Tuesday, September 27, 2016

Kisah Marwah Daud dan Dimas Kanjeng Taat


DUNIA HAWA - Prof Marwah Daud Ibrahim PhD adalah lulusan S3 terbaik dari American University, Washington DC, Amerika Serikat, lulusan Terbaik Lemhannas KSA-V, mantan Staff KBRI Washington DC, anggota DPR RI dari Partai Golkar selama tiga periode, asisten peneliti UNESCO dan Bank Dunia dan dia juga menjabat sebagai ketua presidium ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia). Anehnya orang yang secara intelektual cerdas ini juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng. Dimas Kanjeng sendiri adalah seorang dukun pengganda uang yang ditangkap kepolisian karena dianggap sebagai dalang dari 2 kasus pembunuhan muridnya sendiri. 

Baru kali ini ada Profesor lulusan terbaik dari Amerika, politisi terkenal sekaligus ketua cendekiawan Islam se-Indonesia yang berguru pada dukun yang gak bisa baca Al Quran dan tulisan Arab. Lebih gila lagi karena politikus terkenal Golkar ini juga mensomasi Presiden RI, Menko Polhukam, Kapolri dan Kompolnas untuk membela sang dukun tersebut. Inilah kisah ajaib dari negeri yang ajaib. Inilah kisah ajaib dari negerinya para Mukidi.

Dimas Kanjeng Taat Pribadi Dan Pengikutnya Ditangkap Polisi


Dimas Kanjeng Taat Pribadi

Polemik penggandaan uang berkedok santunan anak yatim yang dilakukan Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi Probolinggo akhirnya digerebek Polisi dari Satuan Reskrim Polda Jawa Timur pada Kamis pagi, 22/09/2016. Untuk pengamanan, Polisi mengerahkan 2 Satuan Setingkat Kompi bersenjata api lengkap.

Penggerebekan ini disambut antusias oleh para korban penipuan Mas Kanjeng, selaku pimpinan padepokan di Desa Wangkal, Gading, Probolinggo.



Bagi masyarakat yang ingin uangnya digandakan, harus membayar mahar untuk menyantuni anak yatim yang dikelola Padepokan. 

Uang mahar dibayar tiap bulan dan tiap mas Kanjeng sedang butuh duit untuk acara. Seperti saat penobatan dirinya jadi raja Probolinggo.

Kerugian korban Mas Kanjeng beragam , ada yang habis puluhan hingga ratusan juta rupiah. Ada pula yang mati setress karena harta ludes tapi uang pencairan mahar gak cair-cair.

Modus ini sudah berjalan hampir 7tahun. Korbanya sudah ratusan orang, tapi karena minimnya alat bukti seperti bukti setoran, membuat Mas Kanjeng selalu lolos dari Jeratan polisi. 

Polda Jatim tak kehabisan akal. Pelan tapi pasti, Polda Jatim menangkap satu per satu koordinator Mas Kanjeng di tiap kota di Jawa Timur

Sejak akhir Ramadhan, ratusan korban dari dimas Kanjeng yang dijanjikan uang maharnya telah mengungsi ke Padepokan dengan membuat tenda-tenda darurat di sekitar Padepokan. Mereka tak kembali ke rumah karena harta dan uang sudah ludes untuk dijual.demi.membayar mahar. 

Setiap kali ditagih kapan uang mahar cair. Mas Kanjeng selalu berasalan. Bahwa mereka yang menagih berarti belum ikhlas. Jadi belum bisa cair. 

Menurut salah satu sumber Polisi. Dimas Kanjeng dicurigai mencekoki para pengikutnya dengan Narkoba. Sehingga para korban pengikutnya  sangat manut dengan Kiai Gendeng ini.

Kasus Pembunuhan Sadis Yang Didalangi Dimas Kanjeng Pada Santrinya



Penangkapan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, pemimpin Padepokan penggandaan uang di Probolinggo karena kasus pembunuhan berencana yang sangat kejam dan sadis terhadap santrinya yang bernama Abdul Ghani, pengusaha emas perhiasan warga Kota Probolinggo.

Kasus bermula saat ditemukan mayat pada hari Kamis (14/4/2016) pagi, para nelayan di Waduk Gajah Mungkur (WGM) menemukan mayat di bawah Jembatan Kedung Ireng, Sendang, Wonogiri. Mayat ditemukan dalam kondisi telanjang. Bagian kepala ditutupi plastik warna biru yang diikat dengan lakban hitam.

Berdasarkan olah forensik pada mayat, korban diperkirakan meninggal 3hari sebelumnya. Korban juga mengalami penyiksaan yang sadis sebelum tewas. Terdapat beberapa luka di tubuh korban.

“Ada trauma di kepala yang tidak menyebabkan kematian tapi bisa membuat pingsan. Luka seperti bekas jeratan tali, memar di luar dan dalam leher. Hal itu dapat menyebabkan kematian dan diperkuat adanya organ dalam pada saluran napas paru-paru dan jantung menghitam,” rilis resmi olah forensik Polres Wonogiri. Hasil pemeriksaan juga menemukan ada luka bekas ikatan di tangan kanan dan di pergelangan kaki kanan.


Korban berhasil diidentifikasi sebagai  sehari setelahnya (15/04/2016) saat  keluarga korban mencocokkan ciri-cirinya. Korban atas nama Abdul Ghani, warga Kota Probolinggo.


Polres Probolinggo lalu bekerja sama dengan Polres Wonogiri menguak kasus ini.

Berdasarkan penyelidikan terungkap bahwa korban mati karena dibunuh tim Preman padepokan atas perintah Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Seminggu sebelumnya korban mengancam akan membongkar kedok penipuan penggandaan uang yang dilakukan Dimas jika uang setoranya tak dikembalikan.

Dimas mengundang Abdul Ghani ke kediamanya diiming-imingi uangnya akan cair. Ternyata di dalam ruangan telah ada 22 santri bagian pelindung yang menganiaya dan membunuhnya. 

Untuk menghilangkan jejak, mayat dibuang di waduk Gajah Mungkur Wonogiri hingga ditemukan para nelayan sedang mengambang di bawah jembatan. 

Kasus ditangani langsung oleh Polda Jawa Timur. 22 tersangka telah ditangkap dan Dimas ditetapkan sebagai otak pembunuhan. 

Mengetahui dirinya diincar Polisi. Dimas mengerahkan massanya untuk menjadi pagar betisnya di Padepokan dengan dalih uang ghaib segera dicairkan. 

Setelah 3 kali mengabaikan panggilan dari Polisi. Polda Jawa Timur mengerahkan lebih dari 11.000 personel untuk menangkap Dimas yang bersembunyi di Padepokanya. 

Saat upaya penangkapan. Dimas berusaha bersembunyi diantara pengikutnya. Polisi terpaksa memerintahkan pengikut Dimas membuka baju untuk memastikan keberadaan otak pembunuhan sadis ini. 

Pukul 11 siang, Polisi akhirnya berhasil menangkap Dimas dan menjeratnya dengan pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati untuk dua kasus pembunuhan. 

Selain Abdul Ghani, juga ada santri lain atas nama Ismail Hidayah yang dibunuh secara keji yg diduga juga diotaki kanjeng pada tahun 2015.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, bagaimana nasib uang milyaran rupiah yang dikumpulkan Dimas dari para santrinya selama bertahun-tahun? Dan bagaimana kasus penyelesaian hukum atas kerugian ekonomi  yang diderita ribuan santrinya dengan modus penggandaan uang?

Bela Kanjeng Dimas, Marwah Daud Ibrahim Somasi Presiden dan Kapolri



Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng, Marwah Daud Ibrahim, melayangkan surat protes ke Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Mabes Polri, Jakarta Selatan. 

Mereka mengajukan protes yang seolah-olah pimpinan padepokannya adalah teroris.”Kami datang sampaikan surat dari kuasa hukum kami Isa Yulianto, surat yang sama kami layangkan ke Presiden RI, Menko Polhukam, Kapolri dan Kompolnas. Case tentang yayasan pimpinan kami yaitu kami sebut yang mulia Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang ditangkap begitu dramatis seperti teroris,” kata Marwah di Gedung Rupatama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (26/9/2016).

Marwah Daud Ibrahim juga mempertanyakan tudingan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Probolinggo yang menganggap ajaran kiainya Taat Pribadi (46) adalah aliran sesat.

Menurut mantan anggota DPR ini, aliran padepokannya masih menjalankan ajaran sesuai ketentuan agama islam.

Marwah menambahkan pihaknya sudah mengundang MUI Probolinggo untuk memantau kegiatan di padepokannya. “Kami sudah mengajak orang MUI untuk melihat kegiatan kami dari subuh sampai subuh lagi, apa yang sesat,” katanya.

Marwah mengatakan, penangkapan Dimas Kanjeng yang seperti teroris itu telah mencoreng citra yayasan mereka serta para santri.

“Berkembang informasi yang sangat merugikan guru besar kami. Pimpinan yayasan kami yang juga merugikan atau mengurangi kehormatan dari para santri. Jadi dijemput kok seperti teroris."



“Kami mengajak presiden dan Kapolri kalau memang tidak percaya. Dia tidak menggandakan. Silakan lihat sendiri, ini karomah,” ujar perempuan yang juga politikus dan mantan Ketua Presidium ICMI.

Siapakah Marwah Daud Ibrahim?
Ia adalah politikus berkebangsaan Indonesia. Ia pernah mengemban tugas sebagai anggota DPR RI selama tiga periode, asisten peneliti UNESCO dan Bank Dunia. Gaya komunikasi politiknya yang menarik, menjadikannya sebagai salah satu representasi perempuan politikus Sulawesi Selatan paling menonjol di gedung parlemen.

Saat ini, dia menjabat sebagai ketua presidium ICMI, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia. Gelar akademiknya sudah mencapai Ph.D

Jadi klo ada orang awam benar-benar terpesona dengan sosok Taat Pribadi, ya wajar. Lha wong ketua ICMI aja juga setia dan berguru agama Islam pada Kanjeng Dimas yang gak bisa baca AlQuran dan tulisan Arab


[dh©]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment