Wednesday, June 1, 2016

Al-Qur'an itu "Kitab Liberal"


Dunia Hawa - Jika kata "liberal" atau "liberalisme" diartikan sebagai sebuah pandangan dunia atau filsafat sosial-politik yang dibangun diatas ide-ide tentang kebebasan individu (freedom / liberty) dan kesamaan (equality / egalitarianisme), maka Al-Qur'an sejatinya adalah sebuah "Kitab Liberal". Sudah lama saya berpandangan bahwa Al-Qur'an adalah sebuah "korpus terbuka" dan "teks dinamis-dialogis" yang penuh dengan ajaran-ajaran tentang toleransi, pluralisme, kebebasan, perdamaian, persamaan, dan seterusnya. 

Sayangnya, oleh sejumlah kelompok Muslim "unyu-unyu" yang otaknya masih "orisinal" karena malas berfikir dan menggali "harta karun" kebudayaan, peradaban, intelektualisme, dan misteri-misteri yang tertimbun di dalam samudra Al-Qur'an, kitab agung ini kemudian seolah-olah menjelma menjadi "buku mati" yang anti-dialog, kontra-kemanusiaan, anti-pluralitas dan seterusnya. 

Coba perhatikan sejumlah diktum yang sangat revolusioner dalam Al-Qur'an, misalnya tentang larangan pemaksaan dalam beragama serta pemberian kebebasan individu untuk beriman dan tidak beriman. Bukankah ini sangat liberal dan revolusioner? Sekitar 15 abad yang lalu, Al-Qur'an sudah mewacanakan tentang pluralisme agama. Jika 15 abad kemudian, ada sejumlah kelompok umat Islam yang justru anti-pluralisme dan toleransi agama, maka jelas mereka telah melanggar pesan moral, etika, norma, dan mandat Al-Qur'an.

Bukankah dulu Nabi Muhammad pernah meminta tolong kepada Tuhan untuk "mengislamkan" pamannya, Abu Thalib, tapi malah "ditolak" dengan halus oleh-Nya? Karena memang buat apa sih repot-repot (apalagi ngotot-ngotot sambil bawa pentungan) "mengislamkan" orang lain? Umat Tuhan kan banyak sekali dan warna-warni: agamanya, suku-etnisnya. Emang mereka umatnya siapa kalau bukan umat-Nya? Tugas utama Nabi Muhammad juga bukan untuk "mengislamkan dunia" tetapi untuk memperbaiki ahlak manusia yang bejat dan meruwat moral manusia yang tidak manusiawi sehingga mereka betul-betul "menjadi manusia" yang utuh bukan "setengah manusia".

Al-Qur'an juga menandaskan tentang pentingnya persamaan politik dan egalitarianisme ekonomi. Al-Qur'an mendobrak dan mengobrak-abrik sistem politik-ekonomi berbasis tribalisme di Makah dan Jazirah Arab yang sangat diskriminan, tidak adil, pro-elit, dan anti-kerakyatan. Al-Qur'an dengan tegas mengutuk para elit politik dan penguasa ekonomi yang tidak pro-rakyat serta tidak peduli dengan nasib dan penderitaan "wong cilik" yang menggelepar kelaparan karena kemelaratan. Al-Qur'an mengutuk para kapitalis, orang-orang kaya penimbun harta sementara tetangga mereka menderita busung lapar. Doktrin "tauhid" yang menegaskan tentang "keesaan Tuhan" sejatinya adalah untuk memberantas mentalitas orang-orang yang masih menuhankan harta, suku, jabatan dlsb. 

Masih banyak contoh-contoh teks, ajaran, norma, dan wacana Al-Qur'an yang menunjukkan sebagai sebuah "kitab liberal". Keriting nanti jari saya kalau harus menulis semua. Akhirul kalam, jika 15 abad yang lalu saja pesan-pesan moral Al-Qur'an sudah sedemikian liberal dan revolusioner, seharusnya 15 abad kemudian, umat Islam berpikiran lebih maju, intelek, pluralis, dan humanis, bukan malah tersungkur dalam pola-pikir "zaman purba" dan perilaku "zaman batu". Mikir lagi yuk...

Jabal Dhahran, Arab Saudi

Sumanto al Qurtuby, Staf Pengajar Antropologi Budaya dan Kepala General Studies Scientific Research, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi.

@squrtuby

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment