Friday, September 23, 2016

Curhat Sedih Yusril: Dicampakkan SBY


DUNIA HAWA - Pakar hukum tata negara, Prof. Yusril Ihza Mahendra, mengaku sudah bertemu dengan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono jelang Pemilihan Gubernur DKI Jakarta sebelumnya. Bahkan, pertemuan tersebut sering dilakukan.

"Sudah berkali-kali," jelas Yusril pagi ini.


Dalam setiap perbincangan, bahkan sejak awal, yang dibahas adalah keadaan ekonomi, sosial dan politik saat ini dan ke depan. Keduanya menilai negara dalam ancaman hegemoni asing karena itu harus berjuang bersama untuk mengantisipasi dan sekaligus untuk menegakkan kedaulatan negara.

"Terakhir beliau mengatakan saya perlu Pak Yusril untuk melawannya," sambung mantan Menteri Sekretaris Negara ini.


Setelah itu, karena SBY harus pergi keluar negeri, Yusril diminta untuk membangun komunikasi politik dengan sejumlah partai politik. Terutama, PPP, PKB dan PAN. "Beliau ke luar negeri, saya dekati partai lain," ungkap Yusril.

Meski pada awalnya ada perbedaan, sambung Yusril, akhirnya tiga partai tersebut sepakat untuk mengusungnya. Namun, dalam perkembangannya, SBY malah berkata sebaliknya. 

"Mana yang benar, kita bingung juga jadinya," ucap Yusril sambil tertawa kecil.


Dalam keadaan waktu yang sudah mendesak, sementara masih ada perbedaan pendapat di antara keempat tersebut, SBY mengusulkan anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai calon gubernur. Sepengetahuan Yusril, peserta koalisi itu kaget.

"Menjelang akhir tidak bisa berbuat lagi. Nggak ada pilihan kecuali (PPP, PKB, dan PAN) menerima," bebernya.


Padahal, berdasarkan survei terakhir CNN, elektabilitas Yusril sudah mencapai 47 persen meski belum dapat dukungan resmi dari partai. Jauh di atas Sandiaga S. Uno, yang sudah didukung Gerindra, apalagi Agus Harimurti. Elektabilitas Yusril tersebut mestinya sudah bisa menjadi modal melawan petahana.

"Tapi akhirnya, kan yang terjadi egoisme dan kepentingan perseorangan yang mengedepan dibanding perjuangan bersama. Ujungnya ada agenda terselubung," kata Yusril.


Dia juga melihat ada kekuatan lain yang menyeting agar petahana mendapat lawan lemah. Meski begitu, dia menerima, keputusan SBY dan koalisinya. "Tidak apa-apa, semua ini mengandung hikmah dan pelajaran," ucapnya.

[beritateratas]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment