Friday, March 17, 2017

Aher “Ngeles” Bangun Dinasti, Pura-Pura Lupa Soal Fatwa Haram Memilih Perempuan


DUNIA HAWA - Belum puas rasa-rasanya dia membangun Jabar menjadi Bandung Lautan Air, atau pembiakan mobil fortuner yang berjumlah 100 unit itu, 10 Tahun memimpin prestasi yang terlihat mungkin saya rasa sangat memprihatinkan, saya juga turut berprihatin karenanya, mungkin turut meneteskan air mata seperti Dedi Mizwar yang menjadi wakilnya. 

Mengenang Sejarah Aher 10 Tahun Menjabat. Kasus 100 Fortuner


Prestasi Aher soal 100 Unit Fortuner bisa dilihat dilaman berikut. Pembelian 100 unit mobil Fortuner pada kala itu menghabiskan duit rakyat sekitar RP 50 miliar, Angka yang luar biasa sekali bukan? Hanya untuk sebuah mobil yang dipakai oleh para pejabat.

Aher tidak mempermasalahkannya. Ketika Aher ditanya soal wacana pembelian mobil tersebut Aher menyerahkan keputusan pembelian itu pada pihak DPRD. Aher tidak mempermasalahkannya. Sangat lucu sekali. Saya bisa membandingkan kenyataan Aher dengan Ahok maupun Djarot.

Pertama soal Ahok, Ahok yang menjadi Gubernur DKI, mampu menolak permintaan DPRD mentah-mentah kalau itu dirasa tidak perlu, Ahok dengan tegas mengatakan “Tidak” sebagai bentuk penolakan. Beritanya ada pada link berikut.

Coba  bandingkan dengan Aher? It’s okey aja DPRDnya meminta apa, memutuskan apa, dia oke oke saja tanpa keberatan. Padahal 50 Miliar adalah uang milik rakyat yang bisa di gunakan untuk mensejahterakan rakyat, tapi malah hanya digunakan untuk 100 Orang DPRD yang mau hidup dalam kemewahan.

Kedua saya mengingat kasus Djarot dulu, ketika dia hanya memakai mobil toyota lamanya sebagai mobil dinas, dan tidak mau untuk mengganti mobil baru. Kedua pasangan serasi ini sama-sama punya prestasi yang tegas untuk menolak apabila dirasa tidak perlu. Beda banget sama Aher, kenapa bisa demikian? Ada yang bisa jawab?

Mengenang Sejarah Aher 10 Tahun Menjabat, Kasus Bandung Lautan Air


Saya sudah sering kali membahasnya pada artikel-artikel saya sebelumnya terkait masalah Banjir yang tak pernah ada solusi selama 10 Tahun ini.

Aher selalu sangat prihatin dan bahkan tidak hanya prihatin, tapi dia juga memberikan doa sebagai solusi, yang ternyata tidak membuahkan hasil apa apa.  Soal banjir tidak perlu dibahas, nanti kabur lagi kayak kemarin sampai sekarang belum pernah ada wawancaranya lagi (padahal saya menunggu)

Beritanya Aher buru buru kabur. Biarkan saja dia jadi gurunya Anies Baswedan dalam Pilkada kali ini, saya tidak perlu membahasnya lagi.

Mau dibahas masalah yang lain tidak perlu, cukup sekian dulu. lanjut kemasalah inti sekarang.

Aher Beri Restu Istri Maju Pilgub


Tidak hanya memberikan restunya, Aher juga membantah kalau pencalonan istrinya ini terkait dengan Politik Dinsti.

Lucu banget ya, Bukan politik dinasti lantas apa dong pak? Kenapa harus istri bapak? Bapak sudah 10 Tahun, sekarang istri bapak nambah 5 tahun lagi? Super sekali ya pak. Berarti wacananya 15 Tahun ini akan ada Fortuner jilid 2 atau Bandung Lautan Air episode ke 99 kalu ya pak?

Terlepas dari Aher yang tidak mau menyerahkan tahta kepimimpinannya dijabar ini, saya cuma melihat satu hal yang unik. Calon yang di usung menggantikan dirinya itu adalah Istrinya sendiri, seorang “perempuan”
Apakah kalian lupa ketika Megawati akan maju menjadi Presiden 2004 silam, PKS langsung menghujat dengan alasan memiliki pemimpin wanita adalah haram hukumnya. Pura-pura lupa atau memang di anggap tidak ada pernah ada sejarah seperti itu ya?

Keren memang PKS ini, kalau dari partai yang bukan partai mereka atau koalisinya maka “Haram” hukumnya, Fatwa dikeluarkan, isu agama lagi-lagi ditebar, kebiasaan dari jaman dahulu hingga sekarang belum pernah berubah.

Kalau gitu saya sekarang juga memainkan isu yang sama. Lupakah pak Aher dengan fatwa itu? Padahal MUI sudah menengaskan bahwa fatwa seperti itu tak perlu ditanggapi.

Kenapa ya isu agama ini selalu dibawa-bawa setiap kali ada pemilihan kepala daerah / pemimpin? Saya sungguh prihatin atas demokrasi kita yang jauh dari maju. Ego kekuasaan dan bagi-bagi Fortuner seperti diatas itu sangat menjamur dikalangan para pejabat.

Di jaman yang serba maju ini  rasa-rasaku kita belum merdeka, merdeka dari orang-orang terdahulu yang selalu memperkaya diri dan kerabatnya saja, ketimbang mensejahterakan rakyat Indonesia. Semoga rakyat Indonesia kali ini bisa lebih cerdas dalam memilih.

Sekian dan Terimakasi.

@bani

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment