Wednesday, August 10, 2016

Pesantren dan Boarding School


Dunia Hawa - Banyak teman bertanya soal pesantren dan boarding school. Saya tidak bisa menjawab soal baik buruknya. Sederhana saja, keduanya tidak cocok dengan konsep pendidikan saya. Saya menikmati interaksi dengan anak-anak saya. It was my dream. For me, parenting is a dream comes true.

Saya menikmati bangun pagi, kemudian membangunkan anak-anak. Saya menikmati peluk cium mereka saat saya hendak berangkat kerja. Saya menikmati panggilan telepon mereka saat saya dalam perjalanan pulang, untuk sekedar bertanya,"Ayah sudah sampai di mana?"

Rasanya sungguh hangat dan indah ketika anak-anak menghambur ke pintu menyambut saya saat tiba dari kantor. Pelukan mereka begitu hangat. Kemudian celotehan tentang kegiatan di sekolah, atau pengaduan soal kakak atau adik yang nakal. Semua itu terdengar jauh lebih indah dari simfoni Bethoven.

Akhir pekan saya diisi dengan kegiatan bersama anak-anak. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga, bermain, belajar, berkunjung ke rumah teman dan kerabat, berbelanja, atau apapun juga. Liburan, selalu saya tanyakan pada diri saya, tujuan wisata mana yang baik untuk pengalaman dan pendidikan anak-anak.

Pendek kata, anak adalah sentral hidup saya. Saya tidak memilih karir yang menjauhkan saya dari anak-anak. Saya tidak melakukan aktivitas yang menyita waktu, membuat saya tidak bersama mereka di akhir pekan. Kepada yang mau mengundang sering saya katakan, kalau mengundang di akhir pekan, saya harus minta izin sama anak istri.

Semua itu tidak mungkin bisa saya nikmati kalau saya kirim anak-anak saya ke pesantren. Mungkin ada keunggulan dan kehebatan pendidikan di sana. Biarlah semua itu saya lewatkan. Asal saya tidak melewatkan waktu bersama anak-anak saya.

Ini semua berlaku sampai anak-anak tamat SMA. Setelah itu, silakan mereka pergi jauh.

[hasanudin abdurakhman, phd]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment