Wednesday, November 2, 2016

Yusril Ihza Mahendra Ajak Umat Islam Memaafkan Ahok


DUNIA HAWA - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) yang juga advokat terkenal, Yusril Ihza Mahendra, ikut mengomentari rencana demonstrasi umat Muslim terhadap Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Jumat (4/11/2016).

"Pada hemat saya, umat Islam akan membukakan pintu maaf," ujar Yusril Ihza Mahendra ketika ditemui di kantor Ihza & Ihza Law Firm di Lantai 19, Tower 88, Kota Kasablanka, Jalan Casablanca 88, Kuningan, Jakarta, Rabu (2/11/2016).

"Jika yang bersangkutan sudah meminta maaf dengan tulus, kita umat Islam juga baik kalau memaafkan."

"Percayakan kasus hukumya pada polisi," paparnya, Rabu (2/11/2016).

Setuju dengan pendapat Ahok, apabila manusia bertobat atau mohon maaf maka Tuhan pun akan memaafkan. Yusril menuturkan, dugaan penistaan agama yang diduga dilakukan Basuki Tjahaja Purnama perlu distop dengan proses hukum.

"Apalagi yang mau didemo, jika semua keinginan dan tuntutan telah dipenuhi," ujar Yusril bertanya.

"Islam yang besar ini takkan goyah hanya karena nistaan yang dianggap dilakukan seorang Ahok, sebab Ahok terlalu kecil untuk merendahkan kebesaran Islam," papar Yusril.

"Demo di tengah musim kampanye begini, memang rawan dimanfaatkan pihak lain yang mencari keuntungan," ujarnya menegaskan.

Menanggapi sikap Ahok yang datang ke Bareskrim untuk diperiksa bukan karena dipanggil. Yusril menekankan, pemeriksaan Ahok tidak dimanfaatkan untuk menguntungkan dua pasang pesaingnya dalam Pilkada. Pilkada tetap harus dilaksanakan secara jujur dan adil bagi semua kontestan.

"Polisi harus sangat bijak dan hati-hati dalam pemeriksaan, karena pak Ahok adalah satu kontestan dalam Pilkada DKI," ujar Yusril.

"Supaya jangan sampai dimanfaatkan oleh dua kandidat yang lain untuk menjatuhkan pak Ahok," jelas pria kelahiran Februari 1956 di Lalang, Manggar, Belitung Timur.

"Kalau ada yang tidak suka dengan Ahok, kalahkan dia secara demokratis, Jangan gunakan isu SARA karena kurang baik dalam demokrasi kita," tutur Yusril, yang pernah menjabat menteri di tiga kabinet dalam Kabinet Pemerintahan Indonesia itu. 

Menyidik


Pada bagian lain Yusril mengatakan, memang polisi harus sigap menyidik laporan dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok sesuai hukum acara yang berlaku, dengan selalu mengacu kepada praduga tidak bersalah.
"Pelapor memang harus dimintai keterangan lebih dahulu, kemudian saksi-saksi harus dimintai keterangan lalu pendapat ahli, baru kemudian meminta keterangan Ahok yang diduga melakukan penistaan," ujarnya.

Dalam penyelidikan ini polisi harus profesional, tidak boleh terpengaruh oleh tekanan manapun, baik tekanan pendemo maupun tekanan penguasa.

"Berjalan saja pada koridor hukum yang berlaku secara mandiri," ucap Yusril.

Menurut Yusril, dari semua hasil pemeriksaan itu, penyidik baru dapat menyimpulkan apakah terdapat cukup bukti dan cukup alasan hukum untuk meningkatkan kasus Ahok  ke tingkat penyidikan atau tidak.

"Penyidiklah yang tahu apakah cukup bukti atau tidak, karena penyidik independen dan dilindungi undang- undang," ujar Yusril.
Ia menjelaskan, selama proses ini berlangsung, asas praduga tidak bersalah tetap dihormati.
Kalau cukup bukti dan alasan hukum, kasus ini dapat dinaikkan ke tingkat penyidikan.

"Tapi jika tidak cukup bukti maka jangan dipaksakan untuk ditingkatkan ke tahap penyidikan tapi kasus ini harus di SP3 (dihentikan, Red)," kata dia.

"Dan Jika pelapor keberatan dengan SP3, mereka dapat menggugatnya di sidang praperadilan."

"Itulah mekanisme hukum yang wajib dijalankan dengan fair, jujur dan adil," kata Yusril.

Mengenai rencana demonstrasi 4 November 2016, menurut Yusril, demonstrasi menuntut sesuatu adalah hak setiap orang, dan sepanjang demontrasi dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan hukum yang berlaku, demo adalah sah.

Hanya, Yusril memaparkan, akumulasi kejengkelan ini dapat pula dimanfaatkan untuk beragam kepentingan politik sesaat yang berada di luar agenda kepentingan umat Islam.

"Marilah kita sama-sama menjaga demo ini agar tidak berubah menjadi kerusuhan dan tindak kekerasan yang pasti akan merugikan kepentingan bangsa kita seluruhnya," tuturnya.

"Saya mendukung siapapun yang benar-benar ingin membangun dan memperbaiki ibukota kita ini," ujar Yusril yang disebut-sebut akan menjadi pembela Ahok.

"Jika saya mendukung Ahok dalam Pilkada DKI, pertimbangannya sangat matang demi keutuhan bangsa ini agar jangan terbelah-belah," katanya menegaskan. 

[tribunsolo]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment