Monday, March 13, 2017

Soeharto, PKI dan Pilpres 2019


DUNIA HAWA - Saya sejak lama yakin, bahwa ruh Soeharto akan dibangkitkan kembali. Kekuasaan itu manis rasanya dan orang yang sudah pernah mencicipinya selalu ingin merasakannya lagi. Terutama dari keturunannya yang punya ambisi untuk kembali menguasai negeri ini.

Dan cara membangkitkan ruh Soeharto adalah dengan mencuci namanya. Di dunia marketing namanya re-branding.

Cara melakukan rebranding awal adalah dengan mengingatkan masyarakat bahwa "sungguh enak pada masa pemerintahan Soeharto". Harga murah, negara aman, proyek lancar dan lain-lain. Jadi wajar ketika sedang berkendara di jalan, kita menemukan gambar Soeharto di bak-bak truk dan spanduk-spanduk dengan kata, "Enak jamanku, tho".

Kata "enak" disini untuk menghapus stigma bahwa Soeharto adalah rezim yang begitu otoriter yang membungkam banyak mulut para penentangnya.

Kata "enak" dengan harga pangan dan barang murah juga untuk menghapus memori banyak orang bahwa banyaknya subsidi di era Soeharto, membuat kita sekarang sibuk membayar hutang dan akhirnya tunduk dibawah kaki IMF akibat hampir bangkrut karena KKN besar-besaran di hampir semua sektor.

Sesudah selesai melakukan langkah awal dengan "Enak zamanku, tho", baru dimulai langkah kedua, yaitu isu bangkitnya PKI.

Isu PKI sejak dulu selalu dimainkan oleh Soeharto. Dengan pasal-pasal karet yang sengaja dibuat, maka isu PKI ini sukses membungkam banyak suara. Bicara tentang PKI pada masa itu bisa hilang tak ketahuan dimana belantaranya.

Dan melalui ormas-ormas Islam, isu PKI dibangkitkan kembali hanya untuk mengingatkan kepada masyarakat bahwa Soeharto-lah pahlawan pemberantas PKI. Kita ditakut-takuti dengan isu itu dan bahkan seorang mantan Jenderal pernah mengatakan sudah ada 15 juta PKI di Indonesia ini.

Dan isu PKI paling cocok disandingkan dengan isu anti China. Seperti kita tahu juga, masalah SARA dengan menyudutkan etnis China adalah senjata utama rezim Soeharto untuk mempertahankan kedudukannya.

Ingat tragedi 1998?

Kental sekali isu anti China di peristiwa itu, hanya untuk menunjukkan kepada masyarakat, "Benar kataku tho..". Belum tragedi-tragedi lama bentrok antar etnis yang dipelihara, diredam dan dipakai lagi sebagai bagian dari sandiwara politik.

Dan ketika semua sudah siap, maka -Tarrrraaa- muncullah Tommy Soeharto yang diangkat sebagai reinkarnasi bapaknya. Terlalu gamblang benang merahnya. Tommy dipersiapkan sebagai Capres 2019, karena memenuhi beberapa syarat, yaitu muda, ganteng, kaya raya dan punya nama Soeharto di belakangnya.

Siapakah dibalik semua ini?

Banyak yang punya kepentingan. Terutama ketika banyak juga yang ragu bahwa Prabowo bisa menang melawan Jokowi di 2019. PKS juga punya andil besar disini, karena sejak lama merekalah selalu mendesak supaya Soeharto dijadikan pahlawan nasional.

Pilpres Indonesia kali ini akan berlangsung menarik, tapi juga keras. Untuk memenangkan Pilpres 2019, maka yang harus dilakukan adalah menguasai Jakarta dan Jawa Barat.

Jawa Barat? Kenapa begitu penting?

Nanti kita bahas di tulisan selanjutnya. Sekarang seruput kopi dulu, biar mata segar dan bisa melihat dengan jelas "gambar besar"nya.

Oke oce...

@denny siregar


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment