Sunday, October 2, 2016

Pelangi Spiritual


DUNIA HAWA - Ilmuwan fisika klasik terbesar dalam sejarah Isaac Newton (1642-1727) adalah orang yang pertama kali menyelidiki mengapa cahaya putih dapat menghasilkan spektrum warna pelangi. Newton melakukan eksperimen untuk menyelidiki hal ini. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh Isaac Newton, ia menemukan bahwa sinar matahari yang melewati sebuah prisma dapat tercerai menjadi warna-warna yang merupakan komponen sinar matahari tersebut. Proses ini disebut sebagai dispersi. Sinar matahari dapat terdispersi menjadi merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

Seperti yang kita ketahui bahwa cahaya matahari adalah cahaya polikromatik (terdiri dari banyak warna). Warna putih cahaya matahari sebenarnya adalah gabungan dari berbagai cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Mata manusia sanggup mencerap paling tidak tujuh warna yang dikandung cahaya matahari, yang akan terlihat pada pelangi sebagai warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Pelangi tidak lain adalah busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air hujan. Ketika cahaya matahari melewati butiran air, ia membias seperti ketika melalui prisma kaca. 

Sesungguhnya ini jugalah yang terjadi di alam semesta kita, baik alam semesta yang termanifestasi secara fisik maupun alam semesta yang tak termanifestasi secara fisik. Ada dimensi jasmani namun juga ada dimensi rohani. Alam rohani ibarat cahaya putih matahari sedang alam jasmani ibarat 7 warna pelangi. Ada banyak agama di dunia ini namun Kebenaran Sejati adalah Tunggal dengan nama apapun dia disebut oleh 4.200 agama-agama yang ada ataupun pernah ada di dunia ini. Jiwa manusia (Universal Conciousness) juga adalah Tunggal meskipun spesies manusia terbagi dalam berbagai ras, suku ataupun warna kulit yang berbeda. Ketahuilah bahwa Hidup Sejati Adalah Tunggal.

Dari ilmu fisika kuantum kita juga mengetahui bahwa saat ini diperkirakan ada 10 pangkat 80 (bilangan 10 dengan 80 angka nol di belakangnya) partikel yang ada di alam semesta ini. Tapi apa yang tampak sebagai sejumlah partikel yang berbeda pada energi rendah, ternyata semuanya sebenarnya adalah partikel yang sama tipenya, hanya keadaannya yang berlainan. Pada energi tinggi yang jauh di atas 100 Gev (giga elektrovolt atau satu milyar elektronvolt) semua partikel itu memiliki perilaku yang sama ! Dari sini muncullah konsep fisika modern tentang “kesatuan dasar alam semesta”.

Cahaya putih matahari juga bisa diibaratkan sebagai spiritualitas sedang 7 warna pelangi bisa diibaratkan sebagai religiusitas / keagamaan. Spiritualitas dan religiusitas adalah dua hal yang berbeda dan memiliki tolok ukur serta standar yang berbeda. Ada orang yang memiliki sikap keagamaan yang tinggi tapi memiliki kecerdasan spiritual yang rendah. Ada pula orang yang sikap keagamaannya biasa-biasa saja tapi memiliki kedewasaan spiritual yang tinggi. Agama lebih berhubungan dengan simbol, doktrin/dogma, aturan dan hal2 eksoterik (lahiriah) lainnya. Sedang spiritual lebih berhubungan dengan makna, esensi, hakikat dan hal2 esoteris (batiniah) lainnya. 

Mempelajari agama berarti hanya belajar satu sisi, satu pola pikir ataupun satu sudut pandang saja dari satu konsep ideologi di antara ribuan konsep dan ideologi lainnya yang ada di muka bumi. Mempelajari spiritualitas berarti mempelajari nilai, prinsip dan makna dari semua agama dan filsafat yang ada. Agama ibarat sebuah lukisan sedang spiritualitas ibarat ruangan dimana lukisan-lukisan tersebut dipajang. Agama adalah bentuk (raga) sedang spiritualitas adalah makna (jiwa). Belajar agama tanpa mempelajari spiritualitas maka hanya akan menjadi dogma yang kering dan tanpa makna dan tidak mengubah hati dan jiwa bahkan bisa menjurus pada penguatan ego yang berujung pada kekerasan, sikap menghakimi dan diskriminasi.

Itulah sebabnya saya paling anti dan paling muak dengan kelompok yang hobi mengkafirkan orang atau kelompok lain terutama di saat masa kampanye politik seperti sekarang ini. Bagi saya mereka ibarat orang yang minum kopi tapi justru menelan cangkirnya dan membuang kopinya. Mereka juga seperti orang yang menelan kulit durian tapi justru membuang buahnya. Mereka inilah kelompok orang yang gagal paham dalam menafsirkan hakikat agamanya. Mereka hanya membaca teks formal keagamaan saja tapi lupa mengasah akal sehat dan hati nuraninya. Padahal “Kitabira ana ing kalbu. Qalbun mukmin Baitullah.” (Kitab sejati ada di hati. Hati orang yang benar adalah Rumah Tuhan.)

Dengan memahami prinsip “Pelangi Spiritual”, “Kesatuan Dasar Alam Semesta” dan “Hidup Adalah Tunggal” maka kitapun akan bisa memahami prinsip Persaudaraan Universal. Dan dengan pemahaman ini maka kitapun akan bisa dengan tegas dan lugas menyatakan misi :

“To form a nucleus of the universal brotherhood of humanity without distinction of race, creed, sex, caste, or color.” ( Mengupayakan terciptanya inti persaudaraan universal di antara sesama umat manusia tanpa memandang dan membedakan suku bangsa, ras, religi / kepercayaan, jenis kelamin, status sosial ataupun warna kulit. )

Semoga seluruh makhluk berbahagia. Rahayu sagung dumadi. Rahmatan lil alamin.....

[muhammad zazuli]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment