Thursday, October 6, 2016

Berpolitik Secara Dewasa


DUNIA HAWA - Baiklah, saya akan cerita. Sabtu minggu lalu Anies mengontak saya lewat WA. Ini adalah kejadian langka. Sudah sangat lama saya tidak komunikasi langsung dengan dia. Terakhir saat minta endorsement untuk buku saya, Minoritas Muslim di Jepang. Sebelum itu pun kami jarang berkomunikasi, kecuali melalui pertemuan yang dihadiri banyak orang. 

Anies bilang bahwa ia ingin ketemu. "Saya butuh advice," tulisnya. Saya jawab, ok, tetapkan saja waktu dan tempat. Lalu komunikasi kami terputus. Anies belum memberikan kabar lagi soal waktu dan tempat. 

Senin, saat saya sedang makan siang Anies menelepon. Isinya tetap sama. Minta ketemu. Saya bilang, tentukan waktu dan tempatnya, saya akan datang. Sampai saat ini belum ada kabar lanjutan. Saya maklum saja, dia tentu sangat sibuk.


Apa yang sedang saya lakukan? Teman saya sedang menjadi calon gubernur, dia mau minta nasihat saya. Itu sebuah kehormatan. Maka saya akan beri nasihat, sejauh yang saya mampu. Tapi, saya tetap pendukung Ahok. Tidakkah ada konflik kepentingan di situ? Tidak.

Kepentingan saya yang paling tinggi adalah bahwa setiap pemimpin melayani rakyat dengan baik. Tidak peduli dia jagoan saya atau bukan, kalau dia terpilih dan melayani rakyat dengan baik, maka itu kemenangan bagi saya.

Melayani rakyat itu dimulai dengan melakukan kampanye yang baik. Kampanye yang sehat, kampanye yang mendidik. Tentu saja tujuannya agar dipilih, tapi terpilihlah dengan cara terhormat.

Kalau saya diminta nasihat oleh Anies, saya akan sampaikan nasihat soal strategi memenangkan pilkada, dengan cara-cara yang baik. 

Tidak ada konflik di situ. Yang akan bertarung adalah Anies dan Ahok. Mereka berdualah yang akan menentukan mereka menang atau kalah, bukan nasihat saya. Nasihat saya itu hanya sebuah bumbu kecil saja. 

Tapi bukankah saya sering menyerang Anies selama ini? Ya, menyerang titik-titik lemahnya, untuk dia sadari. Biar dia perbaiki. Hal yang sama juga saya lakukan terhadap Ahok. Blunder dia dalam komunikasi sudah sering saya kritik. Maaf, bukan pada pilihan diksi seperti taik dan sebagainya itu. Ada yang lebih substansial, seperti kecenderungan dia untuk segera menyalahkan orang lain. Misalnya dalam kasus pompa air saat banjir dulu.

Jadi, "serangan" saya terhadap Anies selama ini sebenarnya adalah sebuah nasihat, kalau ia sanggup memaknainya. Saya yakin dia sanggup. Itu semua sudah saya lakukan tanpa diminta. 

Pilkada ini adalah salah satu proses penting untuk berdemokrasi. Saya akan memanfaatkannya dengan baik. 

Tapi saya tetap akan pilih Ahok. Karena saya yakin Ahok lebih baik.


[hasanudin abdurakhman, phd]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment