merupakan salah satu negara mayoritas berpenduduk Muslim di kawasan Arab dan Timur Tengah yang cukup unik dalam struktur dan sistem politik-pemerintahannya. Negara yang berbatasan dengan Israel, Suriah dan Cyprus ini salah satu negara yang sangat majemuk, dari segi etnik, agama, maupun bahasa.


Kemajemukan itu adalah produk dari sejarah Libanon yang sangat panjang. Berbagai kerajaan, imperium, dan peradaban besar pernah silih-berganti menguasai Libanon: Mesir, Assyria, Babilonia, Persia, Ummayah, Abbasiyah, Fatimiyah, Roma, Saljuk, Mamluk, Ottoman, Perancis, Arab, dlsb.

Sebagaimana Irak atau Afganistan, Libanon ini seperti “jalan raya penaklukan” karena berbagai rezim dan dinasti pernah singgah disini. Karena banyaknya bangsa-bangsa yang menduduki Libanon ini sehingga menciptakan sebuah masyarakat campuran dan “kultur Libanon” yang unik dan kaya. Bahasa yang berkembang di masyarakat juga beraneka ragam: Arab, Perancis, Inggris, Persi.

Dari segi agama, saya kira Libanon adalah negara yang paling plural di kawasan Arab dan Timur Tengah. Kaum Muslim (baik Sunni maupun Shiah) sekitar 55-60%. Umat Kristen juga sangat besar disini sekitar 30-35%. Mayoritas penduduk Kristen di Libanon adalah Maronite, kemudian disusul Katolik Roma, Ortodok Yunani, Melkite, Protestan, dlsb. Kelompok agama lain yang cukup besar adalah Druze, kemudian Yahudi, Baha’i, Hindu, Buddha, Mormon, dlsb. Ada sekitar 18 agama yang diakui secara resmi oleh pemerintah (bandingkan dengan Indonesia yang cuma 6 agama).

Untuk memenuhi hak dan kebutuhan masing-masing agama ini, sekaligus untuk mencegah potensi konflik sektarian berbasis agama, Libanon, yang menganut demokrasi parlementer ini, menerapkan sistem politik-pemerintahan khusus yang bernama “confessionalism” (muhasasah ta’ifiyah), yakni sebuah sistem pemerintahan yang mengatur pembagian proporsional di jabatan-jabatan publik berdasarkan jumlah kelompok masyarakat.

Dalam konteks Libanon, pembagian dan distribusi kekuasaan itu berdasarkan pada prosentase pengikut agama di negara itu. Karena Muslim dan Kristen adalah mayoritas, maka posisi tertinggi dalam struktur pemerintahan dipegang oleh kelompok ini. Misalnya, presiden harus Kristen Maronite (sekarang Pak Michel Sulaiman yang jadi presiden), Perdana Menteri harus Muslim Sunni (saat ini Pak Tammam Salam), Ketua Parlemen harus Muslim Shiah (saat ini Pak Nabih Berri), sementara wakil ketua parlemen dari Kristen Ortodoks Timur, begitu seterusnya. Untuk Yahudi, Druze, Katolik, dll diberi jabatan menteri dan posisi tinggi lainnya sesuai dengan proporsi masing-masing.

Para ulama Sunni maupun Shiah di Libanon sama sekali tidak meributkan soal Surat Al-Maidah. Beda banget kan dengan Jakarte dimana sejumlah “ulama” ribut melulu seperti ayam mau bertelor. Betul-betul "lugu": lucu dan wagu he he.    

Jabal Dhahran, Arabia

Prof.Dr.Sumanto al Qurtuby, MSi, MA

Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment