Friday, March 17, 2017

Jokowi dan Bidak Catur di Jawa Barat


DUNIA HAWA - Dari hasil diskusi kemarin, seorang teman bertanya, "kenapa buat abang pilkada Jabar begitu penting?". Saya senyum dan mengambil secangkir kopi yang tersedia. "Pilkada Jabar ini sangat penting karena berhubungan dengan Pilpres 2019..". "Bukankah Pilpres masih jauh?" Tanyanya lagi. "Memang. Tapi semua partai sudah banyak yang memusatkan perhatiannya pada pilpres. Pilpres ke depan ini akan lebih panas dari sebelumnya. Ini karena banyak yang kecewa pada Jokowi karena kepemimpinannya. Terutama para mafia, mulai dari mafia pangan sampai migas.

Belum lagi negara barat yang kecewa karena Jokowi tampaknya lebih berkiblat ke Timur. Itu tampak dari hubungan dengan China, Rusia dan Iran yang terus meningkat. Apalagi sesudah simbol Amerika, Freeport, diobok-obok.."

"Terus apa hubungannya dengan Jabar?".
"Begini.." aku memperbaiki dudukku mencoba lebih nyaman sambil mengambil sebatang rokok yang siap menyala. "Kuberikan gambar besarnya".

"Pertama, Jabar itu dekat dengan Jakarta, pusat pemerintahan. Sesudah pilgub DKI, pilgub Jabar ini menjadi agenda penting karena berkaitan dengan penguasaan wilayah di sekitar pemerintah pusat.

Kita tahu bahwa pada aksi massa 411 dan 212 kemaren, banyak sekali massa yang dikoordinir dari Jabar. Dan itu rentan sekali dimanfaatkan untuk menggoyang Jokowi ketika mendekati Pilpres. Apalagi jika di DKI Ahok kalah, maka pertahanan pusat akan makin rentan terbuka".

Kuseruput kopiku yang sudah mulai mendingin.

"Kedua, jumlah pemilih di Jabar adalah terbanyak se Indonesia. Ada lebih dari 33 juta pemilih disana. Dan pada pilpres lalu di Jabar Jokowi kalah telak. Ini berkat Aher yang jaringannya sangat kuat disana.

Aher tidak tampak besar di media massa dan media sosial. Tetapi ia menguasai pedesaan melalui masjid-masjid, pengajian dan majelis. Dan strategi dia benar, karena Jabar 60 persennya adalah Kabupaten. Secara lapangan, Jabar adalah pedesaan bukan kota".

Temanku manggut-manggut mengerti dan aku mulai kembali seruput kopi.

"Nah ,pertarungan pilpres nanti akan membawa koalisi yang sama. PDIP dengan koalisinya melawan Gerindra PKS dan koalisinya.

Ini koalisi permanen yang dimainkan di DKI, di Jabar dan di Pilpres 2019. Jadi sudah bisa keliatan kan, bahwa nanti ujungnya ke Pilpres juga?" Kubakar rokokku yang sejak tadi hanya sebagai penghias jari.

"Jokowi kan muslim, apa masih laku isu sektarian untuk menghantam dia nanti?".
"Masak gak lihat bangkitnya Cendana kembali? Soeharto itu dikenal sebagai pemberantas PKI. Jadi isu yang dimainkan untuk menghantam Jokowi adalah isu bangkitnya PKI.

Kebayangkan ketika mendekati pilpres ada gorengan isu "Muslim vs PKI"? Dan ratusan ribu orang dari Jabar kembali bergerak ke pusat pemerintahan untuk menurunkan Jokowi? Bukan niat makar pastinya, tapi untuk menghancurkan kredibiltasnya dan menurunkan suaranya.

Disini saja potensi chaos mudah tercipta...."

Temanku mulai mengerti, "Oh, pantas Aher berencana menaikkan isterinya di pilgub Jabar. Itu untuk menjaga suara yang selama ini dia pelihara rupanya".

Aku tersenyum. Satu persatu kepingan puzzle tersusun membentuk gambar. Kunikmati cangkir kopi kedua yang tadi kupesan. Masih panas, lumayan..

"Lalu kira-kira siapa tokoh yang paling mampu melawan Aher dan kroninya di Pilgub Jabar?". Ah, ini menarik. Tapi sayang sudah malam. Kutepuk bahu temanku, "besok saja kulanjutkan..". Dia merengut seperti patung macan senyum yang sudah dibongkar.

**** part2

"Oke, kita lanjut lagi tentang Jawa barat ya". Temanku menyiapkan kopi, sekali-kali biar dia yang melayani, biasanya minta ditraktir mulu. Dia menunggu cerita yang semakin panas ini.

"Di awal kita sudah bicara betapa pentingnya Jabar untuk pilpres 2019. Karena itulah akan terjadi pertarungan sengit disini 2018 nantinya..

Dan kita tahu, Aher sudah menjabat selama 10 tahun disini. Tentu kaki-kakinya sudah sangat kuat dan kukunya mencengkeram dimana-mana.

Kemaren sudah kita petakan juga, bahwa sebagian besar dari Jabar bukan perkotaan tapi perdesaan. Penguasaan masyarakat desa inilah kekuatan Aher. Ia tidak banyak menggarap masyarakat kota karena sudah di garap oleh kader PKS, partainya..." Aku diam sejenak mengambil nafas sambil mengambil secangkir kopi yang masih panas.

"Karena itulah Aher harus menyiapkan seseorang dari dinasti-nya untuk meneruskan apa yang sudah dibangunnya. Dan siapa lagi yang paling dia percayai selain istrinya ?"

Temanku merapat karena cerita ini semakin menarik. Kami mengumpulkan kepingan-kepingan untuk membentuk sebuah puzzle besar.

"Masalahnya..." Sambungku lagi. "Akan sulit bagi istri Aher untuk menjadi Cagub pada saat sekarang ini karena ia pasti akan diserang dengan isu pemimpin wanita. Karena itu, Aher harus punya calon yang bagus, dimana istrinya nanti akan menjadi wakilnya.

Nah, calon Gubernurnya ini haruslah orang yang dikenal di masyarakat perkotaan, karena kalau desa sudah ia pegang dengan adanya istrinya... "

"Siapa kira-kira yang akan jadi calon Gubernur dari PKS, kalau bukan istrinya ?" Temanku gak sabar kayaknya. Aku ketawa. "Bentar ya.." kuambil rokok dan kusulut dengan santai. Diskusi itu lebih enak tenang dan santai.

"Ada beberapa calon yang memungkinkan.. " Kataku lagi. "Yang pertama adalah Dedi Mizwar..."
"Dedi Mizwar ??" Temanku bengong gak percaya.

"Kenapa heran ?" Tanyaku. "Dedi Mizwar punya nama bagus di Jabar. Ia populer disana. Dan itulah kenapa dulu Aher mengajaknya sebagai Wagub. Dan Dedi sendiri sudah berkata bahwa ia akan ikut di Pilgub Jabar, tinggal menunggu jika ada partai yang melamarnya...

Dedi Mizwar punya pengaruh di masyarakat perkotaan. Duet dia dulu dengan Aher adalah duet maut yang mengalahkan popularitas Rieke dan Teten Masduki, bahkan juga Dede Yusuf.

Memang masyarakat Jabar ini unik. Mereka suka yang berbau agamis. Dan Aher dengan Dedi bisa memadukan itu sehingga mereka dipercaya. Dedi terkenal dengan sinetron2 yang dia perankan yang berbau agama. Maka makin joss lah mereka berdua.."

Aku menghembuskan asap rokok dari bibirku sebentar. Dan temanku semakin tidak sabar..

"Lalu tokoh lainnya selain Dedi Mizwar siapa ?" Tanyanya sambil menggigiti tatatakan cangkir. Dia sudah sangat geram karena aku bergaya Charles Bronson waktu masih pake minyak rambut Mandom. Sok iye, kata emak dulu.

Kulanjutkan, "Masalahnya si Dedi Mizwar ini juga punya kelemahan.." Kataku lagi.
"Iyaaaaa... siapa yang laennyaaaa ???" Temanku matanya merah dan tumbuh tanduk dikepalanya.

"Sabarlah..." Kuseruput dulu kopiku. Butuh 20 menit buat cangkir kopi itu pindah dari tangan ke mulutku untuk mempertahankan gaya Mandom itu. Kebayangkan geramnya temanku ?

"Kelemahannya adalah jika Dedi Mizwar dipasangkan sama Netty istri Aher, PKS akan sendirian. Sedangkan PKS pasti butuh koalisi. Dan koalisi pertama yang mereka butuhkan adalah koalisinya sejak pilpres lalu, yaitu Gerindra..

Koalisi dengan Gerindra ini seperti koalisi sehidup semati. PKS hidup, Gerindra mati.. eh. Dan koalisi yang sudah terjalin baik sejak Pilpres 2014 lalu ini mereka pertahankan, di DKI dan di Jabar..
Jadi pasangan yang diusung haruslah pasangan yang disepakati Gerindra dan PKS..."

"Siapaaaa ?" Temanku mulai nanar pandangannya..

Aku tersenyum dan kembali seruput kopi. Gaya Mandom harus kupertahankan supaya tampak elegan. Dan mungkin butuh waktu sekian puluh menit lagi supaya cangkir ditangan pindah ke mulut.
Daripada kelamaan, mending kuteruskan nanti. 

#Gubrakkkkk... Kudengar suara benda jatuh. Rupanya temanku pingsan..

@denny siregar


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment