Orang bilang saya terlalu memuja Ahok. Menganggap Ahok seperti tidak ada salahnya. Sepak terjangnya selalu dibenarkan.
Saya balik bertanya, “Nah memangnya sebelumnya Jakarta ada Gubernurnya?” Jangan bilang Ali Sadikin, eranya sudah beda. Jakarta lebih komplek sepeninggal bang Ali.
Kita berada pada masa di mana perijinan mall dan apartemen seperti air hujan, tergantung berapa bayarannya. Pembangunan yang tidak mempertimbangkan resapan air itu mengakibatkan banjir dimana2. Belum lagi Ruang Terbuka Hijau yang dijadikan perkampungan dan lokasi prostitusi.
Lalu lintas begitu macetnya, karena solusinya hanya menambah jalan, bukan membangun sistem transportasi massal yang nyaman. Orang-orang ramai membeli mobil dan motor dipicu mahal dan tidak manusiawinya transportasi massal. Metromini dan Kopaja ngetem sembarangan – bahkan pada jam sibuk – tanpa ada petugas yang menegur karena “kantungnya” sudah dipenuhi uang.
Hotel dan restoran berubah peruntukannya menjadi tempat prostitusi kelas atas. Ijin diskotek menjamur tanpa ada sedikitpun penertiban ijin ketika ditemukan mereka menjadi sarang penyebaran narkotika.
Dan lucunya, Ahok juga yang disalahkan kenapa kok lebih suka menertibkan prostitusi kelas bawah dan tidak kelas atas ? Seolah2 gampang menertibkan yang kelas atas. Kelas atas itu perijinannya tertib dan selama ini dibekingin banyak pihak. Harus ada satu titik kelemahan yang bisa dijadikan senjata utk menutup mereka, seperti hal-nya Ahok menutup diskotek Stadium karena disana terbukti sarang narkotika.
Apa ada yang memuji Ahok karena berhasil mengatasi banjir?
Ketika saya memujinya, mengapresiasi kerjanya, saya dibilang men-dewa-kan Ahok. Orang kerja baik kok gak boleh dipuji? Kamu mau kerja baik trus ga dipuji malah disalahkan terus? Ga mau kan? So bersikaplah fair, adil dalam menilai sesuatu bukan berdasarkan orangnya tapi apa yang dilakukannya.
Untung saya bukan Cina, kalau saya Cina pasti dibilang “Yah wajar aja, Cina ma Cina saling menyayangi..” Serba salah, kan?” Untung Ahok bukan batak, kalau batak bisa dibilang, “Yah wajar aja, kalian saling memuji seperti batak mabuk di lapo tuak..”
Ahok memang bukan Dewa Zeus, yang dengan tongkat trisilanya diketukkan langsung semua masalah terpecahkan. Ia membereskan banyak hal yang tidak pernah dibereskan oleh Gubernur sebelumnya. Gubernur-gubernur yang sibuk dengan pengguntingan pita dibangunnya mall dan sibuk dengan acara2 kelas menengah atas tanpa perduli jajarannya korupsi, daerahnya banjir gak keruan, lalu-lintasnya parah seperti barisan semut merah.
Kebayang kan kalau Jakarta dipimpin si kumis lebat itu lagi? Mungkin sudah tenggelam Jakarta ini seperti kejadian tahun-tahun sebelumnya dan pecah endas meihat traffic sebegitu kejamnya.
Kalian mengeluh ketika banyak masalah dan ketika dikirimkan seorang sebagai solusi, kalian malah mencibirnya.
Dengan adanya Ahok, tugas Batman menjadi ringan. Tiap pagi cukup ngopi, baca berita dan makan gorengan.
Tinggal satu tugas menanti. Batman harus hadir waktu ada demo telanjang di Kalijodo. Mudah-mudahan yang telanjang PSK-nya, bukan preman-premannya…
[denny siregar]
No comments:
Post a Comment