Saturday, February 16, 2013

Penyakit Kaki Gajah

 


Penyakit kaki gajah atau elephantiasis atau filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria. Ada tiga jenis cacing filarial antara lain Wuchereria Bancrofti, Brugia malayi dan Brugia Timori

Parasit-parasit tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan menjadi cacing dewasa di dalam kelenjar getah bening (kelenjar limfe). Hal ini menyebabkan tersumbatnya aliran limfe sehingga menimbulkan gejala bengkak (lymphoedema) yang tidak beraturan dan nyeri. Biasanya menyerang pada kaki dan organ genital.

Infeksi ini dapat diobati dengan obat anti filarial berupa kombinasi Diethyl Carbamazine Citrat (DEC) dengan albendazole atau ivermectin dengan albendazole. Atau untuk mencegah timbulnya infeksi baru dapat diberikan Diethyl Carbamazine Citrat (DEC).



Pada fase lanjut (fase kronis) obat-obat anti filarial kemungkinan tidak dapat lagi digunakan untuk menyembuhkan penyakit kaki gajah secara tuntas sehingga dibutuhkan modalitas lainnya seperti pembedahan untuk mengatasi hidrokel, perawatan kulit dan latihan untuk meningkatkan pengeluaran limfe dari bagian yang mengalami pembengkakan.



Keterangan gambar :

1. Pada saat nyamuk menghisap darah, larva filaria stadium 3 masuk (menginfeksi) ke dalam tubuh manusia melalui kulit atau luka gigitan nyamuk.

2. Larva berkembang menjadi cacing dewasa di dalam jaringan sub kutaneus.



3. Cacing betina berukuran panjang 40 sampai 70 mm dengan diameter 0,5 mm sedangkan cacing jantan berukuran panjang 30 sampai 34 mm dengan diameter 0,35 sampai 0,43 mm. Hasil perkawinan cacing dewasa menghasilkan microfilariae yang berukuran 250 sampai 300 µm dengan diameter 6-8 µm dan memiliki lapisan. microfilariae aktif pada malam hari (periode diurnal). Pada siang hari, microfilariae dapat ditemukan di darah tepi dan kadang-kadang dapat ditemukan di paru.



4. Nyamuk menghisap microfilariae sehingga masuk ke usus nyamuk.

5. Di dalam usus tengah nyamuk, lapisan pelindung microfilariae lepas kemudian bermigrasi ke otot dada nyamuk.

6. Di dalam otot dada nyamuk,  microfilariae berkembang menjadi larva stadium 1

7. Dan semakin berkembang hingga menjadi larva stadium 3

8. Kemudian larva stadium 3 bermigrasi ke alat penghisap nyamuk dan dapat menular ke manusia lain melalui gigitan nyamuk. 




Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau jaringan yang menjadi tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis subkutan (bawah jaringan kulit), dan filariasis rongga serosa (serous cavity). Filariasis limfatik disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. 


Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya) sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. Brugia timori diketahui jarang menyerang bagian kelamin, tetapi Wuchereria bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat kelamin. 





 Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis (cacing guinea). Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di bawah lapisan kulit. Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut. Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea).



Selain elefantiasis, bentuk serangan yang muncul adalah kebutaan Onchocerciasis akibat infeksi oleh Onchocerca volvulus dan migrasi microfilariae lewat kornea. Filariasis ditemukan di daerah tropis Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, dengan 120 juta manusia terjangkit. WHO mencanangkan program dunia bebas filariasis pada tahun 2020.
 
Sumber : WHO dan CDC

Artikel Terkait