Sunday, November 27, 2016

Ada Apa Dengan Pasangan Calon Nomor 2 dan Tim Horenya?

DUNIA HAWA - Ada yang tanya mengapa Paslon 2 sepi atau tidak semeriah Paslon 1 & 3? Padahal saat 2012 ramai dengan aksesoris seperti baju kotak-kotak, mobil, cindera mata dan seterusnya. Sementara sekarang Paslon 1 & 3 eksis bukan main.


Sebenarnya ada perbedaan mencolok dalam pilgub kali ini. Di antaranya:

1. Paslon 2 ini sudah sering sekali disorot oleh media.


Baik media sosial ataupun media elektronik. Saya pernah mengatakan bahwa bahkan demo di jalan tidak lagi menjadi cara efektif dalam menyampaikan aspirasi pada zaman yang semakin canggih ini. Apalagi hanya sekedar kampanye. Pesannya kadang tidak sampai karena banyak yang salah fokus.

Saya perhatikan tim sukses paslon 2 ini lebih banyak menggunakan ide-ide kreatif di media sosial. Iya dong, masa’ kalah sama emak-emak yang demo masak di Youtube saja laris manis? 

Kalau dikatakan masalah dana sehingga tidak bergerak? Tim sukses paslon 2 lebih pintar mendapatkan uang dengan cara-cara kreatif daripada harus menunggu diberikan dana dulu baru bergerak.

Ehm, Ahok kan sudah pernah bilang bahwa beliau tidak mau keluar uang untuk kampanye. Katanya sudah capek kerja koq mau keluar uang lagi? Lha, memangnya harta Ahok seberapa sih dibanding harta Sandiaga Uno? Pak Ahok hanya punya harta 20an M. Sandiaga Uno? Trilyunan!! Pasangan satunya? Bisa dikata banyak pemodalnyalah. Jadi kalau tim sukses lain hura-hura itu wajar!

Tim sukses Ahok malah aji mumpung dari potensi mereka masing-masing. Dimana ada momen, di situ ada duit. Mata duitan boleh, tapi bermental pengemis tidak boleh. Hihihihi.  Jadi untuk tim hore yang inovatif & budiman, jangan harap mau dikasi uang. Kalau potensi diri bisa digunakan untuk mendukung kandidat favorit, itu jauh lebih baik & berjangka panjang. Siapa tahu kan selesai pilgub nanti banyak pesanan. Kalau yang hobi ciptakan lagu ya bikin lagu. Tinggal cari teman yang punya hobi nyanyi di kamar mandi. Siapa tahu selesai pilgub kalian tenar. Kalau hanya tunggu dana saja ya kalau habis, selesai.

Lagi pula, gambar & video, apalagi jika itu bersifat testimoni, tentunya bisa membakar semangat & menyentuh hati setiap orang yang melihatnya. Daripada hanya sekedar bergerombol biar ramai. Foto nenek-nenek yang lagi memeluk pak Ahok seperti memeluk boneka Teddy Bear saat Ahok blusukan saja sudah bisa bicara banyak koq. Apalagi video-video lainnya yang banyak diisi testimoni emak-emak. Iya dong, terasa banget perubahan managemen rumah tangga ketika Ahok memimpin. Karena tidak lagi mengantri di Pegadaian untuk menggadaikan emas & perhiasan demi biaya sekolah anak. Pokoknya ibu-ibu bisa tetap dandan maksimal di era Ahok. 

2. Bukti nyata berbicara lebih keras


Logikanya, kalau belum ada bukti nyata, sudah pasti mulut harus ribut mengsosialisasikan program kan? Ya mau tidak mau harus eksis demi menciptakan daya tarik dengan keramaian agar bisa menarik perhatian untuk didengar.

Nah, masalahnya Ahok kan sudah kasi bukti. Ya mau bicara program sampai berbusa-busa juga hanya akan membuang-buang energi. Karena sudah jelas, program yang sudah ada tinggal ditingkatkan & dikembangkan lagi.

Yang Ahok lakukan ya hanya bertanya ke masyarakat mengenai apa lagi yang kurang? Pokoknya cari permasalahan di lapangan biar muncul solusi & gagasan baru yang dinilai memang itulah yang dibutuhkan masyarakat. Bukan hanya sekedar mau buat program ini itu tapi tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Kebutuhan itu tidak menyangkut masalah kehidupan jasmani saja tapi juga pembangunan manusianya. Kalau bisa dalam 1 program langsung memenuhi semua kebutuhan sekaligus. Misalnya? Ya memberikan pekerjaan bukan memberikan uang saja. Kalau cuma kasi duit tapi tidak kasi pekerjaan, kan sayang kalau potensi diri terkubur karena daya juangnya dipotong.

Jangankan pemilihan gubernur, melamar kerja saja diprioritaskan yang punya pengalaman kan? Jadi percaya saja bahwa warga DKI akan mampu menjadi HR yang jeli & baik.

3. Simbol seperti baju kotak-kotak itu hanya masalah identitas.


Jika tahun 2012 dulu tim kemenangan Jokowi & Ahok ramai, ya wajar sekali. Karena mereka butuh memperkenalkan diri ke masyarakat. Karena itu baru pertama kalinya mereka akan memimpin Jakarta. Kan tak kenal maka tak sayang.


Untuk mudah dikenali ya pakai pakaian yang lain dari biasanya & bersifat merakyat. Kalau mau pakai baju yang ada foto Jokowi Ahoknya ya kemungkinan banyak yang tidak punya & butuh biaya yang tidak sedikit. Tapi baju kotak-kotak? Buanyak yang punya. Selain merakyat, modis pula. Tapi tetap sekarang masih kotak-kotak. Kalau tidak seramai atribut tahun 2012 ya alasannya karena poin-poin yang sudah dituliskan di atas. Atau nanti sebulan sebelum pencoblosan mereka semua baru eksis. Sekarang mereka lebih sibuk cari dana dulu.

Kalau masalah paslon onoh ramai banget, ya wajarlah. Salah satu cara memperkenalkan diri sekaligus memperkenalkan programnya. Masalahnya Ahok kan sudah dikenal & programnya selama ini sudah dinikmati. Masih butuh cari perhatian? Tidak cari perhatian saja tapi orang-orang suka cari-cari dia kan? Buktinya, kemanapun dia blusukan ada saja sekelompok orang yang bukan warga situ selalu mengikutinya. Seharusnya pak Ahok yang cari perhatian eh malah orang-orang kurang kerjaan yang caper. Digertak sambal langsung kabur. Hihihi.

4. Berbagi tugas


Niatnya kan untuk mengetahui permasalahan yang ada di lapangan. Jadi pak Ahok & Djarot bagi-bagi tugas. Pak Ahok lebih kebanyakan di Rumah Lembang. Djarot blusukan. Biar efektif. Jadi sebenarnya belum terpilih saja sudah kerja jauh-jauh hari. Jadi tidak ada waktu untuk hura-hura apalagi ke tempat sampah. *Eh.

Pendukungnya ada dimana sih? Ya kerja, cari makan. Kalian pikir pasukan warna-warni itu harus cuti saat pak Ahok juga cuti? Meski momen pilkada, program tetap harus jalan, semua orang harus waras.

“Tim suksesnya maksudnya, Mey. Mereka ada dimana?”

Mereka lagi sibuk cari ide baru & berkarya. Bahkan kita tidak pernah tahu kejutan apa yang mereka akan persiapkan mendekati hari pemilihan nanti. Intinya untuk paslon & tim suksesnya di masa sekarang itu, silent is gold. Lebih baik diam tapi sibuk berkarya daripada banyak bicara dan nanti diserang lagi pakai segala cara. Pokoknya gaya pakde Jokowi ini mah. Diam-diam menghanyutkan. Hahaahah. Tahu sendiri kan? Banyak yang nafsu menggulingkan Ahoknya lebih tinggi daripada nafsu makannya? 

Ada pun pemimpin daerah di luar Jakarta yang hobi mengkritisi, ya biarkan saja. Orang kalau kurang kerjaan & kurang karya memang suka ribut sendiri.

“Apakah karena Ahok jadi tersangka makanya tidak ramai? Takutnya kalau seandainya hakim disuap, ya gagal deh.”

Dalam proses hukum ini sangat kecil kemungkinan terjadi suap menyuap karena biasanya pihak yang terlibat diawasi. Banyak mata-mata mah. Jadi harus percaya pada hakim & penegak hukum.

Oh iya, sekalian saya menyampaikan bahwa tidak melayani komentar untuk paslon lain selain paslon 2 ya. Dengan alasan tidak ada waktu untuk berdebat & di sini kandang pakar doi. Bukan kandang pakar selingkuhan. Lebih baik menulis keunggulan pasangan masing-masing saja. Karena saya tidak cukup tertarik memperhatikan apalagi membahas sesuatu yang sama sekali tidak menarik bagi saya.

“Kamu kan bukan warga Jakarta, Mey.”

Iya iya… Tapi saya kan ngefans sama Jokowi & Ahok. Salahkah daku? *Sambil pasang muka prihatin* Dan harapan terbesar saya Ahok akan menjadi bagian kami juga di suatu hari nanti, bukan hanya milik DKI saja. Untuk mewujudkan itu ya dengan mendukungnya melewati fase-fase yang harus beliau lewati untuk menjadi orang nomor 2 atau 1 di RI.


@meyliska padondan


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment