Thursday, June 2, 2016

Mari Kita Cerdas


Dunia Hawa - Cerdas itu ada batasnya, tapi dungu tak kenal batas.
( Albert Einstein )

Ulasan kali ini akan membedah alasan kenapa sejak era Jokowi, isu "CINA dan PKI" begitu gaduh ditabuh oleh kelompok tertentu, yang selain menciptakan sentimen Anti Pemerintah, juga rentan konflik horisontal.

JASMERAH!
"Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah!"

..ini wejangan dari Bapak Proklamator RI Ir.Sukarno. Karena memang hanya melalui sejarah kita bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Apa latar belakang & siapa mastermind (dalang) dibalik isu "CINA dan PKI" ini.

AMERIKA DANAI AGRESI MILITER BELANDA

Pasca Perang Dunia 2, Amerika Serikat memberikan bantuan ekonomi (hutang) kepada negara-negara Eropa korban penjajahan Nazi Jerman, yang dinamakan MARSHALL PLAN. Dalam Klausul Marshall Plan untuk Belanda, tertulis Belanda boleh alokasikan pinjaman untuk kolonisasi Hindia Belanda (Indonesia).

Washington juga memberikan restu kepada militer Belanda untuk menggunakan peralatan tempur AS dalam status “Pinjaman”. Pada 30 November 1946, militer Belanda dapat pinjaman 118 unit pesawat tipe B-25, P-40 dan P-51, 45 unit tank Stuart, 459 Jeep militer, 170 unit artileri,

..termasuk juga truk-truk militer & persenjataan infantri eks Perang Pasifik. Militer Belanda juga diberikan akses ke 65.000 ton suplai logistik. Selain itu, AS berikan tambahan pinjaman 26 juta Dollar untuk keperluan di Hindia Belanda.

FAKTA:
Amerika CUKONG Agresi Militer Belanda '46-'49 

SUMBER: Buku American Visions of the Netherlands East Indies (Indonesia): US Foreign Policy and Indonesian Nationalism 1920-1949 (Amsterdam University Press) by Frances Gouda

AMERIKA KUASAI INDONESIA LEWAT SUHARTO

Pada Juli 2001, Pemerintah Amerika Serikat menerbitkan sebuah dokumen yang berjudul FRUS (Foreign Relations of the United States), sebuah Rekapan komunikasi politik AS dengan negara-negara Asia Tenggara medio 1960-an

Pada dokumen FRUS volume 26, "Role of CIA in the Coup 30 September 1965" oleh George Lardner Jr, disebutkan Washington berikan dana sebesar 1.000.000 Dollar kepada seorang Petinggi TNI AD (yang tak disebutkan namanya) untuk lakukan Operasi kode "GESTAPU" (Gerakan September Tiga Puluh).

Lalu pada 2 Desember 1965, dinas intelijen AS CIA melalui Duta Besar AS untuk Indonesia Marshall Green, memberikan Suharto daftar seluruh loyalis Sukarno yang "diduga PKI", yang menyebabkan pembantaian massal terkejam dalam sejarah menyaingi Holokos Nazi terhadap yahudi, diperkirakan jutaan jiwa melayang.

Pada 15 April 1966, berdasarkan Kawat Diplomatik Kedutaan AS-RI ke Washington DC, Marshall Green melaporkan keterlibatan CIA dalam GESTAPU yang dinyatakan "minimal" tidak terlibat langsung, hanya memantau.

Pada 17 maret 1967, MPRS menyelenggarakan Sidang Istimewa, menerbitkan TAP MPRS yang melengserkan Presiden Soekarno dan secara resmi serahkan kepemimpinan kepada Soeharto sebagai PJS (Pejabat Presiden).

AGENDA PERTAMA Soeharto sebagai Pjs.Presiden RI adalah memaksa Sukarno menanda-tangani UU PMA 1967, yang menggelar "Karpet Merah" kepada korporasi AS diantaranya Stanvac, Vico yang sekarang dikenal dengan Chevron, Exxon, Mobil, juga tentunya FREEPORT, untuk menguasai kekayaan alam Indonesia.

JOKOWI YANG ANTI MAINSTREAM

Warisan Suharto ini diteruskan dengan apik sampai masa SBY. Baru pada masa pemerintahan Jokowi, RI berani tempuh kebijakan yang bisa dibilang menantang supremasi dan hegemoni kekuasaan "Uncle Sam" di Indonesia.

Amerika Serikat yang selalu mendapat prioritas utama "jalur khusus" dalam penunjukan Kuasa Blok Migas, perpanjangan kontrak Freeport, dan berbagai kebijakan lain, kini TIDAK LAGI. Tidak lagi ada perlakuan spesial untuk Paman Sam.

Jokowi tak segan-segan membawa bisnisnya ke RRC, investor saingan utama AS. Tak hanya itu Jokowi juga melakukan deal Migas dengan Iran yang 4 tahun diembargo ekonomi oleh AS, yang juga "arch enemy" (musuh ideologi) Arab Saudi, sekutu no.1 Amerika di TimTeng yang notabene punya lobi kuat di NKRI.

Inilah sejatinya latar belakang penyebab isu "CINA dan PKI" begitu santer sejak masa Pilpres, digendang oleh sayap media PKS, media-media WAHABI, lalu estafet dilanjutkan saat ini oleh Kivlan Zein dan FPI.

Semua kegaduhan ini tanpa disadari mereka sedang membela kepentingan Blok Barat (Amerika) yang mulai dirongrong oleh pengaruh Blok Timur (RRC) di bumi NKRI. 

Kenapa? Karena cerdas ada batasnya,
tapi dungu tak mengenal batas.

[Ustad Abu Janda al-Boliwudi]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment